Wednesday 3 September 2014

URUTAN SURAT DALAM SHALAT



Seusai shalat Jum’at di sebuah masjid seorang jamaah menghampiri khatib dan mengemukakan sesuatu. Kebetulan masjid di bilangan Jakarta Pusat itu saya dipercaya sebagai Pembina. Itulah sebabnya kalau saya pas Jum’atan di masjid tersebut, saya ikut beramah tamah sebentar dengan khatib di dekat mimbar setelah selesai shalat.
“Maaf ustadz, saya ini bukan ulama”  (maksudnya mungkin dianya bukan ahli ilmu agama atau bukan ustadz) tanya salah seorang jamaah tersebut. “sama saja pak, saya juga baru belajar”, jawab si khatib merendah. “Tadi Ustazd di rakaat pertama membaca surat Al-A’la, di rakaat kedua ustadz membaca akhir surat Al-Baqarah”, kata jamaah tadi bertanya. Ustadz ini mungkin tak menduga pertanyaan ini. “Kenapa rupanya pak”, tanya si ustadz. “Setahu saya bahwa adab menggunakan ayat yang dibaca dalam shalat itu sesuai urutan dalam Al-Qur’an, mohon penjelasan” ujar jamaah  penanya.
Ada sedikit jeda, belum ditanggapi oleh ustadz apa yang dikemukakan jamaah tersebut. Karena Ustadz pengganti yang dikirim ustadz sesuai jadwal itu, belum menjawab, untuk menyamankan suasana, kutengahi, dengan komentar menetralkan kedua belah pihak. Kataku: “Kan surat yang dibaca adalah surat yang mudah bagi imam”. Selanjutnya saya katakan  “Memang saya pernah dengar apa yang Bapak katakan (jamaah yang nanya), bahkan di kampung saya ada anekdot”. “Bagaimana anekdotnya” tukas ustadz dan jamaah tadi, hampir serentak. Kuceritakan: seorang imam terlanjur membaca di rakaat pertama surat An-nas. Karena surat An-nas sudah surat terakhir, maka ketika sujud di rakaat pertama, diapun sempat terpikir, rakaat kedua harus membaca surat apa. Maka diapun lama sekali sujudnya sambil mikir dan akhirnya diputuskan bergeser ke pintu disebelah kiri yang hanya kurang lebih tiga hasta dari mihrab mushalla kecil itu setempat dikenal dengan nama “Langgar”.
Sebelumnya, perlu saya ceritakan bahwa Langgar kecil itu berupa bangunan rumah panggung yang tidak begitu tinggi dari tanah. Pintu dimaksudkan sebagai ventilasi, agar angin semilir dapat masuk, meskipun tanpa kipas angin, dibuat berupa sebuah pintu di kiri atau di kanan mihrab yang dibuka kalau shalat dimulai.
Akhirnya si imam muda ini, dengan pertimbangan telah salah memilih surat dirakaat pertama, dimana hal itu menurut pemahamannya selama ini adalah salah, maka dari pada salah berlanjut, yang bersangkutan memilih, bergeser perlahan-lahan ke arah pintu dan nekad meninggalkan jamaah beberapa orang dibelakang di shalat magrib itu, iapun pergi menyelinap di malam yang sudah mulai gelap di desa. Karena begitu lamanya sujud, maka ada jamaah yang curiga, kemudian mencoba memiringkan mukanya untuk melihat ke arah tempat pengimaman. Kaget dia begitu dilihatnya imam sudah tidak ada ditempat, iapun langsung bangkit dan setengah berteriak “imam kita hilang”.
Si ustadz dan seorang jamaah yang bertanya tadi tersenyum renyah mendengar cerita saya tadi. Suasanapun menjadi rileks. Saya ulangi ini hanya anekdot untuk menegaskan pendapat sebagian orang, betapa pentingnya urutan surat yang dibaca dalam rakaat shalat tentu saja untuk shalat-shalat yang bacaannya dijaharkan.
Selanjutnya mari kita coba mencari jawaban tentang pertanyaan seorang jamaah seusai shalat Jum’at 29 Agutus 2014 di sebuah masjid besar di kawasan Jakarta Pusat dengan jamaah lebih dari 2000 orang itu. Sebelum mendapatkan jawaban pertanyaan tersebut, mari kita simak terlebih dahulu hadits-hadits yang ada hubungannya dengan pertanyaan seorang jamaah tersebut:
1-   عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُوْلَيَيْنِ مِنْ صَلاَةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ
اْلكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي اْلأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسَمِّعُ اْلآيَةَ أَحْيَانَا. [رواه البخاري في كتاب الآذان، 1: 91]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Qatadah dari ayahnya, ia berkata: Nabi saw pernah membaca dalam dua rakaat pertama pada shalat dzuhur surat al-Fatihah dan dua surat. Beliau membaca surat yang panjang pada rakaat pertama dan membaca surat yang pendek pada rakaat kedua, dan kadang-kadang memperdengarkan kepada kami dalam membaca ayat.” [HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Adzan, I: 91]
2-   عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِنَا فَيَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُولَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَيُسْمِعُنَا اْلآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يُطَوِّلُ الرَّكْعَةَ اْلأُولَى مِنْ الظُّهْرِ وَيُقَصِّرُ الثَّانِيَةَ وَكَذَلِكَ فِي الصُّبْحِ. [رواه مسلم، كتاب الصلاة: 210]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Qatadah, ia berkata: Pernah Rasulullah saw shalat bersama kami. Dalam shalat dzuhur dan asar, pada dua rakaat pertama, beliau membaca surat al-Fatihah dan dua surat (lainnya), dan kadang-kadang beliau memperdengarkan bacaan ayat. Beliau memperpanjang (bacaan ayat) pada rakaat pertama dan memperpendek (bacaan ayat) pada rakaat kedua, demikian pula dalam shalat shubuh.” [HR. Muslim dalam Kitab ash-Shalah: 210]
3-   عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فِي اْلأُولَى مِنْهُمَا اْلآيَةَ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ، قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا إِلَى آخِرِ اْلآيَةِ وَفِي اْلأُخْرَى آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ. [أخرجه النسائي، جـ: 2، كتاب الصلاة: 100]
Artinya: “Diriwayatkan dari Said bin Yasar, Ibnu Abbas memberitahu bahwa Rasulullah saw pada dua rakaat dalam shalat fajar, pada rakaat pertama membaca ayat yang ada dalam surat al-Baqarah قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا(QS. al-Baqarah {2}: 136) hingga akhir ayat dan pada rakaat lainnya (kedua) membaca ayat آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ(QS. Ali Imran {3}: 52).”[Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 100]
4-   عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلمُؤْمِنُونَ فِي الصُّبْحِ حَتَّى إِذَا جَاءَ ذِكْرُ مُوسَى وَهَارُونَ أَوْ ذِكْرُ عِيسَى أَخَذَتْهُ سَعْلَةً فَرَكَعَ . وَقَرَأَ عُمَرُ فِي الرَّكْعَةِ اْلاُولَى بِمِائَةِ وَعِشْرِينَ آيَةً مِنَ اْلبَقَرَةِ. وَفِي الثَّانِيَةِ بِسُورَةِ مِنَ اْلمَثَانِي. وَقَرَأَ اْلأَحْنَفُ بِاْلكَهْفِ فِي اْلاُولَى وَفِي الثَّانِيَةِ بِيُوسُفَ أَوْ يُونُسَ ... [أخرجه البخاري، كتاب الآذان: 93]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin as-Saib, dalam shalat shubuh Nabi saw membaca surat al-Mukminun, hingga ketika sampai pada penyebutan kata "Musa wa Harun" atau "Isa", beliau terkena batuk lalu rukuk. Dan Umar pada rakaat pertama membaca seratus dua puluh ayat dari surat al-Baqarah dan pada rakaat kedua membaca surat al-Matsani (surat yang kurang dari seratus ayat). Adapun al-Ahnaf membaca surat al-Kahfi pada rakaat pertama dan surat Yusuf atau Yunus pada rakaat kedua.” [Ditakhrijkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan: 93]
5-   عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّهُ قَالَ لِمَرْوَانَ يَا أَبَا عَبْدِ الْمَلِكِ أَتَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَإِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ قَالَ نَعَمْ. [أخرجه النسائي، جـ: 2: 175]
Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata kepada Marwan: Hai Abu Abdul Malik apakah engkau membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ(QS. al-IkhlasH) dan إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ(QS. al-Kautsar)? Ia menjawab: Ya.”[Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II: 175]
6-   عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاَقَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَمِّي يَقُولُ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ فَقَرَأَ فِي إِحْدَى الرَّكْعَتَيْنِ وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ. [أخرجه النسائي، جـ: 2، كتاب الصلاة: 163]
Artinya: “Diriwayatkan dari Ziyad bin Alaqah, ia berkata: Saya mendengar Umar berkata: Saya bersama Rasulullah saw shalat shubuh, ketika itu pada salah satu dari dua rakaat beliau membaca وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ(QS. Qaf {50}: 10).”[Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 163]
7-   عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا نُصَلِّي خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ فَنَسْمَعُ مِنْهُ اْلآيَةَ بَعْدَ اْلآيَاتِ مِنْ سُورَةِ لُقْمَانَ وَالذَّارِيَاتِ. [رواه النسائي]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Ishaq dari al-Barra', ia berkata: Kami shalat dzuhur di belakang Nabi saw, kemudian kami mendengar dari suara beliau, ayat demi ayat dari surat Luqman dan adz-Dzariyat.” [Ditakhrijkan oleh an-Nasa'i, Juz II, Kitab ash-Shalah: 163]

Penjelasan:
1.     Hadis pertama dan kedua (dari Abdullah bin Qatadah), menjelaskan bahwa Nabi saw membaca surat yang lebih panjang pada rakaat pertama daripada surat yang dibaca pada rakaat kedua, baik pada shalat dzuhur, isya' maupun pada shalat shubuh.
2.     Hadis ketiga dari Sa'id bin Yasar menjelaskan bahwa ketika shalat fajar, beliau membaca ayat tidak dari permulaan surat, yaitu al-Baqarah (2): 136, dan Ali Imran (3): 52.
3.     Hadis tersebut diperkuat dengan hadis No. 6 dari Ziyad bin Alaqah, yang menjelaskan bahwa Nabi saw membaca ayat dari ayat 10 surat Qaf.
4.     Demikian pula hadis yang ke tujuh dari Abu Ishaq, menjelaskan bahwa Nabi saw membaca sebagian dari surat Luqman dan surat adz-Dzariyat. Kami memahami bahwa Nabi saw tidak membaca dari permulaan surat, sebab hadis tersebut tidak menjelaskan bahwa beliau membacanya dari permulaan.
5.     Hadis keempat menjelaskan bahwa Ahnaf (shahabat Nabi saw) membaca surat al-Kahfi pada rakaat pertama dan membaca surat Yusuf atau Yunus pada rakaat kedua. Al-Kahfi surat ke-18, sedangkan Yusuf surat ke-12 dan Yunus surat ke-10.
6.     Hadis tersebut diperkuat dengan hadis ke lima dari Zaid bin Tsabit bahwa Abdul Malik (sahabat Nabi) membaca Qul Huwallahu Ahad (QS. al-Ikhlas, surat ke-112) kemudian membaca surat al-Kautsar, surat ke-108, pada rakaat kedua.
7.     Telah diusahakan mencari hadits lainnya, tetapi belum  ketemu hadits:
a.     Yang melarang atau mewajibkan untuk membaca surat yang lebih panjang pada rakaat pertama dalam shalat.
b.     Yang mewajibkan membaca dari permulaan surat dalam shalat maupun di luar shalat.
c.      Yang mewajibkan membaca surat-surat secara urut seperti urutan kitab Al-Qur’an dalam shalat. Seperti yang ku kisahkan pada anekdot di atas.
Kesimpulan:
1.     Diperbolehkan (mubah) membaca surat secara tidak berurutan pada rakaat-rakaat dalam shalat.
2.     Diperbolehkan (mubah) membaca ayat tidak dari permulaan surat, baik pada shalat wajib maupun pada shalat sunnah.
3.     Disunnahkan membaca surat yang lebih panjang pada rakaat pertama, namun diperbolehkan (mubah) membaca ayat yang lebih pendek pada rakaat pertama.
Demikian bahasan mengenai masalah urutan surat dari Al-Qur’an yang dibaca oleh imam dalam shalat berjamaah terutama pada shalat-shalat yang di jaharkan. Bahwasanya ilmu agama ini sangat luas, mungkin sidang pembaca menemukan lagi dalil-dalil yang malah justru tidak sama dengan kesimpulan di atas, atau menguatkan pemahaman imam langgar yang kukisahkan di atas, silahkan, untuk memperkaya pemahaman kita. Semoga dapat menjadikan acuan buat kita semua, wallahu ‘alam bishawab.

6 comments:

  1. yang jelas tidak sampai membatalkan shalat seseorang

    ReplyDelete
  2. Saya di tegur karna saat mnjadi imam, saya membaca surah yg lebih pendek pada raka'at ke dua

    ReplyDelete
  3. Saya juga kena tegur.. Karena di rakaat pertama dannke dua tidak sesuai urutan sholat.. Hmmm.. Penasaran.. Alhamdulillah ketemu blog ini.. Trimakasih pencerahannya.

    ReplyDelete
  4. Bolehkah sholat . Rokaat pertama setelah baca Fatihah. Surratnya annas

    ReplyDelete
  5. Ane juga ditegur anak krn membacansuratnya tidak berurutan, penasaran juga akhirnya 🤣🤣

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ketemu blog ini, soalnya aku tiap terawih di komen bapak ku gara membaca surat nya gak berurutan dalam Al-Qur'an

    ReplyDelete