Monday, 21 July 2025
Indikator Kesejahteraan
No: 1.338.07.07-2025
Disusun: M. Syarif Arbi.
Suatu kantor dengan karyawan 300 orang, terdiri dari: 30 orang tingkat pejabat kepala bagian, dan wakil kepala bagian. 60 orang pegawai senior, sedangkan selebihnya 210 orang adalah pegawai junior (clerk) termasuk office boy.
Kepala kantor yang baru saja dimutasi dari cabang lain ingin mengetahui sudah seberapa jauh, kesejahteraan pegawai di cabang tempat tugasnya yang baru itu mempengaruhi perilaku mereka. Untuk maksud tersebut disebar questioner untuk diisi seluruh pegawai, harus diisi segera dan dikumpulkan hari itu juga.
Dalam questioner tersebut, tiap pegawai diwajibkan memberikan tanda centang pada salah satu nomor dari pernyataan dalam questioner tersebut. Dibawah formulir questioner; diberikan kolom untuk menjelaskan alasan memilih salah satu nomor yang disenangi itu. Hasil Questioner dalam prosentase adalah:
1. Senang sekali jika diberikan tiket gratis nonton sepak bola = 3%.
2. Senang jika diberikan tiket gratis nonton bioskop = 2%.
3. Senang jika dihadiahi satu stel pekaian 6 bulan sekali = 8%
4. Senang jika diajak rekreasi ketika hari libur = 5%
5. Senang bila secara periodik menerima hadiah uang = 12%
6. Senang bila dalam sebulan diajak makan gratis = 34%
7. Senang bila kantor memberikan pelayanan Kesehatan gratis = 17%
8. Senang bila kantor membantu untuk mendapatkan perumahan = 19%
Hasil questioner ini bila dikomentari satu persatu cukup panjang, ijinkan di tulisan ini hanya diambil kesimpulan singkat bahwa ternyata soal “makan gratis”, menduduki ranking 1, disusul “perumahan” ranking 2 dan rangking 3 adalah “kesehatan”, mendapat hadiah uang di ranking ke 4.
Ternyata di kantor yang dibuat contoh ini, agaknya kesejehteraan pegawai belum maksimal, sebab pagawainya masih mengutamakan “makan gratis”, dari pada rekreasi, nonton. Banyak pegawai yang belum punya rumah sendiri. Persoalan biaya kesehatan cukup merisaukan sebagian besar pegawai.
Kalaulah pegawai2 sudah sejahtera, masalah makan buat mereka sudah terpenuhi dengan baik. Contohnya; buat orang2 yang kehidupannya sudah sejahtera, sudah makmur, sudah mapan, bila pergi kondangan resepsi pernikahan misalnya; kehadirannya bukan untuk menikmati makanan, tapi tujuan utamanya menghormati pengundang. Kadang makan hanya formalitas saja, atau ada yang malah tidak makan, setelah mengucapkan selamat kepada pengundang, langsung pulang.
Beberapa hari terakhir ini soal makan gratis, disuatu resepsi pernikahan, membuat sejumlah besar orang berusaha hadir untuk berdesak-desakan sehingga menimbulkan korban. Indikator ini menunjukkan bahwa kemakmuran rakyat masih jauh dari yang dicita-citakan. Sebagian terbesar rakyat negeri ini masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar yaitu “makan”. Kebutuhan bertahan hidup (Physiological Needs). Belum banyak rakyat yang memperhatikan kebutuhan keamanan (Safety Needs), buktinya mereka rela berdesak-desakan ingin mendapatkan makanan gratis, biarpun tersungkur dalam kerumunan orang banyak kemudian terinjak-injak. Di kehidupan yang serba kekurangan dalam hal mendapatkan makan, mereka mengenyampingkan rasa kasih sayang, hubungan sosial (Love and Belonging Needs), tega melakukan saling sikut untuk dapat paling duluan. Orang2 yang masih mengutamakan soal makan ini jauh dari mereka kebutuhan penghargaan (Esteem Needs), misalnya dinilai sabar, dinilai tau aturan tertib berantri, pokoknya berusaha agar dapat duluan, walau membahayakan orang lain. Ini semua terjadi karena rakyat masih banyak yang miskin.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im:
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
“Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”
Menarik; di kolom bawah questioner yang disediakan untuk diisi alasan memilih apa yang disenangi. Pegawai yang memilih “makan gratis”, ada yang mengisi, “Saya lebih senang jika nasi disediakan berupa kotak, karena akan saya bawa pulang, untuk saya makan bersama anak dan istri saya di rumah”. Agaknya bagi pegawai yang membuat keterangan ini, beranggapan lauk pauk yg disediakan pada makan gratis tsb. diasumsikannya akan lebih enak dari yang biasanya mereka makan se-hari2, lantas bila dibawa pulang akan dapat dirasakan bersama anak2 dan istri.
Semoga sebagian besar masyarakat terangkat dari kemiskinan, sehingga tidak lagi berdesak-desakan antri untuk mendapatan sekedar makanan gratis, tidak lagi berdesak-desakan antri mendapatkan sembako bersubsidi.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 21 Juli 2025, 25 Muharram 1447H.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment