Sunday 4 August 2013

MENGAMANKAN BUAH PUASA RAMADHAN


Awal puasa, telah kutulis bahwa untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan bila diibaratkan sebagai tanaman, dilalui 5 tahap yaitu; Persiapan lahan, Pemilihan bibit, Pemeliharaan, Pemupukan dan Perlakuan paska panen.
Buah dari puasa adalah TAQWA. Keberhasilan puasa ramadhan sesorang akan tercermin dari ketaqwaan ybs, setelah bulan Syawal dan seterusnya sampai lagi ke Ramadhan yang akan datang. Begitu edialnya  menurut Unstazd.
Agar dapat mengamankan Taqwa yang sudah diperoleh terdapat lima langkah yang harus dilaksanakan setiap invidu agar ketaqwaan tersebut dapat dipertahankan sampai akhir hayat yaitu:
1.    Tepati janji.  Manusia manapun, siapapun dia terikat janji kepada Allah dan kepada sesama manusia. Janji kepada Alah, sejak dari alam roh manusia telah mengikat janji kepada Allah bahwa dirinya mengakui Allah adalah sebagai tuhannya (Al Qur’an surat Al-A’raf 172)
 
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Bila ditanya kepada kita masing-masing, apakah kita pernah mengucapkan janji itu, tidak seorangpun dari kita yang masih ingat akan janji itu, disebabkan “lupa” setelah roh dimasukkan kepada jasad. Tetapi mana kala roh akan berpisah nanti dengan jasad akan ingat kembali, siapapun dia termasuk Firaun, ketika sakaratalmaut di laut merah langsung mengakui beriman kepada Allah tuhan Musa dan Harun.
Bagi orang yang sudah menjadi orang yang bertaqwa tentu tidak akan mengulangi nasib Firaun itu dan tetap konsisten/istiqamah terhadap janji mengakui tiada Tuhan selain Allah.
Manusia hidup bermasyarakat, mau tidak mau akan mengadakan perikatan atau perjanjian dengan sesama. Contoh ringan; mulai dari pernikahan sudah mengadakan perikatan atau perjajian berupa akad nikah dengan segala konsekwensinya. Bila janji nikah dikhianati maka akan berantakanlah rumah tangga.  Melakukan perniagaan, bekerja sebagai karyawan, berdinas di perusahaan atau pegawai pemerintahan, menjadi wakil rakyat atau menjadi pejabat negara, termasuk menjadi rakyat biasa, masing-masing kita terikat akan penjanjian yang harus ditetapi. Jika perjanjian dilanggar maka akan terjadilah ketidak serasian di dalam masyarakat. Itulah sebabnya maka orang yang bertaqwa harus menepati janji.
2.    Merasa diawasi. Orang yang bertaqwa akan merasa bahwa dirinya dalam keadaan apapun dan di manapun tidak akan luput dari pantauan Allah s.w.t. karenanya dia akan selalu berhati-hati dalam segala hal baik tindakan, tingkah laku maupun ucapan. Berkenaan dengan itu terhindarlah diri seorang yang bertaqwa dari perbuatan tangannya menyakiti orang lain, dari lidahnya menusuk persahaan orang lain. dari kewenangannya dari kekuatannya dari kesempatan yang dimilikinya mengambil hak orang lain. Efek lain dari merasa diawasi oleh Allah itu adalah dianya senantiasa memperbanyak amal kebajikan dan senantiasa menghidari diri dari perbuatan keburukan dan perkataan yang sia-sia.
3.    Evaluasi. Orang yang taqwa selalu melakukan evaluasi atas perjalanan hidupnya setiap hari. Adakah perilakuknya dalam sehari sejak dari bangun tidur sampai ke tidur lagi telah terjadi hal-hal yang dilakukan menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasulnya. Dengan demikian dapat dikoreksi untuk keghidupan selanjutnya dihari berikutnya agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang dilakukan dihari kemarin. Demikian juga perbuatan kebaikan dievaluasi baik kualitas maupun kuwantitasnya untuk senantiasa berupaya meningkatkannya di hari hari berikut. Jika hal ini dilakukan setiap orang, maka hubungannya dengan Allah akan senantiasa terpelihara dengan baik setiap saat. Sementara hubungan sesama manusiapun akan terpelihara dengan baik pula setiap masa, bila terjadi kesalahan tidak menunggu lebaran baru minta maaf, keesokan harinya setelah dievaluasi diri mempunyai keasalah dengan sesama langsung dengan tulus memohon maaf. Betul-betul buah taqwa itu dapat terus dinikmati.
4.    Hukum diri. Atas dasar hasil evaluasi itu bila terjadi kesalahan terhadap manusia, jalan ditempuh dengan mohan maaf atau kalau perlu mengganti rugi, kepada pihak yang terzalimi agar yang bersangkutan menjadi redha, sebab Allah tidak memaafkan kesalahan sesama sebelum yang bersangkutan memaafkan. Adapun kesalahan terhadap Allah segera memohon ampun, dalam hal ada melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Sedangkan bila meninggalkan perintah Allah, selain cepat-cepat melaksanakannya dan memberikan sanksi kepada diri atas kekurangan pelaksanaan perintah Allah itu. Misalnya tadi malam karena ketiduran tidak sholat tahajud, keesokan harinya hukum diri dengan memperbanyak rakaat shalat dhuha dan diiringi dengan memperbanyak bersedekah. Bila ini dilakukan maka akan terbiasa untuk mengoreksi setiap kesalahan dan mengingat untuk meningkatkan ibadah terus menerus.
5.    Kekuasaan mutlak ditangan Allah. Selanjutnya terakhir tertapi sangat penting berserah diri hanya kepada Allah dalam segala hal. Bila saja terjadi ada sesuatu pekerjaan yang terlaksana tidak sesuai rencana. Dalam berinteraksi baik pekerjaan, bisnis dan segala hal urusan kehidupan hanya kepada Allah saja persoalan itu dikembalikan, baik berhasil menyenangkan atau mengecewakan, menguntungkan atau merugikan.
Bila lima langkah ini sanggup likakukan dalam keadaan apapun, kehidupan akan tenang dan buah taqwa dari pelaksanaan puasa Ramadhan akan dapat dipelihara dan diamankan sekurangnya sampai Ramadhan y.a.d.  dan bahkan salama hayat masih dikandung badan. Walhu a’lam bishawab.

No comments:

Post a Comment