Saturday 17 August 2013

MUDIK TEMU KANGEN IDULFITRI

Mudik asalnya mempunyai pengertian melayari anak sungai menuju ke hulu. Hulu sungai adalah sumber air sungai yang mengalir terus ke muara sungai sampai akhirnya ke laut. Kediaman yang letaknya makin jauh dari laut sampai ke sumber mata air dinamakan perhuluan (hulu sungai), sedangkan tempat kediaman yang makin dekat ke muara sungai disebut “hilir”. Ke hulu disebut mudik sedangkan ke hilir disebut “milir/hilir”. Bukankah ada istilah “hilir-mudik”.  Ada yang mengistilahkan untuk kata ganti hilir dengan “Turun”. Beda lagi dengan di Madura istilah “Toron” sama dengan “mudik”. Ku tak tau persis asal usul istilah “Toron” di Madura kenapa sama dengan mudik atau pulang kampung. Mungkin karena kebanyakan mereka adalah pelaut, jadi kalau pulang kampung mendarat atau turun dari kapal.
“Temu kangen”, adalah ajang pertemuan untuk orang-orang yang sudah lama terpisah, karena masing-masing tidak lagi berhimpun disuatu tempat, tidak lagi berada dalam suatu komunitas. Saking lama tidak ketemu mereka saling kangen untuk mengenang kembali kisah di masa lalu, di masa mereka masih di suatu tempat, mereka masih di suatu komunitas. Kenangan manis suka duka teringat kembali ketika ketemu, kebanyakan kisah-kisah yang terungkap bagi siswa siswi SMP tahun tujuhpuluhan adalah kisah-kisah di zaman sulit. Kenangan yang sering terungkap, bagaimana mereka bersama-sama naik sepeda, berombongan numpang kereta-api, naik truck untuk pulang pergi ke sekolah. Kini sudah lebih empat puluh tahun yang lalu bagi SMP Jatirogo tahun 1970. Rata-rata alumnus sudah seusia pensiun, sudah punya cucu dan mungkin punya cicit. Sungguh menarik kelompok angkatan 1970 SMP Jatirogo ini, karena sudah bertemu kali yang keenam pada tanggal 10 Agustus 2013 di Hotel Pandanaran Semarang yang lalu, tetapi sepertinya tetap tidak kering-keringnya kenangan mereka terungkap ketika dalam acara yang disusun oleh pembawa acara. Dari enam kali sudah mereka reuni, tiga kali kami ikut. Alamat kami mulai dapat mereka temukan tahun 2011, itulah sebabnya kami dapat hadir di reuni di kebun teh Lawang Malang Jawa timur. Reuni berikutnya di Cisarua Bogor, dan terakhir di hotel Pandanaran Semarang. Disetiap acara pada reuni ke reuni berikut ada saja kenangan baru yang dapat diungkap dan disajikan panitia, sehingga tetap segar dan menyenangkan. Temu kangen di Semarang dilengkapi dengan mengunjungi bangunan terkenal di Semerang; “Lawang Sewu” dan “Sampokong”.  Rencananya pertemuan serupa  akan dilangsungkan tahun depan di Rengel daerah Tuban, semoga lebih banyak lagi yang akan hadir, sebab menurut pantauan panitia masih ada rekan seangkatan mereka yang belum sekalipun hadir, diantaranya ada yang alamatnya belum ditemukan dan ada juga yang sudah ditemukan alamatnya tetapi belum dapat hadir.
Temu kangen kali ini dilaksanakan persis berdekatan dengan Hari Raya Idulfitri 1434 H, yang jatuh pada tanggal 8-9 Agustus 2013. Sedangkan acara reuni dilangsungkan pada tanggal 10-11 Agustus 2013. Ada sebagian alumnus yang senang sekali dengan pelaksanaan temu kangen ini, karena sekaligus mudik berlebaran idulfitri bersilaturahim dengan keluarga di kampung halaman. Tetapi sebagian lagi tidak begitu sependapat sebab rupanya tidak punya lagi sanak saudara di kampung asalnya, bahkan propertipun tidak punya lagi. Sementara itu urusan transportasi dalam suasana idulfitri harus dengan perjuangan ekstra. Itulah sebabnya maka ada usulan kalau pertemuan yang akan datang, sebaiknya jangan dalam suasana masih lebaran.
Sebagai orang luar bukan alumni, hanya terikut karena sebagai suami dari salah seorang alumnus SMP Jatirogo tahun 1970 itu, cukup menaruh hormat dan salut atas prakarsa kelompok seangkatan itu, saya sendiri belum pernah dapat menghimpun rekan-rekan sekelas ketika SMP. Untuk menghimpun rekan-rekan sekelas adalah pekerjaan yang tidak mudah, sebab rekan-rekan sekelas tersebut mungkin sudah bertebaran di nusantara dan bahkan mungkin ada yang ke luar negeri, dengan berbagai status dan strata kehidupan sosial masing-masing. Saya menaruh hormat, mereka dalam kesempatan reuni (temu kangen) itu  yang berstatus sosial tinggi sanggup menanggalkan atribut kedudukan sosial  mereka sementara yang berstatus sosial dibawah juga tidak merasa minder dalam pertemuan itu, tetap masih dapat bersikap bagaikan  masih dalam suasana setara ketika masih di sekolah dulu.
Pelaksanaan pertemuan-pertemuan temu kangen ini menelan biaya yang tidak sedikit, lebih dari 50an juta rupiah setiap kali. Sepanjang yang saya ketahui bahwa para peserta yang hadir tidak dibebani kecuali untuk biaya tranportasi dari dan ke lokasi pertemuan. Informasi yang saya peroleh biaya-biaya tersebut ditanggulangi oleh beberapa alumnus yang mempunyai keadaan perekonomian yang telah mapan, tidak membebani seluruh alumnus. Contoh pertemuan di Semarang 54 kamar hotel diperuntukkan untuk alumnus dan pasangannya serta guru dan pasangannya. Saya juga menaruh penghargaan yang tinggi bagi keluarga alumnus atas keikhlasannya sehingga alumnus yang mapan perekonomiannya itu bersedia menjadi penyandang dana, pasangan mereka selain juga ikut hadir dan tentu saja mendukung habis-habisan suami atau istri mereka untuk membiayai dan mengeluarkan tenaga untuk acara ini.
Dikesempatan pertemuan yang keenam di hotel Pandanaran Semarang, katanya karena saya sering menulis di blog tentang berbagai hal, termasuk acara temu kangen mereka, maka sayapun rupanya oleh panitia diminta untuk menyampaikan kesan dan pesan. Dalam kesan dan pesan saya, yang oleh pembawa acara kemudian diistilahkan “Pencerahan” selain saya sampaikan salutasi yang mendalam atas prakarsa mereka mengadakan acara ini, pada pokoknya saya sampaikan tentang “Persiapan untuk hidup sesudah hidup” yang sekarang ini. Hal itu saya sampaikan mengingat rata-rata alumnus dan keluarga sudah berusia di atas limapuluhan dan diantaranya hampir enampuluhan.
Semoga saja acara mereka ini akan berlangsung terus, sampai satu persatu mereka harus undur diri dari dunia fana ini. Satu hal yang mungkin perlu dianjurkan untuk kelompok ini misalnya dapat meningkatkan menjadi kegiatan yang produktif.
Pertemuan dapat dijadikan media untuk tukar menukar informasi bisnis yang mungkin dapat disinergikan. Diantara alumnus ada yang usahanya furniture dan rancang bangun, mungkin ada lagi yang lain. Salah satu contoh salah seorang alumnus (Djoko Sumarsono) rupanya punya kegiatan peternakan sapi perah dan produksi Wingko Babat. Seperti yang sempat saya abadikan di kamera ketika saya kunjungi 15 Agustus 2013 sebagai berikut:











No comments:

Post a Comment