Monday, 14 July 2025
Kemampuan Marah
No: 1.336.05.07-2025
Dirangkaikan: M. Syarif Arbi.
Marah merupakan potensi yang dimiliki oleh manusia, sama seperti senang, sedih, takut, jijik, cinta dan benci. Dalam kadar tertentu, marah adalah reaksi yang normal dan sehat sebagai bentuk pertahanan diri. Namun, marah yang tidak terkendali bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain, baik secara emosional maupun fisik.
Marah adalah reaksi emosional yang muncul ketika seseorang merasa terganggu, tersakiti, diperlakukan tidak adil, atau kecewa terhadap sesuatu atau seseorang. Emosi ini biasanya ditandai dengan perasaan tidak senang yang kuat, dan bisa muncul dalam bentuk ekspresi wajah, kata-kata kasar, atau tindakan agresif. Ada juga orang yang kalau marah malah diam.
Marah2an dapat dikelompokkan: Marahan antar orang, marahan orang perorangan kepada institusi, marahan antar institusi, marahan antar kelompok masyarakat. Marah seseorang kepada keadaan yang terjadi, marah kelompok masyarakat kepada suatu kebijakan yang dirasakan tidak adil dsbnya.
Kondisi diri ketika sedang marah, berpikir akan menjadi tidak logis, sehingga orang yang sedang marah cenderung: sulit memilih kata-kata yang tepat, mudah tersulut dan menyimpang dari topik, mengulang-ulang pernyataan, menggunakan bahasa kasar atau menyakitkan, tidak jarang terjadi pihak yang marah menyerang pribadi orang/pihak yang dimarahi.
Idealnya kalau memungkinkan; ketika menghadapi “kemarahan” marilah diikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya perihal “marah”:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤
“(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemarahannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Ali Imran 134)
Dari Mu'adz bin Anas Al-Juhani RA, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.
"Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Kalau diri dalam posisi marah, sebaiknyalah sebisa mungkin mengamalkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya tersebut diatas. Akan tetapi bila kita dalam posisi menerima atau mendengar orang sedang mencurahkan kemarahannya, atau kita justru yang terkena marah, ayok kita cari tau bagaimana sikap yang harus diambil.
Pertama: Tetap Tenang dan Jangan Terpancing: Jaga emosi dan hindari membalas dengan amarah, Tarik napas dalam-dalam, fokus pada ketenangan diri.
Kedua; Dengarkan dengan Empati, biarkan orang yang marah mengungkapkan perasaan tanpa langsung menyelanya.
Ketiga: Tunjukkan bahwa kita yang dimarahi mendengarkan, misalnya dengan anggukan atau kalimat seperti "Saya mengerti perasaanmu."
Keempat: Hindari menyalahkan atau membantah Langsung, sebab orang marah emosi sedang tinggi, logika sulit diterima. Membantah justru bisa memperkeruh. Tahan untuk membela diri, tunggu sampai suasana lebih tenang.
Kelima; Gunakan nada bicara yang lembut, suara tenang bisa menurunkan intensitas kemarahan orang lain. Hindari kata-kata yang menyudutkan.
Keenam: Beri ruang Jika dibutuhkan, umpamanya suasana terlalu panas, beri waktu untuk menenangkan diri. Dapat dikatakan: "Mungkin kita bisa lanjut bicara setelah kita sama-sama tenang." atau “Mari kita masuk kedalam” setelah di dalam ruangan atau rumah dipersilahkan duduk, tawari minum.
Ketujuh: Fokus pada solusi, bukan masalah, sebaiknya setelah kemarahan reda, ajak bicara untuk mencari jalan keluar.
Ketahuilah, bagaimanapun hebatnya seseorang marah, Durasi berceloteh saat marah, singkat dan meledak-ledak, banyak kasus beberapa orang hanya mampu mengeluarkan beberapa kalimat pendek, penuh emosi, dan bernada tinggi sebelum kehilangan kata-kata, selanjutnya berhenti.
Ada pula kasus orang marah ngomong panjang-lebar tidak terkontrol, sering kali dengan isi yang tidak terstruktur, repetitif, dan didominasi oleh keluhan atau serangan verbal. Jadi, lamanya orang berbicara saat marah bisa berkisar dari hitungan detik hingga beberapa menit tergantung konteks dan tingkat kemarahan.
Dalam realitas kehidupan ini, keadaan emosional marahan selalu kita temui, semoga kita dapat memposisikan diri sesuai petunjuk Allah dan Rasul-nya.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 14 Juli 2025, 18 Muharram 1447H.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment