Monday 12 March 2012

KUNCI MEMILIH PROFESI

Guru saya menjahit, pernah berkata padaku bahwa “orang itu kalau banyak pengetahuan hidupnya akan susah”. Sering kumampir sepulang sekolah di kios penjahit di pasar kota kelahiranku, suatu ketika kukemukakan keinginanku untuk belajar menjahit pakaian, disaat itulah beliau mengucapkan Kalimat hikmat tersebut. “Ndak apa-apa Pak Long, saya kepingin pandai menjahit pakaian”, “Udahlah kau rajin-rajin aja belajar, banyak ilmu pengetahuan didapat dari sekolah”. Sahut Pak long Zaini penjahit terkenal dikampungku. Aku tidak mau membantah statement guruku tersebut, untuk kali itu dialog terhenti agar tidak terlalu mengganggu beliau sambil menggunting kain di atas meja potong dan sesekali memberi instruksi kepada anak buah penjahit di kios mereka.
Beberapa hari lagi kuulangi lagi bertemu dengan guruku itu, untuk mengemukakan hal yang sama, kali ini ia masih menolak keinginanku menjadi muridnya dengan alasan “penjahit itu salah-salah sering bohong”.
Keinginanku untuk belajar menjahit, dengan niat sebagai ketrampilan tidak surut, akhirnya Pak Long penjahit terkenal di kampungku itu menerima juga aku jadi muridnya, setiap pulang sekolah di SMA. Singkat cerita akupun mulai belajar sesuai prosedur, mulai dari menjahit lurus, sampai akhirnya dapat menjahit pakaian. Ketrampilan itu kuteruskan lagi dengan kekhususan menjahit segala macam topi dari guru lain. Benar juga besar sekali manfaatnya, belum selesai kusekolah di SMA dengan seorang teman lebih tua dariku yang tidak sekolah lagi kami berhasil membuat kios penjahit dan mendapatkan borongan jahitan seragam Pramuka dan pakaian Hansip. Waktu itu mendapat proyek belum seperti sekarang, langsung dari pihak pemberi pekerjaan dapat order, mungkin belum banyak pesaing. Kepada pemberi kerja juga ndak perlu nyisihkan “uang terimakasih” untuk ngegolkan proyek. Seingatku tidak pakai tender, boleh dikata penunjukkan langsung, tapi tidak ada rekayasa. Barang kali di pergaulan bisnis waktu itu belum ada “ilmu rekayasa” diajarkan.
Pengetahuan menjahit itu ternyata sangat bermanfaat, ketika kutinggalkan kampung halaman di awal perantauan sebelum mendapatkan pekerjaan tetap, di rantau ternyata ketrampilan itu sangat bermanfaat. Singkat cerita di rantau aku diterima bekerja di penjahit, kebetulan bulan puasa. Bermodalkan ketrampilan menjahit, dapat tumpangan rumah dan berpenghasilan, sambil mencari pekerjaan lain yang lebih prospektif. Karena sejak semula niat bukan dipasang untuk menjadi penjahit.
Di bawah tahun 70an tenaga kerja masih sangat dibutuhkan oleh berbagai instansi dan institusi, Di rantau hanya kurang lebih sebulan memanfaatkan ketrampilan menjahit, sudah dapat bekerja menjadi penyiar RRI., wartawan beberapa surat kabar dan wartawan kantor berita LKBN Antara. Begitulah perjalanan hidup sampai akhirnya alih profesi lagi menjadi pegawai bank. Belum habis kilasan hidup ini, mungkin sekarang terminal akhir sebagai dosen setelah pensiun jadi pegawai bank.
Kini kurenungkan kata-kata guruku menjahit disitir di atas yaitu “orang banyak pengetahuan hidupnya susah”, ternyata ada benarnya yaitu kata-kata hikmah guruku itu. Seseorang yang banyak pengetahuan itu bila ia tidak menekuni satupun dari kemampuannya dengan sungguh-sungguh, hidup ini akan susah. Sebab-sebabnya adalah:
Pertama, bila suatu ketika suatu bidang pekerjaan sedang terlihat banyak menghasilkan, yang bersangkutan karena punya kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan itu lantas pindah, meninggalkan pekerjaan lama. Begitu seterusnya pindah-pindah terus menerus.
Kedua, keahlian yang bersangkutan, tidak terbentuk menjadi betul-betul ahli, tidak menjadi seorang profesional, karena tidak fokus, serba tau memang, tapi tidak pakar.
Ketiga, pekerjaan jadi media untuk coba-coba, sedang urusan coba-coba dalam hidup ini memang boleh, tetapi harus ada batas, dikarenakan manusia punya keterbatasan usia. Kalau terus lompat sana lompat sini untuk coba-coba maka usia akan habis sementara percobaan tak habis-habis tapi serba setengah-setengah.
Sekarang ini keadaan menuntut keahlian khusus. Misalnya ahli mengenai serangga, seseorang mengkhususkan keahliannya pada serangga hanya Rayap, dan lebih khusus lagi Rayap hanya Rayap rumah, dan lebih sangat khusus lagi adalah Rayap rumah kosong, hanya Rayap rumah kosong. Ada lagi misalnya ahli unggas, yang dipilih unggas jenis burung, dikhususkan lagi burung khusus Bangau, burung Bangau khusus yang hidup di sawah, lebih khusus lagi Bangau hidup di sawah yang betina. Peng-khususan memang membuat seseorang sangat ahli, tetapi kelemahannya adalah bidang lain selain yang ditekuni si ahli, ia menjadi tak paham, sampai-sampai kalau di tanya soal burung Bangau jantan yang ahli Bangau betina tak begitu mengerti.
Dalam hidup ini sepertinya jodoh-jodohan atau cocok-cocokan juga soal bidang usaha untuk penghidupan. Sayang kita tidak mengetahui bidang apa yang cocok buat kita sejak dini. Maha benar Allah yang menghidupkan kita telah mengatur sedemikian rupa setiap orang cocoknya di mana, kalau tidak diatur demikian, maka hidup ini akan seragam, tidak saling melengkapi. Makanya ada yang berprofesi sebagai tentara, siap mengamankan negara dari ancaman musuh. Ada yang jadi polisi pengayom masyarakat melindungi rakyat dari gangguan keamanan dan ketertiban. Ada yang jadi guru, dan dosen yang mencerdaskan kehidupan anak negeri untuk kelangsungan kejayaan bangsa. Ada yang jadi pedagang agar terpelihara kebutuhan hidup. Ada yang jadi pegawai negeri sipil melayani adminitrasi pengurusan rakyat. Ada yang jadi dokter menjaga kesehatan masyarakat. Pokoknya berbagai profesi saling membutuhkan. Bayangkan kalau seorang menyandang beberapa profesi yang disebutkan tadi sekaligus, tentu akan susah hidupnya. Paling tidak menjadi repot sendiri.
Soal pemilihan bidang usaha itu benar-benar nasib-nasiban. Ada orang yang sukses jual cendol, sanggup menyekolahkan anak-anaknya hampir selusin semuanya jadi sarjana. Orang lain mungkin lihat pedagang cendol berhasil, ingin ikutan, belum tentu sukses.
Saya menyaksikan pedagang yang tadinya jualan makanan ringan, kue-kue kering dan kue basah, tidak sukses bahkan makin hari makin merosot hampir bangkrut, lantas kiosnya diganti jual pepaya, rupanya setelah jualan pepaya sukses besar.
Kalau sudah sukses menekuni suatu bidang, tekunilah bidang tersebut sampai menjadi benar-benar ahli. Untuk menjadi benar-benar ahli, tekuni bidang yang telah anda pilih.
“Jadi kunci sukses adalah tekuni keahlian anda”
Buat pemuda yang kini masih mencari-cari jatidiri, apa sebenarnya bidang kegiatan yang paling cocok buat diri, tip yang mungkin perlu dipertimbangkan adalah:
• Tetapkan lebih dari beberapa rencana profesi apa yang akan ditekuni, sesuai potensi yang anda miliki.
• Boleh melakukan percobaan untuk beberapa profesi alternatif dengan prioritas profesi mana diantara profesi yang dicoba tersebut paling disukai diri dan paling diterima masyarakat.
• Buat tonggak-tonggak batas tahun terakhir uji coba, dikaitkan dengan usia sampai kapan percoban harus sudah berhenti.
• Setelah sampai ditonggak tersebut tekuni profesi yang paling disukai diri sendiri, dan diterima masyarakat serta menjamin kehidupan. Percayalah profesi apapun yang kita jalani asal masih dalam koridor ketentuan Allah dan selaras dengan ketentuan masyarakat maka insya Allah akan mengantarkan kita ke gerbang kesuksesan dunia dan akhirat.
• Kadang suatu profesi terpaksa kita tekuni walau sesungguhnya bukan pilihan utama kita, tetapi tekunilah jika profesi itu menjanjikan jaminan hidup, setelah pada posisi tonggak terakhir batas uji coba. Ketahuilah bahwa yang tidak begitu kita sukai belum tentu tidak baik buat kita dan sebaliknya yang kita sukai belum tentu baik buat kita.




1 comment:

  1. ALHAMDULILLAH

    TERIMA KASIH PAK SYARIF
    SAYA SANGAT TERINSPIRASI DENGAN TULISAN BAPAK
    MULAI SEKARANG SAYA AKAN BERUSAHA TERUS SAMAPAI AHLI

    DOAKAN SAYA PAK YAAA
    BIYAR SUKSESS

    ReplyDelete