Monday, 20 January 2025

MENINJAU AKHIRAT

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.295.04.1-2025 Semua agama mengajarkan kepada penganutnya tentang adanya alam akhirat. Sejak adanya makhluk penduduk bumi berjuta abad yang silam, makhluk yang bernama manusia sudah yakin tentang alam ghaib. Selanjutnya dengan akalnya manusia meyakini, bahwa dirinya, alam ini serta seluruh yang ada di alam ini, tentulah ada yang menciptakannya. Manusia telah percaya akan adanya alam dimana menjadi tempat akan berhimpun semua jiwa sesudah menjalani hidup di dunia fana ini. Hal itu dapat diketahui dari bukti-bukti bahwa nenek moyang kita dulu telah mempunyai ritual ibadah, sebagai wujud perhambaan kepada Sang Pencipta dan Penguasa alam ini, agar nanti setelah jiwa berpisah dengan raga (meninggal dunia), arwah diterima di tempat yang baik di alam akhirat sana. Akal saja tidak cukup, teknologi pun ndak akan mampu menguak kehidupan akhirat, karena kehidupan akhirat (menurut keyakinan orang beragama, apapun agamanya) adalah tentang alam ghaib, alam sesudah kita mati, bukan lagi ruang lingkup indera. Ditengah-tengah orang yang percaya dengan alam akhirat, tidak sedikit pula sejak berabad silam dan tak kurang jumlahnya sampai sekarangpun orang yang ragu-ragu akan kebenaran adanya alam akhirat. Bahkan ada sekelompok manusia yang sama sekali tidak percaya akan alam akhirat. Sulit memang meyakinkan bagi yang tidak percaya itu, sebab memang belum pernah ada orang yang “berkunjung ke akhirat kemudian pulang lagi ke dunia”, layaknya pergi berwisata. Soal orang tak percaya kehidupan akhirat itu bukan barang baru, bukan baru sekarang-sekarang ini, sudah luaama sekali, cuma versi mengekspresikan ketidak percayaannya saja yang berbeda. Dulu; lebih empat belas abad silam, tatkala Nabi Muhammad ﷺ mengemukakan; tentang kehidupan akhirat dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an berhubungan dengan kehidupan akhirat akan dihuni. Manusia mau tidak mau, rela atau terpaksa, setiap jiwa manakala sudah berpisah jiwa dengan raga akan ke akhirat. Dimana raga nantinya akan tinggal sementara di dunia fana dalam tanah dan jiwa akan hidup kekal di alam BAKA sambil menunggu mahkamah Allah Ta’ala. Ketika itupun sudah banyak orang yang tak percaya akan alam akhirat. Tersebutlah 2 orang penting yang termasuk cendekiawan dan pemimpin dari kelompok masyarakat waktu itu, yaitu Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wail. Kedua pemuka masyarakat itu selain tidak percaya bahwa orang-orang yang telah mati berabad-abad silam akan hidup kembali di kampung akhirat, juga akan memanfaatkan keterangan Rasulullah Muhammad ﷺ. Tentang akhirat itu untuk membicarakannya di kalangan masyarakat guna menjatuhkan reputasi Nabi Muhammad ﷺ dengan logika dan “ilmu” mereka. Kedua orang itu pulang setelah bubaran dari mendengar da’wah Rasulullah Muhammad ﷺ, mereka pergi ke kuburan yang sudah lama di sekitar tempat tinggal mereka. Kuburan digali dan tulung belulang dari kuburan itu dibawanya kehadapan Rasulullah ﷺ, seraya tulang belulang yang sudah lapuk itu diinjak-injaknya hingga hancur menjadi debu. Lalu mereka berkata di hadapan Rasulullah ﷺ. “ENGKAULAH YANG MENGATAKAN BAHWA ALLAH AKAN MENGHIDUPKAN KEMBALI”. Untuk menjawab tantangan itu, malaikat Jibril membawa wahyu dari Allah di surat Yasin 77-81. اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ ۝٧٧ “Tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani? Kemudian tiba-tiba saja dia menjadi musuh yang nyata”. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ ۝٧٨ “Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal penciptaannya. Dia berkata, “Siapakah yang bisa menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌۙ ۝٧٩ “Katakanlah (Muhammad), yang akan menghidupkan ialah Allah yang menciptakannya pertama kali. Dan dia mengetahui segala makhluk” . ࣙالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ ۝٨٠ (Dialah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau. Kemudian, seketika itu kamu menyalakan (api) darinya.” اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْۗ بَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ ۝٨١ Bukankah Zat yang menciptakan langit dan bumi mampu menciptakan manusia yang serupa mereka itu (di akhirat kelak)? Benar. Dialah yang Maha Banyak Mencipta lagi Maha Mengetahui Bagi kedua orang ini, jawaban itu cukup membuat mereka tak dapat membantah lagi. Alhamdulillah nya kaum quraisy yang belum Islam ketika itu, mereka mengimani bahwa dirinya, bumi dan langit serta apa yang dilihatnya, udara yang dihirupnya buah-buahan yang dimakannya, air yang diminumnya yang menciptakan dan menyediakannya adalah Allah. Ini sudah jadi modal utamanya hanya saja mereka tidak mengimani alam akhirat. Mereka tidak mengimani bahwa ada kehidupan lagi sesudah mati, dengan kehidupan “KEKAL”: وَا لْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ وَّ اَبْقٰى ۗ "padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al-A'la 87: Ayat 17) Demikian informasi dari Al-Qur’an. Tentu hanya dapat diterima oleh orang BERIMAN, sebab IMAN lah sebagai kunci untuk dapat membuka pintu gerbang “meninjau akhirat”. Tidak sedikit tentang informasi akhirat itu dinukilkan oleh Al-Qur’an. Oleh karena itu maka Al-Qur'an adalah sebagai jembatan “meninjau akhirat”. Nah sekarang kalau orang masa kini ndak yakin dengan keberadaan alam akhirat, cacatlah keimanannya. Naudzubillahi min dzalik. Kita do’akan semoga Allah menurunkan hidayah kepada mereka. آمِيّنْ ….آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ مِيّنْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم Jakarta, 20 Januari 2025 20 Rajab 1446H

No comments:

Post a Comment