Friday 16 September 2011

TIGA KECENDERUNGAN MANUSIA

Manusia di dalam menempuh hidup ini tidak akan luput dari kecenderungan yang tiga yaitu: Prasangka, Takut Risiko dan Ingin Untung.

1. PRASANGKA

Sejak bayi manusia sudah mempunyai pembawaan berprasangka dengan konotasi pihak lain diluar dirinya harus disikapi dengan hati-hati, karena akan dapat mencelakakan dirinya. Begitu terlahir bayi akan menangis, karena merasakan sesuatu yang asing dari yang dirasakannya selama di dalam kandungan ibunya. Selanjutnya menangis dijadikan sarana baginya untuk menolong dirinya untuk beberapa keperluan, buat menyatakan lapar dan haus, menyatakan kondisi sekeliling tubuhnya kurang enak. Perkenalan pertama terhadap manusia adalah orang-orang yang ada disekelilingnya, semula orang tersebut diduga akan membahayakan ternyata tidak, karena dari orang yang dekat dengan dirinya diperoleh minuman dan makanan serta memberikan kesegaran tubuh seperti memandikan, mengganti pakaian dan lain-lain keperluan. Bila disuatu keadaan ada orang lain yang mencoba mendekatinya selain yang biasa ia kenal, maka prasangka buruk akan timbul bagi si bayi, ia tidak langsung bersedia digendong, ia akan menangis sebagai ungkapan keraguannya untuk memberitahukan kepada orang yang biasanya ia kenal. Bahwa ada yang tidak ia suka karena akan mengancamnya. Pembawaan manusia ini terbawa sepanjang hidupnya. Kadar prasangka tinggi rendahnya tergantung pengalaman yang alami individu yang bersangkutan. Orang yang hidupnya di kota besar, prasangka negatif lebih tinggi dibanding orang yang tinggal di pedesaan.

Rumah orang di kota besar, pintunya senantiasa tertutup dan bahkan berkunci siang malam, dilengkapi pula dengan pagar tinggi pintu pagar berkunci di atas pagar ada kawat berduri. Tidak ketinggalan ada system alarm. Sedang rumah orang di desa, kadang tidak ditutup di siang hari, tidak ada pagar tinggi dengan pengamanan kawat berduri dan alarm. Jikapun ada pagar kadang sekedar pembatas halaman dengan jalan dan tetangga kiri kanan dan belakang rumah.

Di kota bila ada tamu yang ingin berkunjung, sebelumnya konfirmasi dulu, sedang di desa tamu datang langsung dapat ke rumah. Di Kota jika ada seseorang diluar pagar menekan bel rumah, isi rumah tidak langsung membukakan pagar, karena penuh curiga. Bukan berarti orang di desa sama sekali meninggalkan kecenderungan manusia berprasangka, hanya kadarnya lebih kecil dari orang kota. Penyebabnya adalah di kota penduduk lebih banyak sehingga tidak mudah saling kenal mengenal.

2. TAKUT RISIKO

Manusia normal pasti takut terhadap risiko. Naluri manusia sadar maupun tidak sadar tetap berupaya menghindari risiko. Kendati semua orang paham bahwa ada risiko yang tidak dapat dihindari (seperti mati) semua orang pasti akan mati. Selanjutnya risiko yang ditakutkan oleh manusia umumnya yaitu:

a. Murni/fundamental. Adalah risiko yang tidak disengaja, misalnya kebakaran, pencurian, penggelapan, bencana alam. Untuk menghindari risiko ini manusia secara naluri berusaha melakukan pengamanan sebelum risiko itu datang, dengan berhati-hati, waspada dan melakukan persiapan penanggulangan bila risiko itu datang juga.

b. Risiko statis. Risiko yang tidak ada hubungan dengan perkembangan ekonomi dan IPTEK misalnya: Risiko hari tua Risiko Kematian. Risiko hari tua membuat manusia menyiapkan diri dengan menghimpun harta, selagi muda atau bekerja disuatu institusi yang memberikan jaminan masa tua. Tidak sama keberuntungan setiap orang menerima risiko hari tua ini. Yang sama adalah masing-masing berupaya menyiapkan diri. Ada orang yang bernasib baik, harta dihimpunnya di masa muda dapat dinikmati di masa tua sampai akhirnya ia meninggal. Sementara anak keturunannya berbakti kepada orang tuanya. Dalam pada itu ada orang yang kurang beruntung, tak berhasil menghimpun harta di masa muda untuk masa tua dan jikapun punya anak keturunan kurang dapat pula berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Risiko mati, semua manusia sadar bahwa dirinya bagaimanapun akan tutup usia, orang yang beragama dan insyaf, akan mengumpulkan bekal untuk kehidupan sesudah mati.

Takut itu disebabkan keadaan yang belum pernah terjadi pada dirinya, tetapi boleh jadi akan terjadi dan bahkan ada yang pasti akan terjadi. Pada saat sesuatu yang ditakutkan itu terjadi, takut itu akan pergi, karena ditakutkan atau tidak ditakutkan sama saja sebab telah terjadi.

3. INGIN UNTUNG

Kecenderungan manusia ingin untung, kadang karena ingin untung justru malah merugi. Manusia cenderung ingin untung, karena memang manusia terlahir dengan kekurangan. Berapa banyakpun harta kekayaan, manusia tak kunjung puas. Kecenderungan ingin untung ini, belakangan dimanfaatkan oleh para penipu dengan menjanjikan hadiah melalui telepon dan SMS.

Dalam kaitan ini agar kita sekalian dapat mengendalikan kecenderungan ingin untung yang memang sudah menjadi kodrat manusia, ada petunjuk Allah untuk manusia meraih keuntungan yaitu :

Qad aflakhalmu’minun (Q.S. Al-Mukminun ayat 1)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman

a. Beriman

Orang yang beriman hidupnya akan senantiasa beruntung sebab seluruh apa saja yang dialaminya, ia akan berserah diri kepada Allah. Ketika ia mendapatkan keberuntungan kebahagiaan, ia menerimanya dengan penuh rasa syukur. Anugerah Allah diterima dan digunakannya sesuai peruntukan yang diatur oleh Allah dan Rasul. Orang beriman tidak menggunakan nikmat Allah, berupa kekayaan, jabatan dan kebahagiaan untuk hal yang justru merusak dan merugikan orang lain. Ketika orang beriman mendapat musibah ia akan bersabar sambil berdoa. Ia berdo’a agar Allah menghindarkan dirinya dari segala macam kerugian, bencana dan bahaya serta memberikan kesabaran baginya menerima cobaan. Kesabaran dan do’a ini membuat orang beriman selalu beruntung karena Allah akan memberikan pahala atas kesabarannya dan akan mengabulkan do’anya walaupun mungkin lambat misalnya diujung hayatnya atau akan ditemuinya terkabulnya do’a itu setelah di akhirat. Ketika ada berita hadiah misalnya, ia akan mengkaji terlebih dahulu, tidak asal terima, apakah hadiah/keberuntungan ini sesuai dengan kaidah keimanan yang dianutnya.

b. Shalat

Al ladzi nahum fii shalatihim khasyiu’un.

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
(Q.S. Al Mukminun ayat 2) dan ayat 9

Walladzinahum ‘alaa shalawaatihim yukhaafidhuun

dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.

Keberuntungan orang shalat dengan syarat bahwa shalat tersebut dilaksanakan dengan baik dan selalu berusaha untuk melaksanakan shalat berjamaah maka akan menerima banyak sekali keuntungan langsung selama berada di dunia ini, apalagi di akhirat nanti dengan ampunan dan rahmat Allah. Shalat sendirian saja bila terlaksanakan dengan benar, akan mencegah perbuatan yang keji dan mungkar sejalan dengan janji Allah “Inna shalata tan haa anil fahsya i wal mungkar”. Keberuntungan di dunia ini benar-benar dinikmati oleh orang yang jauh dari perbuatan yang keji dan mungkar. Orang yang berbuat keji kalau diketahui masyarakat akan dikucilkan. Orang yang melakukan kemungkaran, misalnya ambil contoh yang gemar dilakukan orang-orang yang punya kesempatan korupsi. Umpamanyalah memungkinkan lari keluar negeri, tapi hidup tetap tidak tenang. Jangankan keluar negeri dengan predikat lari, sedangkan bepergian biasa saja, tidak mengenakkan alias tersiksa, bila dibandingkan dengan berada di rumah sendiri, segala serba terbatas. Itu sebabnya orang dalam perjalanan mendapatkan kemudahan dalam shalat seperti jama’ dan qasar. Bagi orang shalat, dari waktu ke waktu iman diperbaharui, sehingga bila kesempatan korupsi itu muncul menjelang shalat zhuhur, setibanya shalat zhuhur setelah shalat niat itu terurungkan dengan pembaharuan iman ketika shalat (keculai shalatnya tidak benar, tetap saja tidak berbekas), tetap saja perbuatan keji dan mungkar berjalan terus.

c. Memelihara lidah

Walladzi nahum anillaghwi mu’ridhuun

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

(Q.S. Al-Mukminun ayat 3)

Adalah beberapa melapetaka disebabkan oleh perkataan, orang sulit melupakan kalau tersinggung perasaan karena menerima perkataan yang menusuk perasaan. Oleh karena itu maka Allah memperingatkan jauhilah ngomong yang tidak berguna, karena kalau banyak ngomong yang tidak berguna maka ada banyak kemungkinan salah. Kesalahan akan sangat fatal dan tidak menguntungkan bila menusuk perasaan orang lain, menimbulkan fitnah. Titik berat ngomong ini adalah terutama jangan ngomongi orang atau terkenal di dalam terminologi agama ghibah.

Hanya ada 5 ghibah yang dihalalkan yaitu: Bila terzalimi, Memberi kesaksian, Kasus yang ditanyakan, Contoh dalam dakwah dan Gelar seseorang kalau tidak disebutkan orang tersebut tidak dikenal. Diluar itu ghibah dilarang dan diancam dengan dosa diantaranya memakan bangkai saudaranya. (QS Al-Hujurat ayat 12)

Wala yaghtab ba’dhukum ba’dha, ayuhibbu ahadukum an yak kula lahma akhihi maitan fakarih tumuhu

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?

d. Menunaikan zakat

Walladzii nahum liz zakaati faa ‘iluna (Dan orang yang menunaikan zakat) Al-Mukminun ayat 4

Salah satu dampak zakat bagi penerima dan pemberi zakat adalah terjalinnya keharmonisan hubungan antar manusia selanjutnya akan menciptakan tatanan masyarakat yang kondusif sehingga menguntungkan semua pihak.

e. Memelihara kehormatan diri dalam mengendalikan nafsu

Walladzii nahum lifurujihim haafidhuun(a) (Orang yang selalu memelihara kehormatan dalam mengendalikan nasfu sexualnya). Al Mukminun ayat 5

Banyak ketidak beruntungan yang terjadi sebagai akibat mengumbar nafsu sex, untuk diri pelakunya sendiri, terhadap masyarakat dan bangsa.

f. Memelihara amanat

Walladzi nahum liamaanaatihim waa’ahdihim raa’uun(a) (Orang yang memelihara amanat). Al-Mukminun ayat 8.

Ketika amanat sudah tidak lagi dipegang, maka keberuntungan tidak lagi akan dapat diraih baik orang yang mencederai amanat dan pihak korban pengkhianatan amanat. Negara kita menjadi begini lantaran banyaknya pemangku amanat yang tidak lagi memegang amanat. Oleh karena itulah keberkatan tidak turun di negeri ini. Walau kita dianugerahi bumi dan air yang kaya raya. Tetapi bangsa ini tetap terpuruk, justru menjadi hamba sahaya di negeri orang yang mestinya miskin akan sumber daya alam. Sementara kekayaan alam di dalam negeri jikapun anak bangsa dapat menikmatinya hanya sebatas sebagai kuli, sedang tuannya masih diserahkan kepada bangsa asing.

Allah menjanjikan “Walau anna ahlal quraa aamanu wattaqau la fatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaai wal ardhi, walaakin kadzdzabu fa akhadznaahum bimaa kaanu yaksibuun. Al-A’raf 96

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Salah satu bentuk pendustaan ayat-ayat Allah adalah mengkhianati amanah seperti korupsi dan tidak menjalankan tugas sesuai amanah. Karena itu wajar bila bukannya keberkatan yang diterima penduduk-penduduk negeri ini, melainkan siksa dirasakan segala lapisan dan strata. Bagi yang miskin penderitaannya sebagian dipertontonkan di media elektronik dan diberitakan di media cetak. Para pembesar negeri ini dan para hartawanpun jangan dikira tidak mendapat siksa, saya kira perasaan tentram tidak dimiliki lagi oleh pembesar negeri ini dan juga hartawan tidak benar-benar merasa aman.

Hanya ini yang dapat kulakukan terhadap, keresahanku menyimak merajalelanya korupsi dan ketidak jujuran bangsa ini. Sepertinya bangsa ini sudah mewakili seluruh ummat nabi-nabi terdahulu yang pernah mendapat hukuman langsung dari Allah. Hukuman tidak langsung diturunkan Allah karena terkabulnya do’a Rasulullah yaitu Rasulullah Muhammad pernah berdo’a akan empat azab jangan diturunkan untuk ummatnya. Dua diantaranya dikabulkan dua hal ditolak.

Dua yang dikabulkan ialah tidak turun azab Allah dari atas dan dari bawah seperti ummat nabi terdahulu, seperti ummat nabi Nuh, Ummat nabi Luth Ummat nabi Sua’ib. Walaupun kini tingkah polah bangsa kita sudah berbuat seperti ummat nabi-nabi terdahulu.

Sedangkan dua yang tidak dikabulkan Allah ialah nabi Muhammad memohon agar ummatnya tidak berpecah belah dan ummatnya tidak benci membenci. Apa yang kita rasakan sekarang, kita terpecah belah dengan berbagai aliran golongan, kadang satu golongan membenci golongan lain.

No comments:

Post a Comment