Saturday 7 August 2021

Kekuatan Jiwa dikala gagal dan sukses.

Sesekali sempat nyaksikan tayangan langsung atau tayangan ulangan olympiade Tokyo. Seru nonton pertandingan sepak bola. Cabang olah raga yg satu ini menghendaki:

1. Kerja sama team.

2. Kemampuan individu masing2 pemain.

3. Dibatasi durasi waktu tanding.

4. Tak tik dan strategi dari pelatih.

5. Kekuatan jiwa dari para pemain.


Dua team berlaga, sama2 memiliki kerjasama yg baik. Sama2 punya kemampuan individu yg hebat. Sama2 pula memiliki ramuan taktik teknik tinggi dari pelatih. Akhirnya berakhir dg adu penalty.


Sejak mulai sepakan pertama sampai akhir sblm adu penalty, sbtlnya seluruh pemain sdh bersenjatakan "kekuatan jiwa". Namun ketika adu penalty "kekuatan jiwa" benar2 diuji bagi penendang dan penjaga gawang, secara perorangan.


Di adu penalty bagi keeper sasaran tendangan mungkin terasa cukup luas, tinggi gawang 2,44 meter. Lebar gawang 7,32 meter. Dibatasi tiang dan mistar gawang berdiameter 12 sentimeter. Titik putih 11 meter dari mulut gawang mungkin dirasa bgt dekat........ Banyak pengamat katakan:  "99,9 % akan masuk"........


Dlm pertarungan kekuatan jiwa, buat penendang luas area gawang 2,44 x 7,32 mt itu dimana ditengahnya berdiri penjaga gawang, boleh jadi:

1. Dianya dpt menenangkan jiwanya yakin GOL,  karena cukup leluasa bidang mengarahkan bola. 

2. Atau sebaliknya gawang terasa sempit, jiwa goncang. Jiwa penendang terganggu, ragu2 mengarahkan bola, lalu nyasar ke atas atau ke samping gawang. 

3. Kekuatan jiwa, membaca gerak bahu penjaga gawang akan rebah kemana. Lalu mengarahkan bola berlawanan dg arah rebahnya penjaga gawang.


Bagi penjaga gawang boleh jadi jiwanya terguncang terasa mulut gawang begitu luas:

1. Sulit baginya menenangkan jiwa, merasa bola akan pasti gol. Kemungkinan menepis, menangkap bola sangat kecil.

2. Me-lompat2 menenangkan jiwa, untuk siap menyambar bola. Bisa ke kiri, bisa ke kanan, pojok kiri/kanan atau malah di tengah. 

3. Berusaha membaca niat di hati penendang "melalui kekuatan jiwa". Kalau berhasil pembacaannya, akan pas merebahkan diri ke arah bola, kemungkinan menggagalkan gol.


Tak sedikit dari kesebelasan yg kalah,....... termenung, bahkan menangisi kekalahan, menyesali kesalahan mengapa meleset bola yg ditendang hingga menjadi lantaran kekalahan.


Bagi orang beriman persoalan dmkn itu dipandang sbg taqdir sesuatu yg tlh ditentukan Allah.


Bagaikan kalau kita nonton siaran ulang sepak bola. Skor tak kan berubah lagi. Bahkan kita sdh mengetahui bakal perpanjangan waktu dan akhirnya adu penalty. Kitapun tau penendang yg gagal dan tendangan yg dpt di tepis. Sebab sdh nyaksikan siaran langsungnya.


Bgtlah perumpaan hidup kita di dunia ini, taqdir sdh ditentukan.  Namun keberuntungan atau kebuntungan kita blm kita ketahui sblmnya, sbgmn menyaksikan siaran ulang sepak bola. Padahal sdh ditentukan sblm terjadi.


Nabi Muhammad   ﷺ  bersabda:


كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ


“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk  50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash.


Akan hal ketentuan kalah dan menang itu tlh ditetapkan sblmnya...... 

Melalui iman, keyakinan tsb refer kepada ayat 22 dan 23 surat Al-Hadid:


"......... فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ ........."

"........telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. ....."

(QS. 57 = Al-Hadid ayat 22).


لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ ............" 

"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu............ "

(QS.57= Al-Hadid ayat 23).


Kekuatan jiwa,  dominan dlm menentukan kalah dan menang, sukses dan gagal dlm perjuangan hidup ini. Sekaligus "kekuatan jiwa" juga membuat tdk terlalu terpuruk jika gagal,  tidak pongah jika sukses.


Semoga kita selalu bersyukur jika berhasil dan bersabar bilamana gagal.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 29 DzulHijjah 1442 H.

8 Agustus  2021.

(828.08.21). 

No comments:

Post a Comment