Tuesday 3 April 2012

MEMBISNISKAN RASKIN


Menyoal bikin singkatan, rupanya bangsa kita lumayan cerdas. Contoh Pemilihan Umum disingkat PEMILU (dipatut-patut, benar juga membuat menjadi pilu=sedih). Pemilihan Kepala Daerah disingkat PILKADA, seperti sejenis obat, jika dikaji lebih jauh, benar juga, buat sekedar obat bagi rakyat adalah pembaruan janji akan perbaikan nasib.
RASKIN singkatan dari Beras untuk orang-orang miskin. Sepintas sepertinya adalah penggolongan keturuan manusia seperti RAS “Mongolia” RAS “Asia” RAS “Eropa”. Tetapi benar juga penggolongan masyarakat yaitu masyarakat miskin, masyarakat kaya mungkin dapat disingkat RASYA (golongan RAS masyarakat kaya). Jika kelompok koruptor disingkat; jadinya “RASTOR”. Untuk yang satu ini nampaknya padanan singkatannya “KOTOR” (Kelompok Orang Kotor).
Bicara soal miskin, sepertimya selama dunia ini terkembang tetap saja masih ada. Karena orang miskin merupakan media bagi orang kaya untuk lahan amal. Dilain pihak orang kaya untuk orang miskin mendapatkan rezeki. Bagaimana kalau didunia ini tidak ada orang miskin, tentu tidak ada orang yang akan menjadi buruh, semuanya jadi bos.
Di dalam kaidah agama “miskin” adalah: “siapa pun dan di mana pun berada, jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer)nya, yaitu sandang, pangan, dan papan, dapat digolongkan pada kelompok orang-orang yang fakir ataupun miskin. Oleh karena itu, setiap program pemulihan ekonomi yang ditujukan mengentaskan fakir miskin, harus ditujukan kepada mereka yang tergolong pada kelompok tadi. Baik orang tersebut memiliki pekerjaan tetap, tetapi tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dengan cara yang makruf, yakni fakir, maupun yang tidak memiliki pekerjaan karena PHK atau sebab lainnya, yakni miskin”
Menurut acuan pemerintah : Seseorang baru dikatakan miskin bila pengeluaran per kepala per bulan di bawah Rp211 ribu. Badan Pusat Statistik = Bilamana jumlah rupiah yang dikeluarkan atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang dari 2.100 kalori perkapita.
Sedangkan Bank Dunia “miskin” adalah “Tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan 1,00 dolar AS perhari”.
Masyarakat RAS orang-orang miskin itu kini oleh pemerintah diberikan beras saban bulan dengan harga yang murah yaitu menurut keadaan bulan Maret 2012 seharga Rp 18.000 buat sepuluh liter.
Rupanya terdapat juga peluang bisnis dalam arena pembagian beras miskin ini, karena ternyata tidak semua orang yang mendapatkan kupon RASKIN itu benar-benar miskin. Tidak semua orang miskin punya duit sebesar Rp 18 ribu, juga tidak semua oang miskin dapat kupon. Jadi kelompok miskin ibu kota Jakarta menurut mengamatan pembantu rumah tangga saya dapat digolongkan menjadi:
1. Orang miskin terdaftar, yang bersangkutan punya KTP DKI di tempat dia tinggal baik mengontrak maupun punya rumah sederhanya sendiri. Punya penghasilan ala kadarnya sehingga kalau untuk menebus RASKIN masih ada kesanggupan.
2. Orang miskin tidak terdaftar, meskipun dia punya KTP DKI tapi dianya tidak tinggal sesuai data KTP-nya sehingga tidak mendapatkan kupon baik di mana dia terdaftar sebagai penduduk, mapun di mana dia tinggal.
3. Orang miskin terdaftar, tetapi giliran mendapatkan kupon RASKIN yang bersangkutan tidak punya duit sebesar Rp 18 ribu.
4. Orang yang terdaftar miskin, semestinya yang bersangkutan tidak miskin-miskin amat, kelompok ini ogah makan RASKIN. Kalaupun ditebusnya juga langsung dilempar ke pengumpul di pasar beras.
Sehubungan dengan itu terbukalah peluang binis RASKIN. Biasanya kelompok masyarakat miskin ini punya solider lebih tinggi dari penduduk kaya. Bagi kelompok 2 (dua) di atas, akan dapat berbisnis dengan kelompok 3 dan 4. Kelompok 2 menerima kupon dari kelompok 3 atau 4 hanya memberikan imbalan sebesar Rp 5 ribu per kupon. Dalam hal tidak ketemu sesama miskin yang tak punya kupon, maka kelompok 3 terpaksa datang ke pengumpul di pasar beras, menunjukkan koponnya untuk menerima uang sebesar sampai Rp 25 ribuan satu kupon berasnya dalam kantong 10 liter itu langsung diserahkan ke pengecer beras. Oleh pengecer beras RASKIN di ecer dengan harya Rp 4 ribu seliter. Hitung-hitung sama-sama untung, pengecer dengan menunggu sampai RASKIN laku dapat untung sekitar Rp 15 ribuan dalam sepuluh liter, sementara si pemilik kupon dapat tambahan uang jajan Rp 7 ribu, yaitu bakal nebus Rp 18 ribu uang Rp 25 masih sisa Rp 7 ribu, tapi tidak dapat beras. Buat kelompok 4 ndak jadi soal biar tidak dapat beras, juga toh ia biasa makan beras pulen yang Rp 7 ribuan per liter, langsung saja kupon diserahkan ke orang lebih miskin tidak punya kupon dengan imbalan Rp 5 ribu atau ke pengecer beras dapat imbalan Rp 7 ribu.
Lain lagi penebus RASKIN yang sedikit ada duit seperti kelompok 1. RASKIN ditebus kemudian beli juga beras pulen yang Rp 7 ribuan, sekira 2 literan. Raskin 10 liter dioplos dengan 2 liter beras pulen, konon makannya agak enak. Kalau langsung RASKIN dimasak “PERAK Banget” kata yang empunya cerita. Biasalah yang namanya miskin lauk pauknya pun kan sederhana, kalau nasinya “PERAK” sudahlah makan jadi ngak enak.
Sampai kapankan rakyat Indonesia ini tetap masih banyak yang miskin padahal negara ini paling terkaya di unia, apa saja ada. Apakah karena keberkahan dinegeri ini sudah tercabut. Pembacalah yang dapat menjawabnya.


No comments:

Post a Comment