Sunday 15 April 2012

MENYAKSIKAN SIKSA KUBUR

Pernah saya mendengar cerita, di suatu komplek pemakaman umum terjadi salah liang memakamkan dua jenazah yang meninggal dunia di hari yang sama. Cerita lengkapnya tersebut bahwa, pagi-pagi ada dua keluarga yang masing-masing memesan liang lahat untuk memakamkan jenazah keluarganya. Setelah mendapat tanda terima pelunasan biaya pemakaman dari petugas pemakaman; masing-masing perutusan keluarga pulang mengantongi bukti tentang penyelesaian administrasi pemakaman melaporkan ke keluarga utama dari si mayit.
Secara kebetulan kedua mayit mempunyai nama yang sama katakanlah Almarhum A. Keluarga Almarhum A yang satu datang mengiringkan mayat ke pekuburan sebelum shalat zuhur, langsung diterima petugas pemakaman umum dan ditunjukkan kavling makam blok B yang letaknya tidak jauh dari pintu gerbang komplek pemakaman. Jenazahpun langsung dimakamkan dan diupacarai sebagaimana mestinya di liang yang ditunjukkan petugas makam. Sedangkan jenazah almarhum A yang satunya lagi diantarkan keluarganya ke pemakaman setelah shalat zuhur. Petugas pemakaman langsung menunjukkan liang lahat di kavling blok D lompat satu blok dari makam almarhum A yang tadi dimakamkan sebelum shalat zuhur.
Keluarga dekat almarhum A yang mayitnya tiba di pemakaman setelah zuhur protes, karena mereka meminta kepada orang yang diutus ngurus pemesanan liang lahat agar siapkan liang lahat di kaveling B, kenyataan kenapa harus di kaveling blok D. Sebab di kaveling B sudah lebih dahulu meninggal dan dimakamkan Almarhum Ayah, ayah mertua dan Almarhumah Ibu serta isteri si mayit. Maksud keluarga yang masih hidup agar mereka di lahan pekuburan dapat bertetangga. Keluarga dekat almarhum sedikit berang kepada utusan yang ngurus pesan liang lahat. Tentu saja keberangan ini cukup memalukan bagi yang ngurus, sebab diomeli di suasana seperti itu dan banyak pengantar ikut mendengarkan. Dengan serta merta ia membuka kembali blanko aplikasi dan kwitansi bukti administrasi pemesanan liang lahat. Ternyata utusan yang ngurus liang lahat benar, dia tunjukkan bahwa ia sudah memesan liang lahat yang berlokasi di Blok B, selokasi dengan mendiang Ibu/Bapak, istri dan beberapa famili almarhum.
Berbekalkan bukti otentik tersebut, keluarga mayit menuju kantor pemakaman sementara jenazah diletakkan di tepi liang lahat di blok B dimaksud. Singkat cerita, petugas pemakaman kalah adu bukti tertulis dan hanya meminta kebijaksanaan agar pihak keluarga mayit bersedia memahami kesalahan tersebut, sebab tidak sengaja dan menempatkan jenazah di liang yang sudah tersedia di blok D. Tapi keluarga almarhum tetap bersikeras, tidak mau mengalah.
Kepala pemakaman akhirnya menghubungi pihak keluarga yang dimakamkan sebelum zuhur, menceritakan duduk perkara kesalahan liang tersebut dengan menunjukkan pada bukti tertulis autentik dan mengaku salah dan bahkan bersedia mengganti kerugian. Keluarga almarhum yang dikebumikan sebelum zuhur walaupun tadinya agak keberatan, setelah mendengar alasan serta terjadi negosiasi segi tiga yaitu pihak pemakaman, keluarga mayit almarhum A yang satu dan A yang kedua. Diputuskan sekitar pukul 2 siang jenazah yang terlanjur di kubur di Blok B digali, untuk kemudian dimakamkan di Blok D. Bersamaan dengan itu jenazah almarhum A yang tiba kepemakanan sesudah zuhur dimakamkan menggantikan jenazah A yang telah dimakamkan sebelum zuhur.
Seluruh hadirin pengantar keluarga besar jenazah A sesudah zuhur dan sebagian pengantar dan keluarga jenazah yang diantar ke makam sebelum zuhur, sama menyaksikan bahwa kain kafan jenazah yang digali yang baru terkubur kurang lebih 3 jam itu, sobek-sobek, compang camping seperti bekas sayatan cambuk yang begitu keras, sementara disekitar sobekan tersebut penuh dengan bercak darah. Tentu para penyaksi menjadi heran, karena semestinya orang sudah meninggal kendati dilukaipun tidak akan mengeluarkan darah. Masing-masing pengantar ke kubur ketika pulang penuh dengan tanda tanya apakah yang bersangkutan baru habis didera dengan cambuk merupakan siksa kubur. Tetapi demi menjaga kerahasiaan mayat dan setiap orang tidak mudah menceritakannya, sebab sudah semua maklum kalau menyangka yang macam-macam terhadap orang yang sudah mati adalah dosa, maka peristiwa tidak terpublikasi meluas, namun tetap saja jadi cerita dari mulut ke mulut.
Cerita ini kuangkat dari apa yang kudengar, tidak kulihat sendiri. Oleh karena itu akurasi kebenarannya dalam prosentase yang kecil. Kuangkatnya cerita ini lagi lantaran pada hari Jum’at tanggal 21 Jumadil Awal 1433H bertepatan dengan tanggal 13April 2012. Seorang Khatib di sebuah masjid di Jakarta Pusat memberikan khutbah antara lain menyangkut kebenaran siksa kubur. Setelah selesai khutbah kutanyakan kepada Khatib bolehkan cerita ini saya tulis di blog saya. Khatib tersebut menyatakan silahkan justru yang bersangkutan sangat menyetujui “ini kan termasuk dakwah” tambah ustadz yang bersangkutan.
Si ustazd belum lama ini diundang ke suatu daerah di luar Jakarta, oleh suatu panitia di daerah yang menginginkan beliau memberikan ceramah dalam rangka hari besar agama Islam. Panitia daerah tersebut agaknya mengenal sang ustadz melalui layar kaca di salah satu TV, kemudian mendapatkan alamat si ustazd dari pihak TV dan berhasil menghungi HP si Ustadz dan akhirnya diperoleh kesepakatan mengundang ustadz ke daerah selama 3 hari.
Acara selama tiga hari disusun padat, hari pertama ustazd harus naik podium 2 kali di dua masjid yaitu sesudah zuhur dan sesudah magrib. Hari kedua dirancang untuk naik podium di tiga masjid yaitu sesudah subuh, sebelum zuhur (waktu dhuha diminta ceramah mulai pukul 10) dan sesudah magrib. Hari ketiga diminta hanya 2 kali di masjid yang berbeda yaitu waktu setelah shalat subuh dan sebelum zuhur. Setelah shalat zuhur ustazd dengan seorang teman beliau akan diantar menuju bandara untuk pulang ke Jakarta. Sudah standar pelayanan panitia mendatangkan ustadz ke daerah menyediakan akomodasi penginapan dan antar jemput di dalam kota.
Persoalan yang menjadi titik berat kisah ini adalah pada acara hari kedua, tiba-tiba sekitar pukul tujuh ketika si ustadz sedang istirahat selesai sarapan di hotel, melalui HP mendapat kabar bahwa acara ceramah jam 10 terpaksa dibatalkan, karena tidak diduga keluarga dekat ketua panitia meninggal dunia ba’da subuh tadi, belum lama setelah mengantar ustazd ke hotel.
Walaupun batal acara ceramah, namun kehadiran ustazd ditengah keluarga yang sedang berduka tetap diminta dan sekaligus keberadaan ustazd dimohon memimpin shalat jenazah dan sampai dengan acara pemakaman. Tidak diketahui oleh shahibul musibah pengundang ustazd bahwa pada hari yang sama telah meninggal dunia juga seorang tetangga kampung di daerah sekitar bernama “Maimunah” (bukan nama sebenarnya), sedangkan keluarga dekat panitia pengundang ustazd yang meninggal adalah “Siti Maimunah” (Juga bukan nama sebenarnya).
Kebetulan keluarga almarhumah Siti Maimunah termasuk keluarga orang berada sehingga banyak sanak famili yang ditunggu kehadirannya sebelum almarhumah diturunkan dari rumah duka. Akibatnya pemakaman baru dapat dilaksanakan menjadi molor sesudah shalat zuhur, sempat dishalatkan di masjid dengan beberapa sambutan.
Peristiwa seperti cerita mayat almarhum A yang salah liang telah diceritakan di atas terulang, hanya beda sedikit kejadiaannya. Pemakaman di daerah itu ada kaveling depan dan kaveling belakang. Sebelum shalat zuhur telah dimakamkan jenazah almarhummah Maimunah di pemakaman kaveling depan yang telah di pesan keluarga Almarhumah Siti Maimunah. Ketika jenazah Siti Maimunah tiba ke pemakaman sesudah zuhur ternyata liang lahat yang dipesan di kaveling depan telah disemayamkan Almarhumah Maimunah. Betapa sewotnya keluarga Siti Maimunah kepada pengurus makam. Ustazd yang ikut hadir menenangkan “Sudahlah, sama saja di depan juga bumi Allah di belakang sana juga bumi Allah”, demikian spontan ustazd berfatwa. Malah salah seorang keluarga dengan emosi berteriak “Ustazd si hanya bisa ngomong”. Akhirnya si ustazd memilih diam dan selanjutnya beberapa orang dari keluarga mayit menuju pos kantor pemakaman yang hanya puluhan langkah dari lokasi kaveling depan. Entah apa yang mereka bicarakan, akhirnya pengurus makam berhasil membujuk keluarga almarhum Maimunah untuk memindahkan jenazah yang sudah kurang lebih tiga jam yang lalu dimakamkan. Pendek cerita makampun digali disaksikan sebagian keluarga jenazah yang telah dimakamkan lebih dahulu itu, serta keluarga dan pengantar jenazah yang siap menggantikan liang lahat kaveling depan itu.
Ustazd meneruskan khutbahnya, bahwa beliau menyaksikan sendiri bahwa muka jenazah yang baru saja dikeluarkan dari liang lahat lebam membiru. Dari telinga, dari mulutnya mengeluarkan darah serta dari mulut mengeluarkan beberapa binatang yang menjijikkan. Padahal seperti dimaklumi bahwa orang telah mati tidak akan mengeluarkan lagi darah dan mengapa sampai mukanya lebam membiru. Menyaksikan peristiwa ini membuat ustazd teringat akan sabda Rasululullah s.a.w. siksa kubur itu benar, bahwa pertanyaan Mungkar dan Nakir di alam kubur itu benar.
Saya teringat bahwa kepada kita sebelum salam ketika mengakhiri shalat diajarkan do’a oleh Rasulullah s.a.w. sebagai berikut:
“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qabri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal [Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim)
Jikalah tidak ada siksa di alam kubur tentulah tidak diajarkan oleh nabi Muhammad s.a.w. do’a seperti tersebut di atas.
Selanjutnya layak disimak sebuah hadits diriwayatkan oleh Ali bin Ma’bad dari Abu Hasim dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, “Ketika mayat diletakkan di dalam kubur, ia didatangi malaikat yang diutus Tuhannya dan bertanya, ‘Siapa Tuhanmu?’ Bagi orang yang diberi keteguhan oleh Allah, ia akan menjawab, Tuhanku adalah Allah.’ Ketika ditanya, ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Agamaku Islam.’ Dan ketika ditanya, ‘Siapa nabimu?’ Ia menjawab, ‘Nabiku adalah Muhammad’ Merasa sebagai orang yang beruntung, ia berkata kepada malaikat, ‘Biarkan aku bertemu dengan keluargaku. Aku ingin menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka.’ Namun, malaikat berkata, tidurlah saja dengan tenang, kamu akan dipertemukan dengan teman-temanmu.’ Tetapi, bagi orang yang tidak diberi keteguhan oleh Allah, ketika ditanya oleh malaikat, ‘Siapa Tuhanmu?’, ia tidak bisa menjawabnya. Sehingga, ia lalu dipukul oleh malaikat, dan ia menjerit kesakitan yang suaranya bisa didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia. Lalu malaikat berkata, ‘Tidurlah dengan menderita.”
Cerita versi ustadz ini agaknya akurat, diangkat di dalam suatu khutbah Jum’at, akurasinya lebih tinggi ketimbang kisah yang saya dengar pada kasus jenazah A yang salah liang kaveling B dan D tersebut di atas. Besar sangkaan saya bahwa diantara pembaca banyak juga mendengarkan cerita yang mirip dengan cerita ini dan bahkan mungkin ikut menyaksikan.
Semoga kita semua dilindungi Allah dari azab siksa kubur, tentu dengan: Selagi sehat afiat, selagi kuat, selagi mampu, selagi muda selagi berpunya; gunakanlah sebaik-baiknya untuk menjauhi seluruh larangan Allah dan sekuat dan semampu kita melaksanakan perintah-perintah Allah. Insya Allah Tuhan akan memberikan keteguhan di alam kubur, sehingga mudah-mudahkan terluputlah kita dari siksa kubur.
Suatu kejadian yang berlawanan sangat, dengan kedua peristiwa di atas, ada jenazah seorang yang taat telah puluhan tahun terkubur di suatu lahan yang karena pelebaran jalan di Jakarta, makam harus dipindahkan. Salah satu jenazah yang sudah terkubur lebih duapuluh tahun ketika digali akan dipindahkan, jangankan jasad jenazah, kain kafan pembungkusnyapun masih utuh, hanya tentu sudah melapuk. Setelah dirunut ia adalah jenazah seorang tukang jual es cendol yang semasa hidupnya tidak tinggal waktu dalam shalat dan amalan utamanya adalah membaca Al-Quran disela sela waktu jeda ketika setelah melayani pemesan cendol.
Wallahu a’lam bi shawwab


No comments:

Post a Comment