Wednesday, 8 January 2025
Bhakti ke Ayah dan Bunda
Susunan: M. Syarif Arbi
No: 1.292.01.1-2025
Seorang nenek di ruang tunggu rumah sakit, dengan nada datar terkesan bangga berkata bahwa dirinya bukan saja berobat tak perlu keluar uang, tapi naik Grab, termasuk belanja. Ketika ditanya lebih jauh oleh tetangga duduknya, “gratis???”. Dengan cepat si nenek menjawab “cukup menggunakan kartu” atau menggunakan HP. “Kartu kan harus diisi uang, demikianpun HP”, sambung lawan si nenek ngobrol. “saya ndak pernah ngisi kartu dan HP saya pakai uang”, jawab nenek, dengan lanjutan “saya terima bersih dari anak saya”.
Ini salah satu profil nenek yang bahagia sebagai dampak positif kemajuan teknologi bidang alat pembayaran, dianya punya anak2 yang telah membekali ORTU mereka dengan perangkat alat pembayaran elektronik, berupa kartu, electronic banking. Anak2 si nenek inilah yang mengatur, memonitor saldo dan validitas alat2 pembayaran elektronik yang ada dalam tas si nenek.
Kemudahan bertransaksi terakhir ini sangat terasa dengan hadirnya teknologi pembayaran elektronik, mulai dari masuk tol, parkir, naik kereta api, menggunakan kendaraan online, semuanya tidak direpotkan lagi dengan “uang pas”, uang kembalian.
Beruntung buat orang2 yang berkesempatan menyenangkan hati ORTU (ayah & bunda) mereka sampai berpredikat nenek2 - kakek2. Tidak semua orang yang dapat mewujudkan bhakti kepada orang tua mereka di dunia ini, seperti diceritakan diatas.
Kesempatan berbhakti kepada Orang Tua, untuk masing2 orang dimungkinkan beraneka kondisi sebagai berikut:
1. Anak2 ketika mereka dewasa dan hidupnya berkecukupan, kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, sehingga mampu menyisihkan dana untuk membahagiakan orang tua mereka, seperti anak2 dari nenek di atas.
2. Tak sedikit orang, ketika dirinya masih belum mapan dalam hidup, ayah bunda mereka sudah tiada. Setelah diri mereka mapan dimana ORTU sudah berpulang; Orang yang kurang beruntung ini, bila melihat orang lain masih dapat berbhakti dan merawat orang tua mereka sampai sepuh, berlinang air matanya mengenang kedua orang tua mereka. Jalan keluarnya masih dapat berbhakti kepada orang tua dengan berbuat baik dan bersedekah atas nama mereka.
3. Atau orang tuanya masih hidup dalam ketuaan dan kerentaannya, namun dianya tak sanggup berbuat bhakti menyenangkan/memudahkan orang tuanya menyelesaikan sisa2 hidup mereka, lantaran hidupnyapun dalam keterpurukan. Dalam kondisi seperti ini terhadap kedua orang tua jangan lakukan seperti sikap yang disebutkan nomor urut; a) s/d e), disusun dibawah ini.
4. Ada juga anak yang sebetulnya ingin berbhakti kepada orang tua mereka, terkendala oleh kesibukan mencari rezeki, atau jauh dari kediaman orang tua. Misalnya si anak2 mukim dan berusaha di luar negeri. Dalam hal seperti ini, senantiasalah berdo’a untuk orang tua dan selalulah berkomunikasi. Sebab kebahagian utama orang tua bukanlah dari materi, tetapi lebih condong ke perhatian anak2 terhadap mereka.
5. Tak jarang pula seorang anak selama belum menikah, demikian santunnya kepada kedua orang tua mereka. Setelah menikah menjadi berubah, dianya lebih taat kepada istri atau keluarga pihak istri. Terindikasi jika ada urusan menyangkut keluarga istri ybs dengan sigap melaksanakannya, biar jauh didatangi, pekerjaan sibukpun dapat mengambil cuti. Namun bila ada urusan menyangkut keluarga kedua orang tua kandungnya, muncullah berbagai alasan sehingga kalaupun dipenuhi dengan setengah hati. Hal seperti ini berakibat buruk buat si anak, terdapat hadits yang panjang tentang seorang kesulitan menjelang maut hampir2 dibakar zaman Rasulullah, karena ibunya merasa kurang redha sikap anaknya setelah menikah. (mengingat terbatas ruang tulis, hadits tersebut tidak dikutip di artikel ini).
Ketaatan dan kesantunan terhadap orang tua merupakan suatu perintah dalam agama, apabila berbuat sebaliknya adalah dosa yang besar seperti termuat dalam hadits:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi SAW, beliau bersabda:
الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ
“Dosa besar itu adalah syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa seseorang, dan sumpah palsu.” [HR. Al-Bukhari].
Sementara itu, dalam hadits lain, Rasulullah SAW menjelaskan:
ثَلَاثَةٌ لَا يَنْفَعُ مَعَهُنَّ عَمَلٌ: الشِّرْكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَالْفِرَارُ مِنَ الزَّحْفِ
“Tiga perkara yang membuat suatu amal tidak bermanfaat bersama ketiganya, yaitu (1) menyekutukan Allah, (2) durhaka kepada orang tua, (3) lari dari peperangan,” (HR. ath-Thabrani).
Sikap anak durhaka, tidak berbhakti terhadap orang tua meliputi:
a) Menyakiti hati orang tua melalui perkataan atau perbuatan.
b) Mengucapkan ‘ah’ atau mengabaikan panggilan orang tua, menunjukkan sikap kurang hormat.
c) Membentak orang tua dengan meninggikan nada bicara.
d) Bersikap sombong, merendahkan, atau menyebut kekurangan orang tua di depan umum.
e) Malu mengakui keberadaan orang tua atau tempat tinggal mereka ketika status sosial meningkat.
f) Memberikan nafkah dengan perhitungan atau kurang ikhlas.
g) Bakhil dan tidak memperhatikan kebutuhan orang tua.
Dosa kepada orang tua akan dibalas Allah selama di dunia ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
كُلُّ الذُّنُوبِ يُؤَخِّرُ اللَّهُ مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَّا الْبَغْيَ وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ يُعَجِّلُهُ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ قَبْلَ الْمَمَاتِ
“Semua dosa diakhirkan balasannya oleh Allah sesuai kehendak-Nya kecuali dosa durhaka kepada orang tua. Dia akan menyegerakan balasan tersebut kepada pelakunya di dunia sebelum kematiannya.” (HR Al-Hakim).
Mengenai kewajiban berbhakti kepada orang tua berkali-kali diperingatkan dalam Al-Qur’an; Al-Baqarah 83, An-Nisa 36, Al-Isra 23 dengan redaksi:
وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا
Dilanjutkan dengan tegas di surat-Luqman-ayat-14.
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Bahwa di era teknologi canggih sekarang ini, sangat terbuka lebar area untuk berbhakti kepada kedua orang tua (ayah & bunda), baik dari segi komunikasi maupun financial.
Semoga Allah selalu memudahkan kita semua dalam berbhakti kepada orang tua selama mereka masih hidup sampai mereka telah berada di alam barzah.
آمِيّنْ ….آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ مِيّنْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
Jakarta, 8 Januari 2025
8 Rajab 1446H
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment