Monday 30 October 2017

KEBENARAN

Senin pagi itu si sulung dibangunkan bundanya tetap tidak mau. Dia tdk sakit, juga tak nampak kesan msh mengantuk. Anak TK Yg baru sepekan lalu sekolah itu, tdk mau sekolah lagi. Beberapa jurus pertanyaan dilancarkan si ibu, apa sebabnya dia tak mau sekolah. Berat sekali rupanya si sulung menjawab. Si ibu sementara pasrah tak mau memaksakan kehendak kpd anaknya. Bergegas si ibu mengantar adik si sulung yg sebenarnya msk TK seharusnya blm waktunya baru 4 th. Si adik msk TK dg status numpang, justru lantaran si abang sdh mulai sekolah. Adik tak mau tinggal sendiri di rumah, alasan tsb rupanya diterima sekolah TK, dimana di kota itu blm ada PAUD.
Sepulangnya si adik dari sekolah, si abang nanya adiknya: "Bu Ani masih marah-marah dik"? Adik menjawab: "ndak marah-marah. Perasaan bu Ani ndak pernah marah-marah". Mulai tersingkap alasan kenapa si abang ndak mau sekolah, agaknya dia di marahi gurunya. Bunda yg bijak itu tdk langsung nenyimpulkan bahwa anaknya dimarahi guru, kmdn lantas misalnya nyambangi sekolah bertanya cari guru nama ibu Ani yg marahi anaknya untuk minta klarifikasi. Tapi dg lembut ditanyakan kpd si sulung, apa sebab dia dimarahi. Si sulung jawab ndak ada sebabnya. "Saya ndak nakal mah, tapi ibu itu marah-marah terus". "Loo adikmu kok ndak dimarahi", timpal si mamah. "Adik mungkin ndak perhatikan,.....ibu Ani itu matanya dibuka lebar-lebar ke saya". "Ooo bgt!!! sahut bundanya". Kini ibu muda itu sdh smakin sedikit terang duduk persoalannya.
Ternyata dua org bocah ini beda menilai seseorang dikatakan marah. Si abang menganggap bahwa org yg matanya lebar itu melotot, org yg melotot mesti sdg marah. Sementara si adik juga murid ibu Ani, ttp mnrtnya biasa-biasa saja ndak marah.
Siapakah yg benar diantara dua kakak beradik ini. Kalau qt mengacu pada kebenaran mnrt falsafah, ada bbrp teori kebenaran:
Teori Koheren; sesuatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dg pernyataan sblmnya. Dlm hal ini agaknya si sulung menghubungkan dg pengalamannya, bila org marah mata melotot. Orng melotot matanya lebar. Dia rupanya membuat kesimpulan secara Deduktif. Umumnya org marah matanya melebar. Ibu Ani matanya lebar pasti marah. Lain si adik tak sengaja dia gunakan penalaran induktif, ibu Ani walau matanya lebar belum tentu marah kalau faktanya dia ucapkan kata-kata santun. Terbukti Ibu Ani dg mata lebar itu dg lembut membantu anak didiknya dlm segala hal termasuk sampai nemani jika pengen pipis.
Teori kebenaran berikutnya adalah teori "koresponden" y.i. ssuatu pernyataan adlh benar pabila materi kandungan pernyataan itu berhubungan dg objek yg dituju. D.h.i. bila ibu Ani marah ada anak/pihak yg dimarahinya dg kata-kata bermuatan marah. Keadaan ini tak menenuhi syarat kebenaran kesimpulan si sulung. Teori kebenaran berikutnya adlh teori "pragmatis". Ukuran kebenaran atas dasar fungsi dan dipengaruhi waktu. Suatu dianggap benar bila mempunyai kegunaan praktis. Sesuatu yg 10 th lalu dianggap benar, mungkin skrg sdh dianggap tdk benar lagi. Atau skrg sesuatu dibenarkan semua pihak ttpi 10 th yad semua orng menyatakan salah.
Teori berikut adlh teori kebenaran Ilahi. Dimana teori ini sejak mulai diteorikan sampai dunia kiamat tetap benar. Bahkan sesuatu kebenaran yg dinyatakanNya yg beberapa dasa warsa; berabad yl. Blm dirasakan benar, skrg terbukti benar. Bgt slanjutnya yg skrg blm dirasakan kebenatannya yakinlah kelak terbukti kebenarannya. Mari qt simak skrangnya 3 ayat berikut ini:
Allah SWT berfirman:
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 147)
Allah SWT berfirman:
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِّنَ الْمُمْتَرِيْنَ
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 60)
Allah SWT berfirman:
وَقُلِ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗ فَمَنْ شَآءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۙ اِنَّاۤ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًا ۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَآءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَ ۗ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا
"Dan katakanlah (Muhammad), Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 29)
Pilihan qt untuk menentukan tentang kebenaran, bila ttp ingin acuan kebenaran itu tdk berubah maka acuan kebebaran sesuai teori Ilahilah yg tepat untuk dijadikan referensi.
Wain yakun shawaban faminallah. Wa in yakun khathaan faminni waminanassyaitan,. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnha dariku sendiri dan dari syaitan. Allah serta RasulNya betlepas diri daripadanya).
Walluhu a'lam bishawab. Barakallu fikum.

No comments:

Post a Comment