Tuesday 20 March 2012

BUAT CALON GUBERNUR DKI

Kalau bicara soal pengalaman, setidaknya aku udah pernah juga memimpin rakyat di DKI selama satu periode. Walau pemimpin yang paling-paling sangat amat terbawah yaitu sebagai Ketua Rukun Tetangga, dikenal dengan Ketua RT. Jadi umpama kata, mencalonkan diri jadi gubernur harus dengan syarat pengalaman leadership, sudah adalah pengalaman yang dapat dimuat dalam curiculum vitae sebagai pemimpin rakyat.
Kini bermunculan berbagai calon termasuk figur yang berpengalaman memimpin di daerah lain dan dikabarkan menuai sukses di daerahnya. Aku hanya ingin infokan bahwa cerita kehidupan di Jakarta lain dari daerah lain. Contoh kecil bila anda sukses menjadi ketua RT di daerah belum tentu “berhasil baik”, jadi RT di Jakarta.
Saya pernah dapat musibah jadi ketua RT itu satu periode, pusing belasan keliling. Salah satu masalahnya adalah soal kependudukan. Ada tujuh type pemilikan KTP di Jakarta, sampai sempat ku bikin laporan tertulis ke lurah dan camat.
Pertama, penduduk yang benar-benar warga RT.
Kedua, penduduk yang tinggal di RT kita tapi punya kartu penduduk DKI juga di wilayah lain. Ketiga, penduduk dengan KTP RT kita tapi sama sekali tidak pernah tinggal di RT itu, dulu numpang buat KTP, entah bagaimana ceritanya dulu punya KTP di RT kita. Diantaranya pernah kutanya dulu tingal di rumah mana, yang bersangkutan tak dapat menunjukkan rumah tempat pernah ia tinggal bersama keluarganya, berangsur-angsur jamanku perpanjangan tidak kusetujui kuberi surat pindah alamat ia sebenarnya sekarang. Susah kalau gini kalau ada kecelakaan atau yang bersangkutan tersangkut hutang atau berurusan dengan kepolisian.
Keempat, penduduk RT kita, pindah ke luar DKI, mereka sayang akan KTP DKI, jadi setiap perpanjangan KTP datang ke RT kita, syukurnya nyak babenya masih ada rumah di Jakarta. Kelima, pemilik KTP yang tadinya pernah mengontrak rumah di RT kita, walau rumah tersebut bukan lagi huniannya, ia masih tetap beralamat di rumah itu.
Keenam, pemilik KTP RT kita yang bekerja di daerah lain, sesekali pulang berlibur.
Ketujuh, pemegang KTP RT kita yang bersangkutan bersekolah di provinsi lain bahkan di luar negeri.
Dari tujuh type pemegang KTP ini memang tidak semua membuat pusing. Type yang paling memusingkan type ketiga, keempat dan kelima.
Periode berikutnya keluarga memutuskan aku sudah tidak boleh lagi jadi RT. Walau digadang-gadang oleh warga agar saya mau melanjutkan periode berikutnya. Warga menghendaki aku kembali menjadi ketua RT mungkin karena, mulai RT kupegang, warga tidak lagi dipungut iuran sampah, iuran kematian dan segala macam sumbangan. Sebab dropping dana dari kelurahan sudah lebih dari cukup untuk membiaya semua keperluan tersebut termasuk membiayai admnistrasi perlengkapan ke RT an. Bahkan dalam acara pertemuan warga, konsumsi dapat dipergunakan dana RT dari pemerintah daerah DKI itu. Akhir periode disamping masih punya sisa uang kas juga sanggup menyediakan monitor komputer. Di DKI pemerintah memberikan setiap RT sejumlah biaya operasional yang ketika lurah menyerahkan, diwanti-wanti uang tersebut bukan honor pengurus RT tapi biaya operasional dari RT. Itulah sebabnya uang itulah kupergunakan untuk seluruh keperluan RT dan alhamdulilah masih lebih, tidak sepeserpun berani kusentuh buat pribadi. Beruntungnya aku, bendahara dan sekretaris juga dari warga yang punya penghasilan, jadi uang dropping bulanan itu dimanfaatkan benar-benar untuk keperluan RT termasuk kalau ada acara tujuhbelasan, acara halal bihalal dan pertemuan warga di rumahku.
Menurut penalaranku bahwa uang dropping itu adalah uang yang dikumpulkan oleh pemerintah melalui pajak sudah tepatlah alamatnya diantaranya untuk mengelola pemerintahan yang paling bawah yaitu RT. Jadi tidak perlu lagi warga dibebani iuran sampah, sumbangan sosial kematian dan segala macam tetek bengek sumbangan, seperti aneka kupon yang berkala diterbitkan untuk ditarik dari warga. Sikapku seperti itu memang disenangi warga, tapi rupanya dapat komentar miring juga, dari kalangan tertentu di RT lain, bahkan ada isu yang masuk, bahwa waktu itu, aku dinilai RT yang sok. Nggak apa-apa setidaknya penggantiku sampai sekarang juga tidak memungut iuran-iuran mengikuti jejakku. Sebelum ke RT an-ku, rajin sekali pungut sumbangan dari warga, selain bila warga minta surat keterangan sepertinya ada kewajiban memasukkan uang kas. Tujuh belasan, acara-acara keagamaan, kebersihan, kematian dan lain-lain list sumbangan.
Kembali ke soal pemilihan gubernur DKI, para calon sudah mendaftar 19 Maret 2012. Siapapun terpilih menjadi gubernur DKI memang penuh dengan berbagai problematik diantaranya soal banjir, macet dan bangunan liar.
Banjir, salah satu penyebab banjir adalah kurang terurusnya drainase dan perawatan saluran air alias got. Contoh sangat kecil, waktu aku jadi RT saluran air di depan rumahku ada, tapi setelah jarak kurang dari satu tiang lampu listrik PLN dibelokkan ke belakang mengikuti jalan sekira 2 tiang lampu PLN, baru dibelokkan lagi menuju kali. Atas perkenan pemerintah usul kami membuat saluran air langsung lurus ke kali tanpa belok-belok, banjir tidak lagi pernah menggenangi rumah di belakang rumah kami. Untuk kebersihan saluran, kami buat penyaring sampah ditempat strategis di depan gorong-gorong dan sampah di jaring besi buatan kami itu selalu diangkat agar air lancar. Kalau sampah tidak disaring, ia akan menyumbat gorong-gorong itu membuat banjir. Rupanya kunci tanggulangi kebanjiran adalah saluran pembuangan air harus seimbang dengan perkiraan datangnya air. Biayanya cukup dengan biaya dropping dari pemda DKI tersebut. Asalkan jangan ada korupsi sejak dari tingkat pemimpin rakyat paling bawah sekalipun sampai ke atas.
Macet, sudah benar angkutan masal bus way dilaksanakan, cuma masih perlu diperbanyak, jangan sampai antri terlalu-lalu. Jadi akhirnya oang yang punya kendaraan pribadi jadi kapok naik bus way. Udah nunggunya laaaamaa sekali. Begitu bus way datang ndak dapat ikut naik, kalaupun naik berdempet-dempet. Memang kalau bukan jam sibuk kadang bus way kosong. Untuk mengatasi hal ini dapat diatur, pada jam padat jumlah diperbanyak kalau perlu bus way nya konfoi. Waktu mulai jam kosong diperjarang. Jika lebih nyaman naik bus way tentu orang yang punya kendaraan pribadi juga naik bus way. Untuk mengatur ini warga diberi nomor pengaduan langsung gubernur ditempel di halte-halte (tentu ada petugas yang ditunjuk untuk menjewer operator bus way) dalam sekian menit tidak direspon dapat mengadu kelebih atas lagi sampai langsung gubernur. Satu lagi yang perlu dipertimbangkan di halte-halte bus way tertentu, disediakan parkir umum yang aman. Jadi penduduk yang akan menuju ketempat pekerjaan naik kendaraan sendiri dari rumah ke halte terdekat, pakai mobil atau pakai sepeda motor parkir di dekat halte bus way, melanjutkan perjalanan ke tempat kerja atau ke tempat urusannya dengan menumpang bus way. Ini akan banyak mengirit bahan bakar, mengurangi kendaraan berada di jalan raya tentunya akan banyak mengurangi kemacetan.
Bangunan liar. Menyoal yang satu ini seperti yang saya lihat selama diam di Jakarta sejak usia duapuluhan sampai KTP seumur hidup bahwa: Kalau di satu tempat di pinggir jalan misalnya, didirikan gubuk sederhana, untuk jualan, mereka yang berwenang membiarkan saja dan bahkan datang menarik retribusi. Si kreatif yang membuat kios tersebut merasa aman sudah bayar retribusi dan merasa tidak dilarang. Lantas membangun yang agak permanen dikit dan seterusnya, setelah tumbuh subur/besar barulah digusur. Jangankan manusia, pohon saja kalau sudah tumbuh besar baru ditebang, sekurangnya akan banyak risiko dan sampahnya. Coba kalau gubug baru berdiri langsung didatangi dengan memberitahukan itu dilarang, kalau tidak mau dilarang langsung diangkut, belum begitu banyak rugi yang bersangkutan. Ini kembali terpulang kepada aparat. Terpulang kepada keteladanan atasan, keteladan untuk tidak korupsi, supaya tidak ada alasan yang dibawah, “kita cuma korupsi sedikit yang di atas lebih banyak lagi”
Selamat berkompetisi para calon gubernur DKI, siapapun anda bila jadi pemenang jangan pasang niat kalau saya jadi gubernur akan mengembalikan modal. Anggaplah kalau anda maju jadi calon sudah mengeluarkan modal, modal itu untuk investasi akhirat anda dan untuk mengukir nama baik anda selama hidup. Sudahlah, kalau anda dicalonkan oleh partai, jangan ada janji harus setor ngopeni partai, percayalah; partai dihidupi dengan uang haram lambat atau lekas pasti akan menjadi partai buram. Kalau anda maju pakai bandar, kalau jadi nggak apa kali janji ke bandar ndak ditepati asal anda menepati janji ke rakyat. Yakinlah bahwa bandar akan malu sendiri untuk nagih, tapi yang namanya rakyat nggak tau malu menagih janji.

No comments:

Post a Comment