Monday 2 August 2021

Kelengkapan diri.


Di jasad terpasang panca indra.

Dapat melihat lantaran mata.

Dapat mendengar karena telinga.

Hidung, membau aneka aroma.

Asin, manis, pahit lidah yg rasa.

Kasar, halus dg kulit dpt diraba.


Akal, Nafsu, di qalbu tertanam.

Dengan Akal, nafsu dpt diredam.

Akal membuat hati jadi tentram.

Akal kendali marah dan dendam.


Oleh nafsu peradaban maju.

Nafsu memperjelas yg dituju.

Semangat hidup jadi menggebu.

Nafsu arahkan akal menjadi jitu.


Manusia tercipta dari unsur konkrit  dan abstrak yaitu: JASMANI dan ROHANI. Di Jasad tertanam ROH. Di dlm Roh tersemai qalbu, nurani, perasaan. 


Di jasad terpasang panca indra;

untuk mengetahui keadaan luar. Yakni indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).


Di qalbu tertanam Akal dan Nafsu. Menggunakan Akal,  perasaan dpt dikendalikan. Pakai Akal dpt menilai sesuatu. Akal dpt memilah baik  dan buruk. 


Dlm setiap aktifitas selalu terlibat akal dan nafsu sblm suatu kegiatan direalisasikan. Nafsu pencetus keinginan, akal mempertimbangkan teknis pelaksanaan. Gabungan keinginan (produk nafsu) dan teknis pelaksanaannya (produk akal) tersinkron dlm niat. Niat kadang terucap lisan melalui lidah, kadang tetap tersimpan di dlm hati. Unsur konkrit manusia berupa jasadlah sbg eksekutornya.


Nafsu condong mengajak kpd hal yg tdk baik, kecuali nafsu yg mendpt rahmat Allah.


".......... اِنَّ النَّفْسَ لَاَ مَّا رَةٌ بِۢا لسُّوْٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ۗ..........."

".... ...... karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. .........""

(QS. 12 Yusuf ayat 53)


Merealisasikan niat, dua unsur pembentuk manusia itu (jasmani dan rohani) hrs terlibat. Ibadah tak cukup hanya dg niat di dlm hati. Ibadah tak cukup hanya dg deklarasi di lisan. 


Walaupun dikabarkan "niat ibadah saja, sudah tercatat satu kebaikan". Tapi bila niat baik saja kemudian di dlm niat itu terselip kecenderungan untuk tidak melaksanakannya (Allah mesti tau), bukankah yg dmk ini namanya "ngolok2". 


Apalagi Allah yg maha tau yg ghaib dan yg nyata.  Manusia saja, thdp ucapan dan niat tak sungguh2 dapat menduga, dari menyimak intonasi kalimat, dari memperhatikan body language, dari melihat kedipan mata.


Contoh ringan; para pembaca mungkin pernah mengajak teman2 untuk ketemuan. 

Kadang teman2 yg  di ajak menjawab dg  "إِن شَآءَ ٱللَّهُ", tapi dari tekanan nada "إِن شَآءَ ٱللَّهُ", roman muka dan bahasa tubuh si yg diajak, dpt menduga teman itu sungguhan akan hadir atau tidak.

Kebanyakan dugaan ini benar.

Dari contoh di atas terdpt korelasi ucapan hati dan perbuatan. 


Orang yg hawa nafsunya sdh terkendali selalu "satunya kata dg perbuatan". Sebab Allah tak suka thdp orang  dg orang yg "lain dimulut lain dihati"  di surat As-Saff ayat 2 dan 3 berikut:


يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"


كَبُرَ مَقْتًا  عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ


"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."


Dalam kenyataan, banyak sekali ditemukan orang yg mengatakan sesuatu tidak ditepati. 


Mudah2an tidak ditepati itu lantaran bukan karena sejak semula memang sdh berniat tdk akan ditepati, bagaikan 

إِن شَآءَ ٱللَّهُ"

teman anda yg sengaja tak akan memenuhi ajakan anda di tulis diatas.......   Tetapi tdk ditepati janji betul2 karena keadaan diluar kemampuan manusia. 


Bagi penerima janji juga tak usah terlalu gampang percaya kpd pihak yg berjanji, perlu di timbang dg akal, apakah janji2 tsb masuk akal. Supaya tidak teramat kecewa bila yg berjanji ingkar janji nantinya.


Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  


Semoga kiranya ada manfaatnya.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 23 DzulHijjah 1442 H.

2 Agustus  2021.

(826.08.21). 

No comments:

Post a Comment