Tuesday 26 May 2015

TOLONG MENOLONG



Tolong menolong, ialah dua orang atau lebih saling membantu akan sesuatu urusan, suatu pekerjaan. Eee jangan salah, bukan hanya manusia yang sanggup berbuat tolong menolong, tetapi hewan juga dalam keadaan tertentu merekapun mempunyai insting untuk tolong menolong sesama mereka. Seeokor induk burung menolong anaknya yang belum mampu terbang untuk memberikan makan anak-anak mereka melalui paruhnya.
Tolong menolong, bukan saja dalam hal berbuat yang baik, tetapipun orang dapat juga bertolong-tolongan dalam berbuat kejahatan. Sekelompok begal motor, mereka bertolong-tolongan dalam melakukan tindak criminal tersebut.  Bedanya kalau bertolong-tolongan dalam kebajikan, sampai kapanpun persahabatan itu akan dapat diteruskan dan kalau sudah terpisah akan menjadi kenangan baik. Sementara dalam hal bertolong-tolongan dalam kejahatan persahabatan itu akan retak bilamana terjadi hal-hal tertentu, misalnya ketika kejahatan terbongkar, masing-masing orang berusaha untuk meringankan dirinya dari peran kejabahatan itu. Kalau sudah terpisah meraka menutupi atau berusaha tidak mengingat kenangan kejahatan itu.
Agama memberikan panduan untuk kita hidup ini agar bertolong-tolongan dalam kebaikan dan takwa, dan jangan bertolong tolongan dalam kejahatan seperti yang di perintahkan Allah dalam surat (Alqur’an: Surat Al Maidah ayat 2)
Dan tolong -menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
Dari ayat di atas, telah diinformasikan oleh Allah bahwa di alam ciptaan-Nya yang namanya dunia ini, kemungkinan terjadi tolong-menolong itu dalam dua bentuk; yaitu dalam hal kebaikan dan takwa, juga dalam hal kejahatan berbuat dosa dan pelanggaran ketentuan hukum Allah dan hukum yang disepakati manusia. Ditempat lain di dalam Al-Qur’an banyak diingatkan bahwa kelak di alam akhirat kita tidak dapat lagi tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan juga berbuat kejahatan,
Selanjutnya Allah memberikan instruksi kepada orang yang beriman, pilih salah satu bentuk tolong menolong itu yaitu pilihlah “Tolong menolong dalam kebijakan dan takwa”.
Tolong menolong dalam penerapannya ditengah masyarakat dapat dilakukan dalam beberapa perwujudan antara lain saya coba mengangkatnya dalam tulisan ini dalam 4 wujud yaitu:
1.      Tolong menolong dalam wujud berbagi rezeki kepada  yang lebih membutuhkan
2.      Tolong menolong dalam wujud membantu sesama dalam kesulitan
3.      Tolong menolong dalam wujud mengentaskan kemiskinan
4.      Tolong menolong dalam wujud kemaslahatan umum

Tolong menolong dalam wujud berbagi rezeki kepada  yang lebih membutuhkan
Perbuatan tolong menolong dengan wujud berbagi rezeki kepada pihak yang lebih membutuhkan ini, pernah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada penghuni lingkungan masjid nawabi, mereka miskin, tuna wiswa disebut “Ahli Shuffah” di antaranya adalah Abu Hurairah.
Suatu hari, Abu Hurairah menceritakan keadaannya. Ia berkata, “Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia. Aku pernah merapatkan perutku ke tanah karena lapar. Aku mengikat batu di perutku juga karena lapar. Aku juga pernah terduduk di tempat di sebuah jalan yang biasa dilalui orang. Dari kejauhan, Nabi saw. tersenyum saat melihatku. Sepertinya beliau mengerti keadaanku setelah memperhatikan ekspresi wajahku dan posisi tubuhku”.  Kemudian Nabi saw. memanggil Abu Hurairah, “Wahai, Abu Hirr” (panggilan akrab Abu Hurairah, artinya bapak atau pemilik kucing kecil, Red.). “Labbaik ya Rasulullah. , Ikutlah denganku, ucap Nabi saw.  Lalu Abu Hurairah menemani Nabi saw. menuju salah satu rumah keluarga beliau. Nabi saw. pun masuk. Abu Hurairah minta izin masuk dan beliau mengizinkannya. Di sana ada segelas susu. Nabi saw. bertanya kepada penghuni rumah, Darimana asal susu ini?”.  Seorang perempuan menghadiahkan untuk engkau, wahai Rasulullah, jawab penghuni rumah. Wahai Abu Hirr. Labbaik ya Rasulullah, jawab Abu Hurairah.  Temuilah orang-orang Ahli Shuffah itu. Ajaklah kemari.
Saat memanggil Ahli Shuffah, Abu Hurairah berkata sendiri, Mengapa susu ini diberikan kepada Ahli Shuffah? Padahal aku paling pantas untuk minum susu itu agar kekuatan saya pulih (dari rasa lapar yang sangat, Red.). Apabila Ahli Shuffah kemari, beliau pasti menyuruh saya memberikan susu itu kepada mereka dan kemungkinan saya tidak mendapat bagian dari susu itu (karena terbatasnya susu, Red.). Maka, perasaanku jadi tidak enak karena ini. Tapi taat kepada Allah dan Rasul harus diutamakan. Abu Hurairah lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah dan Rasul daripada perasaannya sendiri. Ia tetap melaksanakan perintah Nabi saw.
Inilah salah satu kelebihan akhlak Abu Hurairah. Ia termasuk sahabat Nabi saw. yang sangat menjaga harga dirinya meski hidup kekurangan. Ia tidak meminta-minta meski sangat membutuhkan. Berdasar riwayat Muhammad bin Sirin, ia pernah tergeletak di antara mimbar Nabi saw. dan kamar Aisyah (di sekitar Masjid Nabawi, Red.). Tiba-tiba ada seseorang yang melewatinya dan meletakkan kakinya di lehernya. Ia mengira Abu Hurairah orang gila yang tidur sembarangan. Padahal ia tergeletak karena lapar (HR. Bukhari).
Setelah Ahli Shuffah tiba dan duduk mengelilingi Nabi saw, kemudian Nabi saw. berkata, Wahai Abu Hirr. . Labbaik ya Rasulullah. . Ambil susu itu dan bagikan kepada mereka.”. Abu Hurairah berkata sendiri, Aku sangat berharap aku mendapat bagian dari susu ini. Dan ini bukan berarti aku tidak taat kepada Allah dan Rasul sama sekali.  Namun Abu Hurairah tetap melaksanakan perintah Nabi saw. Ia memberikan susu itu secera bergiliran kepada orang-orang Ahli Shuffah. Satu persatu minum sampai puas, baru kemudian mengembalikan gelasnya kepada Abu Hurairah. Begitu seterusnya hingga orang terakhir. Dengan izin Allah, meski diminum banyak orang (menurut penuturan seorang khatib jum’at sekitar 60 orang, penyadur) ternyata susunya tidak habis-habis.  Setelah semua minum, kemudian Nabi saw. mengambil gelas itu. Lalu Nabi saw. melihat ke arah Abu Hurairah sambil tersenyum. Jadi Abu Hurairah orang yang kedua terakhir minum susu dari gelas itu dan ditutup oleh tegukan-tegukan tarkhir oleh Nabi. Begitu wujud tolong menolong dicontohkan Rasulullah saw, dengan ijin Allah susu segelas cukup diminum 62 orang. Tentu, kita tak sanggup untuk mencontoh persis seperti yang diteladan Rasulullah saw ini, karena kita tak dibekali mu’jizad. Tetapi kita harus mengupayakan diri untuk mencontoh semampu kita sesusai kadar kemampuan yang dimiliki untuk membantu menolong sesama dengan rezeki yang kita peroleh yang pada hakikatnya datang dari Allah. Distribusi rezeki yang kita peroleh, oleh agama diberikan panduan untuk kepentingan diri sendiri, prioritas berikutnya adalah; keluarga, kerabat, jiran tetangga dan fakir miskin.
Tolong menolong dalam wujud membantu sesama dalam kesulitan
Khalifah Rasululullah saw yang kedua adalah Umar bin Khatab. Banyak kebijakannya dalam memimpin negara diidamkan untuk diikuti oleh para pemimpin dan rakyat yang dipimpin.  Dalam sebuah riwayat, Aslam pernah menceritakan pengalamannya bersama Umar bin Khattab. Suatu malam, Aslam pernah menemani Umar pergi ke luar kota. Dari kejauhan, keduanya melihat kilauan cahaya yang terpancar dari sebuah tenda. Keduanya lalu menghampiri tenda itu. Untung ada Aslam yange meriwayatkan, kalau tidak kisah ini tak akan sampai kepada kita, sebab zaman itu belum ada publikasi, belum ada awak media yang meliput suatu belusukan yang dilakukan seorang kepala negara.
Saat sudah mendekat, keduanya terkejut. Ternyata ada seorang wanita yang sedang menangis di dalam tenda. Umar bertanya tentang keadaan sang wanita. Wanita itu menjawab, "Aku adalah seorang wanita Arab yang akan bersalin (melahirkan) sedangkan aku tidak memiliki apapun". Mendengar jawaban itu Umar menangis terseduh. Ia lalu keluar tenda dan berlari kencang menuju rumahnya. Umar menemui istrinya, Ummu Kaltsum binti Ali bin Abi Thalib dan berkata kepadanya, "Apakah engkau mau mendapatkan pahala yang akan Allah karuniakan kepadamu?"
Umar menceritakan kejadian yang baru saja ditemuinya kepada istrinya.
"Ya, aku akan membantunya," jawab istri Umar.
Setelah itu, tanpa berpikir panjang, Umar segera mengambil satu karung gandum beserta daging dan memanggulnya. Sementara Ummu Kaltsum membawa peralatan yang dibutuhkan untuk persalinan. Keduanya berjalan mendatangi wanita tersebut. Sesampainya di tenda, Ummu Kaltsum segera masuk ke tempat wanita itu, sementara Umar duduk bersama suami sang wanita yang tidak mengenal wajah Umar. Keduanya berbincang-bincang. Umar mencoba menenangkan hati lelaki itu.
Setelah beberapa saat, tangisan bayi terdengar dari dalam tenda. Ummu Kaltsum berhasil membantu persalinan wanita papa tersebut. Ummu Kaltsum lalu berkata kepada suaminya, "Wahai Amirul Mukminin, sampaikan berita gembira kepada suaminya bahwa anaknya yang baru lahir adalah lelaki."
Lelaki itu terkejut mendengar kata “Amirul Mukminin” keluar dari mulut Ummu Kaltsum. Dia tak menyadari jika telah berbincang-bincang dengan seorang khalifah, dan yang membantu persalinan istrinya adalah seorang Ummul Mukminin. Lelaki itu lalu meminta maaf kepada Umar. Namun Umar membalas dengan amat rendah hati,"Tidak mengapa". Setelah itu, Umar memberikan kepada mereka nafkah dan segala kebutuhan pokok yang diperlukannya sebelum pagi menjelang. Umar dan istrinya lalu kembali ke rumah. Demikian Umar bin Khatab telah menerapkan tolong menolong dalam wujud membantu dalam kesulitan.
Tolong menolong dalam wujud mengentaskan kemiskinan
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita untuk mengentaskan kemiskinan bukan dengan jalan sekedar memberikan sedekah kepada peminta-minta. Bahkan tidak dianjurkan untuk memberikan uang kepada peminta-minta, karena justru berpotensi untuk mengembang biakkan kaum peminta-minta.
Dikisahkan oleh Anas bin Malik ra, pada suatu hari datanglah seorang lelaki dari kalangan Anshar menghadap baginda Nabi saw untuk meminta pekerjaan. Maka baginda Nabi bertanya kepada-Nya,”Hai Fulan, apakah kamu memiliki sesuatu di rumah?” Orang itu menjawab,”Betul ya Rasulullah, di rumah, saya memiliki sebuah hil (pakaian tebal).” Kemudian dia berkata lagi, “Sebagiannya saya pakai dan sebagian lainnya saya jadikan sebagai alas tidur. Selain itu, saya juga memiliki sebuah bejana tempat air minum.” Kemudian Rasulullah berkata, “Bawalah benda itu kepadaku.” Kemudian lelaki itu mengambilnya dan diserahkan kepada Nabi Saw. Beliau menerimanya, lalu melelang benda itu kepada sahabat-sahabat yang kebetulan hadir seraya bersabda,”Siapa yang mau membeli dua benda ini. Seorang sahabat menyahut,”Saya membelinya dengan harga satu dirham.” Beliau menawarkan lagi, “Siapa berani lebih tinggi?” Beliau mengucapkan kalimat ini sampai dua tiga kali. Baru setelah itu ada sahabat lain menyahut,”Ya Rasulullah, saya bersedia membelinya dengan harga dua dirham.”
Maka Rasulullah menghampiri sahabat tersebut, lalu kedua benda itu diserahkan kepadanya, dan uang pembayarannya pun beliau terima. Selanjutnya beliau memberikan uang itu kepada lelaki tadi seraya bersabda,”Saudara, terimalah uang ini. Lalu yang satu dirham kamu belikan makanan dan segera kamu berikan kepada keluargamu di rumah, sedangkan yang satu dirham lagi belikan sebuah kampak, dan bawalah ke sini segera.
Lelaki Anshar itu segera menuruti perintah Rasulullah Saw dan menyerahkan sebuah kampak yang belum ada tangkainya kepada beliau. Kampak itu beliau terima lalu dibuatkan tangkai (gagang). Setelah tangkai terpasang, kampak itu beliau serahkan kepada lelaki Anshar tadi seraya bersabda, “Sekarang carilah kayu bakar dan juallah ke pasar! Dan ingat, jangan sekali-kali datang menghadapku sebelum lima belas hari!”
Kemudian pergilah lelaki Anshar itu untuk mencari kayu bakar. Selanjutnya kayu-kayu yang berhasil memperoleh uang sebanyak sepuluh dirham. Uang itu dibelikan pakaian, makanan, dan keperluan lainnya. Lalu dengan perasaan girang dia menghadap Nabi dan melaporkan apa yang telah diperolehnya sekarang. Maka beliau pun turut bersyukur seraya bersabda, “Ini lebih baik bagimu daripada meminta-minta, itu akan mencoreng wajahmu kelak pada hari kiamat. Dan meminta-minta dibenarkan kecuali pada tiga golongan. Pertama, orang yang benar-benar miskin. Kedua, orang yang terlilit utang. Ketiga, orang yang dibebani tebusan besar.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah). Begini tolong-menolong dalam wujud mengentaskan kemiskinan model Rasulullah saw. Bukan sekedar disediakan raskin, bantuan uang sekedarnya yang hanya sementara. Tetapi yang lebih penting adalah memberikan peluang untuk orang menjadi produktif.
Tolong menolong dalam wujud kemaslahatan umum
Agama memberikan ruang untuk kita bertolong-tolongan dalam membangun sarana kemaslahatan umum, yang berguna untuk memudahkan kehidupan orang banyak termasuk diantaranya membangun sarana ibadah, membangun tempat-tempat pendidikan, tidak terkecuali membangun jalan dan jembatan serta sanitasi. Walau membangun sarana jalan dan jembatan serta sanitasi,  dalam tatanan bernegara telah diambil alih oleh pemerintah, namun untuk memeliharanya adalah tanggung jawab dalam scope tolong-menolong tersebut. Salah satu contoh kecil, bahwa “Ketika seorang laki-laki berjalan dijalanan, ia mendapati ranting berduri diatas jalan itu. Maka ia menyingkirkannya, Allah berterima kasih (memberi kebaikan) dan mengampuninya”. (HR. Bukhari - Muslim). Apalagi dalam hal-hal kemaslahatan ummat manusia yang lebih besar.
Banyak lagi dimensi tolong menolong yang dapat dilakukan dalam kebaikan seperti memberikan solusi, memberikan saran dalam mencari nafkah/kehidupan dan lain-lain. Semoga lahan yang terbuka luas untuk kita beramal ini dapat kita manfaatkan sebaik- baiknya sebelum buku amal kita ditutup oleh Allah swt dengan panggilan menghadap-Nya. Amien.

No comments:

Post a Comment