Monday 22 September 2014

SIDIK JARI



Sekitar 100 negara di dunia ini menggunakan sidik jari sebagai alat penyeledikan forensik. Sidik jari masih dianggap alat yang paling akurat untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan. Bentuk sidik jari setiap manusia memang sangat khas. Di dunia ini tidak ada dua manusia yang sidik jarinya sama. Semua sidik jari manusia berbeda. Perubahan fisik manusia, ternyata tidak mengubah sidik jarinya. Menurut yang saya dengar di TV bahwa kemungkinan untuk terjadinya Sidik Jari yang sama, bagi manusia adalah 1 berbanding 6 milyard. Sedangkan penghuni dunia sampai per Juli 2014 7,2  milyard, jadi hampir tidak ada manusia yang mempunyia Sidik Jari yang sama. Jadi hanya dimungkinkan 2 orang yang mempunyai Sidik Jari yang sama. Bisa terjadi yang bersidik jari yang sama sudah lebih dahulu meninggal ratusan, ribuan tahun lalu.

Dalam penyelidikan forensic modern, sidik jari mulai digunakan tahun 1915, bersamaan dengan dibentuknya International Association for Identification (IAI). Kemudian di tahun 1977 IAI mulai memberlakukan standar sertifikasi untuk para penguji sidik jari.

Sekitar tahun 1870, antropolog asal Prancis, Alphonse Bertillon mendorong penggunaan sistem identifikasi berdasar ciri khas tulang organ tubuh tertentu. Sistem ini lebih masuk akal karena tulang khas seseorang juga tidak mudah untuk diubah. Pada 30 tahun pertama setelah penemuannya, sistem ini diterima dalam proses identifikasi pelaku kriminal.

Namun, sistem ini dipertanyakan di tahun 1903 saat seorang bernama Will West dituntut di Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat. Berdasar cerita yang dituliskan onin.com, dia dituntut karena memiliki bentuk tulang khas yang sama dengan tersangka pelaku kejahatan bernama William West. Ternyata memang Will dan William West memang kembar.

Dari kasus inilah kemudian identifikasi pelaku kejahatan menggunakan bentuk tulang yang khas tidak lagi digunakan. Saat diteliti sidik jarinya, barulah ketahuan bahwa Will West dan William West adalah dua orang berbeda meski mereka terlahir kembar.

Sidik jari telah dikenal sejak masa prasejarah. Banyak sekali peninggalan masa prasejarah yang menunjukkan adanya penggunaan sidik jari sebagai tanda khas seseorang. Namun baru di awal abad ke-20, sidik jari digunakan secara modern untuk mengidentifikasi korban maupun pelaku kejahatan.

Al Qur’an lebih 14 abad yang lalu telah menginformasikan bahwa manusia yang pernah hidup di bumi ini,  Allah mampu menyusun kembali ujung jari-jari manusia yang telah mati milyaran tahun lalu menjadi sempurna kembali. "Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, Surat 75, Al Qiyamah ayat 3-4) 

3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4. Bahkan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna
Sidik jari memiliki keunikan tersendiri dari organ fisik manusia. Sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.
Keunikan sidik jari ini baru ditemukan manusia di akhir abad ke-19. Padahal sebelumnya, orang menganggap sidik jari hanya sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari seperti disebut di atas, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu sampai abad ke 19. Ilmu pengetahuan barulah mulai abad ke 19 mengarahkan perhatian pada arti penting sidik jari, yang ternyata  mampu untuk mengungkapkan berbagai masalah kejahatan, sehingga membebaskan tuduhan kepada orang yang tidak berbuat criminal dan menghukum yang tepat kepada yang bersalah.
Satu persatu informasi Al Qur’an yang semula hanya diterima dengan iman, sekarang mulai terkuak. Ummat yang hidup sezaman dengan nabi, iman mereka begitu mantab diantaranya dengan menyaksikan sndiri mukzijat. Kini kita ummat yang hidup sudah lebih empat belas abad dari zaman Rasulullah, Alhamddulillah iman seharusnya semakin mantab, dengan semakin terkuaknya rahasia informasi Al Qur’an. Salah satu contoh lain adalah dalam surat Al-Jatsyiah ayat 29 di informasikan bahwa ada sejenis buku yang dapat bercerita tentang apa yang kita lakukan.
Sejak dikenalnya cara menulis, orang sudah mengenal buku. Sepanjang diketahui sebelum ditemukan teknologi rekaman dan akhirnya computer, orang sama sekali tidak menyangka bahwa ada buku atau sesuatu benda yang dapat bercerita, sebagaimana layaknya manusia. Masihkah kita ragu bahwa apapun yang kita katakan, apapun yang kita perbuat, semuanya akan terekam tidak satupun terlewatkan. Rekaman itu berupa yang dilambangkan oleh Allah dalam Al Qur’an Surat Al Jatsiah ayat 29 “Kitab yang dapat membacakan/menuturkan………”. 
29. (Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan."
Teknologi sekarang dengan satuan Giga Bite atau Mega Bite atau apapun namanya ukurannya, diawal era computer peralatan penyimpan data masih besar kemasannya. Kini alat penyimpan data itu sudah semakin kecil sanggup menyimpan data terdiri dari suara gambar dan aksara, semuanya dapat direkam begitu banyak. Itu alat penyimpan data buatan manusia, bagaimana dengan alat yang dibuat oleh Allah. Alat itu telah diinformasikannya dalam Al Qur’an, masihkan kita tidak percaya dengan kebenaran Al’Qur’an. Tentu seluruh kehidupan kita, seluruh perbuatan kita, seluruh ucapan kita, sekecil apapun akan terekam dalam “Flash Disk” buatan Allah yang maha sempurna, dan kemudian akan menurturkan dan memperlihatkan kembali video kehidupan kita yang hanya sekedar 60 sampai seratusan tahun.
Jangankan perbuatan sedangkan ucapan saja tetap tercatat dalam catatan Allah, salah satu contoh ucapan Nabi Ibrahim ketika orang bertanya tentang kekayaannya berupa hewan ternak“Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan  juga.” Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya, yang kala itu masih berusia 7 tahun.
Pesan kita buat siapa saja, terutama pemimpin-pemimpin negeri, hendaklah hati-hati dalam berucap, hati-hati dalam berjanji, sebab setiap kata terekam disisi Allah, bakal dimintai pertanggungan jawab bukan saja di akhirat nanti, di dunia inipun pertanggungan jawab itu, pembuktian itu sudah harus dibuktikan.

No comments:

Post a Comment