Tuesday 1 November 2016

CARA pengaruhi HASIL



Sup enak jika di hidangkan di dalam pispot, walaupun pispot baru dibeli belum pernah dipakai, mungkin anda enggan walau sekedar mencicipi sop itu. Demikian juga segala macam hal dalam hidup ini, kadang cara mempengaruhi hasil akhir. Suatu ketika sorang tamu tak bersedia menikmati makanan, karena pihak pemilik rumah ketika mempersilahkan tamunya makan, dengan kata-kata yang kurang sopan menurut istiadat yang dianut si tamu. Pada kenyataan pergaulan, intonasi suara juga merupakan cara yang perlu diperhatikan agar lawan bicara kita tidak tersinggung.
Itulah salah satu keistemewaan manusia, dari mahluk lainnya. Jika binatang konon kata para ahlinya, mereka berbicara sesama dengan tingi rendah suara, dengan gerekan anggota tubuh. Benar juga, kucing sesama kucing di mana-mana, suara mereka berkomunikasi ya begitulah. Tentang bagaimana suara kucing itu, manusia menirukannya tergantung bahasa penuturnya. Orang Indonesia di seluruh Nusantara, bunyi kucing sama, yaitu “ngeong” atau “meong”. Tapi beda untuk penutur bahasa Inggris; jadinya “Miu”, mungkin bahasa mempengaruhi telinga. Mungkin untuk kambing ada kekhususan, seluruh Nusantara bunyi kambing “embeeek”, tapi ada di daerah yang bunyi kambing agak lain, tapi ya mirip;  “Ambiieek”.
Itulah manusia, diciptakan bukan hanya punya jasmani dan ronahi, tetapi juga punya perasaan dan naluri. Sedangkan perasaan, masing-masing orang berbeda pula kadar kepekaan dan kehalusannya, ditentukan dimana dia dibesarkan. Lantas, …. agama memang memberikan panduan untuk pergaulan antar ummat manusia. Boleh dibilang agama apa saja mengatur pekerti khususnya adab bergaul antar ummat manusia. Saya tak tau persis agama lain, tetapi yang jelas agama yang kuanut memberikan banyak contoh untuk menjaga perasaan orang. Misalnya pasan Nabi Muhammad “Hendak lah berkata yang baik, kalau tidak dapat berkata yang baik lebih baik diam”. Allah kasi arahan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70 “ya ayuhal ladzi na amanut taqullah wawulu qaulan sadidan” (“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah  kepada Allah dan salalulah katakan perkataan yang benar”) selanjutnya dalam surat Al-Baqarah 263 “Kaulum Ma’rufun wamaghfiratun khairun min sadakatin yat banguha adzan, wallahu ghaniuyun halim” Perkataan yang baik dan pempberian maaf adalah lebih baik dari pada sedekah yang di iringi ungkit-ungkit atau menyebut-nyebutnya, Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
Contoh lain untuk menjaga perasaan orang perseorangan dalam kelompok. Suatu hari selesai  shalat berjamaah di masjid, salah seorang jamaah mengundang makan dirumahnya. Rupanya sahibul bait menyembelih Onta untuk daging hidangan makan bersama itu. Disuasana setelah makan, sambil berbincang/beramah tamah, tercium bau yang kurang sedap dalam ruangan itu. Agaknya salah seorang hadirin dalam ruangan itu “buang angin” atau “kentut”. Hadirin jadi pandang pandangan, hampir-hampir saja mereka menutup hidung dengan jarinya. Tapi, sekali lagi tapi, demi menjaga perasahaan yang “buang angin”, tak seorangpun memencet hidungnya dengan jari. Sehingga sampai hilang aroma tak sedap itu tak seorangpun tau siapa yang memproduksi bau tersebut, jadi bau itu tetap belum dapat diduga “siapa orangtuanya” atau “bin siapa”.
Selesai kenduri itu, akan dilanjutkan shalat berjamaah, disinilah nampak kebijakan atau kerifan Nabi dalam menyelesaikan suatu masalah, agar tidak seorangpun menjadi malu, agar tidak seorangpun hancur perasaannya. Nabi sebelum bangkit dari duduk di rumah tempat makan bersama itu, mengumumkan “Karena kita makan daging Onta, maka kita harus ber whudu kembali”. Dengan pengumuman itu maka semua jamaah mengambil whudu lagi, termasuk tentunya orang yang batal whudunya karena “kentut”. Hikmah yang dapat diambil adalah, bahwa nabi tak hendak mempermalukan si pemilik “kentut”. Kalaulah tak diumumkan semua harus berwhudu kembali karena makan daging Onta, maka yang kentut akan kelihatan, karena dialah yang akan ber whudu. Atau kalau diapun tak tahan menanggung baban malu didunia, maka dia tak juga ber whudu dan tentunya shalatnya akan dilaksanakan tanpa whudu dan tak sah.
Begitulah contoh kecil yang di contohkan Nabi Muhammad untuk ummat manusia, agar jangan sampai menyinggung perasaan orang. Apalagi dengan kata-kata yang kasar. Mungkin maksud orang yang berkata kasar tadi baik, dia jujur, dia pekerja keras untuk memajukan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi kembali kita ke judul tulisan ini “CARA mempengaruhi Hasil”. Karena cara ngomongnya kasar, orang kesinggung berat, mungkin sebagai bawahan dia terpaksa laksanakan juga perintah yang kasar itu, tapi bukan dengan keihlasan, melainkan penuh gerutu dan kedongkolan, sudah barang pasti hasilnya tidaklah akan maksimal. Walahu ‘alam bishawab.

No comments:

Post a Comment