Tuesday 13 June 2023

JANGAN hanya liat CASING

Menarik kisah dipetik dari catatan harian Sultan Murad IV, seorang Sultan Turki Utsmani yang lahir pada tanggal 27 Juli 1612. Ia mulai memerintah pada 10 September tahun 1623 hingga 9 Februari 1640. Sang Sultan hobby nya blusukan, mungkin lantaran jamannya, belum musim blusukan diiringi wartawan dan divideokan untuk tayangan TV. Ketika sang Sultan melakukan penyamaran, blusukan guna melihat kondisi rakyatnya di malam pekat bersama pengawal setianya. Didapatinya sesosok tubuh agaknya sudah lama menjadi mayat tergeletak di lorong pinggir jalan. Sang Sultan dalam penyamaran itu membangunkan warga sekitar, menanyakan; kenapa tidak diurus mayat orang ini. Memperoleh jawaban "Orang ini ahli maksiat, suka menenggak minuman keras dan berzina”. Walau mendapat jawaban yang kurang menyenangkan itu, Sultan ajak orang mengantarkan jenazah ke rumahnya. Istri ybs. sambil menangis melihat jenazah suaminya, seraya berucap: "Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang shaleh”. Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget……. Sultan yang belum membuka penyamarannya itu bertanya kepada si istri: “Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, perihal kemaksiatan si mayit. sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya”. Sang istri menjawab: “Sudah kuduga pasti akan begini, tuan: Lebih jauh si istri menjelaskan kepada beberapa orang yang mengantar jenazah termasuk sultan dalam penyamaran itu: “Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”. “Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: “Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi”. “Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam”. ” Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir. Memang kenyataannya begitu………, jadi bukan berita hoak, bukan fitnah. Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, menshalatimu dan menguburkan jenazahmu”. Suami saya hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut, bila aku mati, aku akan dishalati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya”. Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, menshalatkannya dan menguburkannya”. Banyak ayat2 dlm Al-Qur'an yang memerintahkan untuk mencegah kemungkaran tidak kurang dari 8 ayat dengan berbagai konteks. Pembaca dapat periksa dalam surat Ali Imran 104, 110, 114, surat Al-A’raf 157, surat At-Taubah , 71, 112, surat Al-Hajj 41, surat Lukman 17. Baik dipetik salah satu ayat tersebut: وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌۭ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Surat Ali-Imran ayat 104) Agaknya si mayit dalam kisah ini, berupaya untuk mencegah kemungkaran dengan caranya sendri semampunya. Dengan tidak mem publish pencegahan kemunkaran yang dilakukannya ke masyarakat, hanya Allah dan istrinya saja yang tau. Akhirnya justru penilaian masyarakat terbalik, namun "do'anya" di ijabah Allah jenazahnya di urus oleh Sultan. Nah dari kisah ini, belum tentu apa yang tampak jelek dibuat orang, merupakan ketidak berimanannya. Sebaliknya, perbuatan baik seseorangpun bukan jaminan wujud dari kuatnya iman ybs. Penampilan dan Casing tidak selalu merupakan refleksi iman. Zaman now juga tidak kurang orang2 yang menyembunyikan amalnya, baru diketahui orang setelah ybs meninggal. Iman adalah variabel yang abstrak, tak berwujud. Beda dengan harta dapat diukur satuannya. Tahta juga dapat disebut jabatannya, misalnya kepala kantor, direktur perusahaan, Raja, Perdana Menteri, dll. Sedangkan iman tak tampak, oleh karena itu orang lain tak dapat menerka persis kadar iman seseorang. Iman kadang (tidak mutlak) diketahui dari indikator misalnya dari amal perbuatan lahir ybs. Tegasnya Penampilan, CASING belum tentu cerminan iman. Harta dan Tahta dapat diberikan Allah kepada siapa saja tergantung ikhtiar dan usahanya. Untuk memperoleh Harta dan Tahta ikhtiar dapat dilakukan dengan 3 jalan y.i.: 1. Jalan halal. 2. Jalan haram. 3. Jalan subhat. Tetapi iman hanya diberikan Allah kepada orang yang dicintaiNya. Untuk IMAN tidak mungkin diperoleh dengan jalan HARAM, melainkan hanya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya. Sarana mendekatkan diri kapada Allah di era kini terbentang luas melalui mempelajari agama dan menekuni ibadah. Selanjutnya serahkan diri kapada Allah, sebab iman adalah hidayah. Iman dapat dicari dan dimotivasi namun kekuasaan Allah jua yang memberi. Semoga harta kita dapat berguna untuk memudahkan ibadah. Bagi yang sekarang sedang bertahta juga semoga dengan kewenangannya dapat mengamankan pelaksanaan ibadah seluruh ummat. Semoga yang berilmu selain dapat menularkan ilmunya juga dapat mengamalkan ilmu itu. Semoga harta, tahta dan ilmu yang kita miliki masing2 berguna untuk menyeru berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 25 DzulKaidah 1444 H. 14 Juni 2023. (1.162.06.23)

No comments:

Post a Comment