Monday 4 July 2022

Menyusuri Gurun Sahara

Lebih dari 13 jam tgl 21 Juni 2022, perjalanan bersejarah dlm hidupku bersafari di Gurun Sahara menumpang bis sejauh lebih kurang 750km (penjelasan guide). Perjalanan antar benua ini dimulai pkl 7.30 dari Cairo (Africa). Finish pkl 21.30. di Kota Taba perbatasan Mesir - Palestina (Asia). Banyak cerita perjalanan berkesan, singgah di beberapa tempat bersejarah, maqam nabi-nabi, gunung Sinai, menyeberang laut merah dan banyak lagi, tentu tak sanggup dibingkai hanya dalam satu artikel. Insya Allah akan kususun pangalaman ini dalam beberapa artikel akan ku publish dalam blog ku yang kini sudah mendekati nomor seribu. Di banyak tempat terdapat chek point, memeriksa penumpang dan barang bawaan oleh aparat. Alhamdulillahnya, rombongan kami tiap2 melewati (chek-point)2, kami tak wajib turun, untuk unjukkan passport, barang bawaan kamipun tidak diperiksa seperti sempat kami saksikan dari atas Bis beberapa Bis2 lain, diperiksa abis. Agaknya kemudahan ini lantaran kebijakan tour guide setempat mengatur dengan para pihak yg berwajib. Dari mobil sempat terlihat setiap berhenti di chek point; driver memberikan secarik kertas, setelah petugas membacanya, langsung memberi isyarat bis kami boleh berlalu. Menyoal chek point, kuteringat kami berlima umrah sebulan di bulan Ramadhan, ketika itu menggunakan visa di rekomendasi pejabat Saudi. Begitu juga, malah di setiap chek point yg biasanya di umrah2 saya sebelumnya; berhenti. Driver mobil yg kami tumpangi berlima dari Jeddah itu, hanya menekan klakson mobil "tin2". Tidak singggah di chek point. Cepat sekali tiba di Madinah, apalagi mobil dipacu kencang kadang jarum spido meter ke angka 170Km. Agaknya yang mengantar kami adalah petugas. Kini kami kunjungi masjidil Aqsha atas rekomendasi Rasulullah: لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَ رَامِ وَمَسْجِدِ ي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْ صَ “Tidak diusahakan sungguh2 melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)”. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu). Rute tour kami ke masjidil Aqsha ini dinamakan “Jejak Rasul”, karena dimulai dari Mesir, napak tilas nabi Musa dari Mesir menuju Palestina. Inilah rupanya alasan kenapa perjalanan kami ini tidak dimulai saja dari Jordan. Dalam perjalanan yang panjang menjelajahi gurun Sahara itu, rombongan sempat menyaksikan maqam nabi Harun dan Nabi Shalih, bekas tangan Samiri membuat sesembahan berupa anak lembu. Kepada kami juga diberi kesempatan bila ingin mendaki gunung Sinai oleh Tour Leader dan Guide setempat. Penawaran itu disampaikan beberapa jam sebelum kami sampai di kaki gunung Sinai. Saya merupakan anggota rombongan tertua, langsung angkat tangan mendaftarkan diri, diikuti oleh beberapa orang lainnya. Pikirku sekalian “mandi biar basah”, sudah jauh2 sekalian, semua kesempatan harus diambil, untuk tambah pengalaman hidup. Pihak penyelenggara program akan memfasilitasi, kami2 yang akan naik ke gunung Sinai. Sedangkan Rombongan lain akan terus dengan bis semula lanjut ke Taba. Kami yang akan naik ke G. Sinai, setelah turun akan di disediakan angkutan tersendiri. Sampai di kaki gunung diceritakan bahwa untuk naik ke gunung tempat nabi Musa menerima 10 perintah Tuhan itu harus menggunakan “Multi Modal Transport” (Pinjam istilah International Trade), yaitu dengan beberapa model angkutan. Mula2 naik sejenis “Angkot” ke stasion ONTA. Pendaki kemudian akan diangkut dengan Onta entah berapa jarak tempuhnya. Selanjutnya tersedia tangga ke puncak gunung dengan 750 anak tangga. Untuk mendaki anak tangga itu bagi ku yang sudah 70 keatas ini tentu akan menggunakan model angkutan berikut lagi, yaitu “digendong”, bahasa kampungku “berambin” (nempel dibelakang seseorang dengan tangan kebahu orang yang menggendong dan kaki melingkari pinggang penggendong). Akhirnya kuputuskan tidak ikutan naik ke G. Sinai. Lantas anggota rombongan yang juga tadinya angkat tangan, juga mengurungkan niatnya. Mentari sudah agak redup, kami serombongan utuh, naik bis melanjutkan perjalanan ke TABA. Sampai disini dulu kisah perjalanan menyusuri Gurun Sahara tgl 21 Juni 2022. Kisah selanjutnya insya Allah menyusul, setelah semalam setengah hari di hotel "Tolib" ditepi laut merah. Semoga seluruh anggota rombongan sehat afiat, mudah2an kesan positip perjalanan ini membekas dihati, berdampak lebih taat dan menguatkan iman dan taqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 5 Dzulhijah 1443 5 Juli 2022 (985.07.22)

No comments:

Post a Comment