Monday 7 November 2016

Potensi ANAK bagi ORTU



Perjalanan anak manusia, sejak kecil hingga dewasa dan tua. Kadang semasa kecil dilingkungan keluarga yang taat melaksanakan ajaran agama. Wajar kalau si anak menjadi anak yang saleh sejak masa kanak-kanak sampai tua. Akan tetapi keadaan hidup sesorang tidak belangsung hanya dilingkungan keluarganya. Dapat saja semasa anak-anak dilingkungan keluarga, setelah remaja kerena tuntutan keadaaan, dapat saja kerena meneruskan sekolah, dapat saja karena mengadu peruntungan untuk merubah nasib, yang bersangkutan lepas dari keluarganya pindah ke tempat/kota lain. Dalam proses itulah kadang, seorang anak yang tadinya taat menjalankan ajaran agama, dikarenakan berbagai sebab tidak dapat lagi menjalankan ibadah seperti ketika di kampung. Pada bulan Ramadhan tidak lagi berpuasa, karena lingkungan  semuanya tidak berpuasa. Selama di kampung hampir setiap waktu shalat berjamaah di masjid, semenjak di rantau tidak lagi, kerena masjid jauh dari tempat kediaman. Kadang juga shalat pun belang bonteng. Jadi setiap anak manusia, mungkin saja terjadi mengalami seperti ini:
1.       Semasa kanak-kakak taat beribadah, selama masih berada dilingkungan orang tua. Lingkungan keluarga mengkondisikan taat ibadah. Suasana tempat tinggal demikian rupa bernuasa agamis, suara azan menggema setiap waktu, pengajian dan ceramah keagamaan setiap hari terdengar dari corong masjid.
2.       Setelah agak dewasa, karena sesuatu sebab menurun kualitas ibadahnya, lantaran tidak lagi di Lingkungan keluarga. Keseharian disibukkan urusan dunia, jauh dari lingkungan bernuasa agama, masjid jauh dari tempat bermukim, ceramah mengenai pengisi rohani sudah tidak lagi sering di dengar. Yang ada setiap hari perbincangan, bagaimana mencapai sukses duniawi, mengejar karier dan bagaimana mempertahankan kehidupan agar mewah dan nanti tak akan kekurangan suatu apa.
3.       Pada masa mapan/tua kembali menjadi orang yang saleh. Ini orang yang beruntung. Kembalinya orang ini menjadi orang saleh, karena semasa kecil sudah dibekali oleh Ortu mereka, dengan pendidikan agama dan latihan serta diiringi dengan contoh. Ia sadar kembali setelah rasa badan semakin susah dikendalikan kemauan. Maunya menikmati makanan enak, uangpun cukup untuk membelinya, tapi ternyata sudah banyak yang dipantangkan, disarankan oleh dokter tidak lagi boleh dimakan. Kepengennya berjalan cepat ternyata kaki sudah tak sejalan lagi dengan kehendak. Badan sudah sakit disini dan sakit disitu. Pada saat ini orangpun sadar bahwa sebentar lagi jalan ini akan berujung. Tidak ada pilihan lain selain  harus menambah bekal untuk kedunia sana, dimana disana nanti tidak laku lagi rupiah dan dolar, tidak ada harganya lagi emas dan intan berlian. Ketika inilah orangpun yang sadar,  menjadi sadar. Ingat ketika kecil pernah diajarkan Ortu beribadah. Mulai suka mendengarkan tauziah agama, mulai aktif kemasjid, walau sudah tertatih-tatih. Rukuk tidak lagi dapat membukuk sampai pinggang datar, sujud sudah tak tahan lagi lama, rasanya mata mau keluar. Duduk tahyat sudah tak dapat lagi kaki kakan ditekuk jarinya, lantaran terkena asam urat. Shalat terpaksa duduk, sebab kalau berdiri tempat pijakan serasa bergoyang.
4.       Pada masa mapan/tua belum sempai kembali menjadi orang yang taat, keburu berakhir hayat, ini adalah kelompok orang ytang merugi. Ini kelompok orang-orang yang menunda nunda untuk beibadah, walau sebenarnya dianya punya modal untuk melaksanakan ibadah, kerena sudah mendapatkan bimbingan dari Ortu mereka. Semboyan kelompok ini, nantilah kalau sudah tua, kalau sudah pensiun nanti, akan razin ibadah. Eee taunya belum sempat pensiun dari pekerjaaan, sudah dipensiun tinggal di dunia.
5.       Yang paling beruntung tentunya, orang yang semasa muda taat beribadah, istikamah sampai akhir hayat tetap beribadah. Orang ini tidak terpengaruh oleh Lingkungan, tempat dimana dia berada, walaupun tempat tersebut tidak bernuasa ibadah. Bahkan orang ini dimana dia bermukim menjadi pelopor orang beribadah. Apa yang didapat dari Ortunya semasa kecil terus dipegangnya sampai jiwa terpisah dari raga.
Rasulullah Muhammad S.A.W. mengajarkan kepada ummat, bahwa latihlah anak untuk mengerjakan shalat sejak umur 7 tahun, kemudian bila sudah sampai di usia 10 tahun, lakukan hal yang agak keras untuk memastikan anak untuk menjalankan shalat. Pola asuh shalat seperti ini, akan membekas kepada si anak sampai dia berada dirantau orang, sampai dia menjelang tua dan bahkan sampai menjadi nenek-nenek dan kakek-kakek. Pola inipun dia akan teruskan kepada anak keturunannya karena betapa membekas kedalam relung hati. Terngiang ditelinganya, mana kala azan sumbuh berkumandang, ayahnya ketika itu memanggil namanya dari luar kamar untuk membangunkan dari lelapnya tidur. Ayah dan bundanya yang selalu menuntun ibadah tersebut akan selalu dikenang, walau sudah lama berpindah alam. Ingat dia ketika ayah dan bundanya membangunkannya makan sahur. Peristiwa itu setiap subuh, setiap Ramadah selalu mengunjunginya, serasa ortu yang sudah meinggal puluhan tahun baru saja kemarin rasanya bagi si anak yang kini sudah menjadi tua. Pola asuh ini dilanjutkannya kepada anak-anak keturuan mereka, sehingga berkesinambunganlah ibadah terus dilaksanakan ummat manusia sebagai halifah di muka bumi ini.
Penuntunan ibadah ini sangat dan sangat perlu kepada anak-anak kita karena, anak-anak dalam persepsi agama bagi orang tua (ORTU) demikian pentingnya. Sehingga dalam Al-Qur’an dilukiskan bahwa anak itu bagi ORTU berpotensi:
1.       Sebagai investasi. Potensi ini diinformasikan oleh Allah pada surat Yasin (surat ke 36)  ayat 12.
(Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Yang kita tinggalkan dudunia ini, setelah kita meninggal, adalah harta kekayaan dan juga anak keturunan. Bekas-bekas yang kita tinggalkan ini akan tetap dituliskan untuk kita, bila bekas yang ditinggalkan tersebut melaksanakan ibadah, bekas yang kita tinggalkan itu bermanfaat untuk ummat. Jadi anak keturunan yang saleh akan menambah cacatan kebajikan kita walaupun kita telah tiada.
2.       Sebagai pemicu kelalaian. Potensi anak dapat menjadikan orang tua lalai kepada Allah, karena saking sibuknya mencarikan nafkah untuk anak-anak mereka, bekerja tak kenal waktu untuk menggumpulkan harta guna menjamin masa depan anak. Kesibukan membuat orang tua tidak sempat ibadah, tidak sempat menjalankan perintah-perintah Allah dan bahkan ada juga demi menggumpulkan harta untuk keperluan anak, rela melakukan hal yang dilarang, seperti berbuat curang, mencari rezeki yang subhat dan menjurus ke haram. Diingatkan Allah dalam Al-Qur’an surat Al Munafikun (surat 63) ayat 9.

(Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi).
3.       Sebagai musuh. Potensi anak dapat menjadi musuh seperti diingatkan Allah kepada kita melalui ayat 14 dari surat Taghabun (surat 64), berbunyi :

(Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu*] maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha  Pengampun lagi Maha Penyayang).
[*]. Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.

4.       Sebagai cobaan. Surat At-Taghabun ayat 15 menyebutkan bahwa anak akan menjadi cobaan buat para orang tua.





(Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar).
Tidak semua orang tua beruntung, mempunyai anak yang mudah diarahkan, mudah diatur. Kadang dapat anak yang maunya sendiri, orang tua berposisi “bagaikan ayam beranak bebek”. Induknya maunya mengiring anak jalan di daratan, sedang anak-anak pengennya bermain diair.  Kalau sudah begini orang tua betul-betul mendapat cobaan.

5.       Sebagai pembela, dengan mendo’akan orang tuanya baik masih hidup apa lagi sesudah mati. Do’a anak yang saleh diterima Allah. Sedangkan anak akan menjadi saleh bila sejak kecil sudah dibetuk. Allah memerintahkan kepada setiap anak untuk mendo’akan Ortu mereka seperti dinukilkan dalam Al-Qur’an ayat 24 dari surat Al-Isra. yang berbunyi.



(Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil)."

Semogalah kita menjadi orang-orang yang beruntung, masa tua dapat kita tutup dengan keberkahan usia, dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk beribadah kepada Allah S.W.T. sehingga berhak nantinya mendapatkan predikat Khusnul-Khatimah. Anak-anak keturunan kita menjadi saleh dan salehah. Orang tua kita yang telah berpulang kerahmatullah mendapatkan lindungan Rahmat Allah. Amien yarabbal ‘alamin. Barakallah fi kum.



No comments:

Post a Comment