Monday 4 July 2022

Papyrus

Papirus atau Papyrus dengan nama ilmiah Cyperus papyrus yaitu sejenis tanaman yang dikenal sebagai bahan untuk membuat kertas pada zaman Mesir kuno. Sebab tumbuhan ini umumnya dijumpai di tepi dan lembah Sungai Nil. Rombongan tour ibadah ke Aqsha melalui Cairo dihari kedua (20-06-22) lewat tengah hari, kami disinggahkan ke perusahaan "Golden Eagle Papyrus" beralamat di Sakara Road -Before Ring Road Pyramids-Giza-Egypt, guna nambah pengetahuan tentang cikal bakal kertas. Rombongan dikumpulkan untuk mendengarkan presentasi petugas perusahaan tsb, ttg proses tanaman Papyrus menjadi kertas. Ingatanku dari Cairo menerawang ke kampungku, ada tumbuhan tumbuh di rawa di daerah kami, bahasa setempat tumbuhan itu disebut "Bundung". Kegunaannya dapat dianyam menjadi tikar, tas dan aneka kerajinan tangan. Postur tanaman "Bundung" beda2 tipis dg Papyrus, proses pengolahannyapun beda, yaitu Bundung melalui direbus dan dijemur. Sedang proses Papyrus menjadi kertas adalah: 1. Batang Papyrus yg bersisi tiga itu dikupas kulitnya. Nampak empulurnya mirip busa gabus pengemas paking alat2 electronic. Empulur Papyrus yg blm diproses bgt rapuhnya. Dapat di pisah2kan hanya dengan kuku. Di-cuil2 empulur tsb dpt dipisahkan menjadi bagian kecil2. 2. Empulur dicelupkan ke dlm air, langsung air terserap di empulur Papyrus. Sesaat kemudian, empulur diletakkan di atas landasan, digiling dg slinder, sampai air terserap, kering. Yang unik empulur yg sdh kering tergilas itu, begitu kuatnya. Tidak rapuh seperti kuungkapkan di butir "1". Untuk membuktikan kuatnya, ujung satu kupegang, ujung yg lain di pegang presenter, kami tarik sekuat tenaga empulur yg sdh direndam air dan digilas kering itu tidak putus. 3. Utas2 Papyrus yg sdh diproses "2", selanjutnya dianyam dg susunan horizontal dan vertikal, lebar sesuai selera, selaras dg potongan Papyrus yg diproses dg di press 4. Anyaman di press dg alat dengan tekanan, waktu tertentu. Papyrus sdh menjadi kertas yg dpt ditulisi. Tulisan tinta diatas lembaran Papyrus dapat dihapus dg dicuci, lembaran tidak rusak, hanya dikeringkan dg dijemur. Bukan main menakjubkan ciptaan Allah; tak terasa tergores didalam bathin menyakini kebenaran Al-Qur'an: رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا "Ya Allah semua yg Engkau ciptakan tdk ada yang sia2" (Ali Imran 191) Usai presentasi, pramuniaga "Golden Eagle Papyrus" segera menghampiri anggota rombongan kami menawarkan produk Papyrus mulai dari lukisan, kaligrafi dan ayat2 Al-Qur'an. Harganyapun alamaaak puluhan sampai ratusan dolar Amerika. Kulihat ada sebagian anggota rombongan yg berbelanja. Tour dilanjutkan ke masjid Ali dan benteng Salahudin al-Ayubi yg letak bangunan dilokasi berdekatan. Masjid Ali, Rumah ibadah ini mengambil nama dari sosok Muhammad Ali Pasha al-Mas'ud ibn Agha (1769-1849), seorang perintis Mesir modern. Sedangkan benteng Al-Ayubi, dibangun pada 1183 Masehi itu berfungsi untuk melindungi Kota Cairo Mesir dari serangan Tentara Salib. Matahari ketika itu sdh condong bbrp drajat diatas bangunan masjid, dg sinar keras, posisi kami dari depan bangunan shg sulit untuk membuat foto, menentang sinar mentari. Catatan menarik di lokasi ini ditemukan banyak pedagang asongan yg menjajakan kertas Papyrus bertuliskan ayat2 Al-Qur'an, harganya ada seperlima dari harga di perusahaan besar yg baru saja dikunjungi. Ingatanku pulang sejenak ke tanah air, belanja di mall, lbh mahal dari di toko tradisional. Terbayang "grosiran", terlintas pedagang K5. Wajar sih Toko besar tadi ber AC, mungkin kena juga pajak, sedang pedagang asongan dialam terbuka. Kualitasnya wallahu 'alam. Ada seorang mukimin Cairo, yg ikutan di bis kami, komentar: "kan saya sdh bilang........ nanti aja, beli ........., nanti ada tempat yg murah". Persoalannya bagi turis kan tdk tau, apa ditempat lain ada lagi ndak barang seperti itu. Apakah bis berhenti di tempat souvenir itu. Perjalanan kami selanjutnya di hari kedua di Cairo ditutup dengan singgah di Masjid Husein, dimana terdapat makam cucu Rasulullah Husein, shalat jama' qasar zuhur-ashar di Masjid Al-Azhar, lihat2 Pasar Khalili dekat masjid Husein dan makan malam di tepian sungai Nil. Insya Allah akan ditulis pada artikel berikutnya. Semoga kesan perjalanan ini membekas dihati memperkuat iman dan taqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 3 Dzulhijah 1443 3 Juli 2022 (983.07.22).

No comments:

Post a Comment