Friday 29 July 2011

SIAPKAH KITA MENGHADAPI RAMADHAN???

Di awal dan bahkan sebelum Rhamadan tiba bpk/ibu sdrku, oleh para ustad telah mengingatkan kita semua bahwa, tentang buah dari shaumu Ramadhan adalah taqwa.

Agar menghasilkan buah taqwa, ibarat bercocok tanam, agar panennya benar-benar seperti diharapkan menghasilkan buah taqwa, sekurang-kurang diperlukan 3 faktor yaitu:

  1. Lahan atau media yang cocok untuk disemaikan/ditanami bibit
  2. Tersedianya bibit unggul yang akan ditanam di media tanam yang tersedia
  3. Perawatan pasca tanam termasuk pupuk.

Bpk/ibu saudaraku pengunjung Blogspot-ku yang baik

I. Sekarang kita telaah persiapan media tanam atau lahan.

Untuk menyiapkan media tanam dalam kaitan shaumu Ramadhan, sekurangnya harus diperhatikan 3 hal pokok yaitu:

a. persiapan lahir

b. persiapan bathin

c. persiapan lingkungan

Persiapan lahir, berusaha agar dapat memelihara kesehatan, agar dapat melaksanakan ibadah yang lebih meningkat kualitas dan kuantitasnya dari bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan. Bagi yang sepuh sebagai ikhtiar periksakan kesehatan, turuti nasehat ahli kesehatan dan bila diberikan obat diminum secara teratur.

Persiapan bathin:

· merenungkan kesalahan selama ini untuk bertobat kepada Allah, sehingga mulai bulan Ramadhan betul-betul siap menjalankan ibadah, sekaligus di dalam bulan Ramadhan sudah ter inventarisir apa yang hendak dimintakan ampun kepada Allah. Meskipun sebenarnya yang namanya minta ampun kepada Allah hendaklah setiap hari, setiap terjadi kesalahan karena kita tidak mengetahui usia kita masing-masing

· Bulatkan tekad dengan niat yang sungguh-sungguh, ingin melaksanakan shaum lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya

Persiapan lingkungan, media tanam tadi akan tidak kondusip bila masih terdapat gulma pengganggu lainnya, baik yang kasat mata maupun yang berpotensi akan tumbuh kemudian. Karena itu perlu di klirkan hubungan antar sesama manusia, meskipun hal ini seharusnya tiap hari harus klir dengan saling memaafkan:

· Antar diri dengan tetangga

· Antar diri dengan teman sekerja

· Antar diri dengan suami/isteri

· Antar diri dengan saudara

· Antar diri terlebih dengan orangtua bila masih ada

Pengunjung Blog-ku yang saya hormati !

Bahwa taubat kepada Allah jauh lebih mudah dibanding memaafkan sesama.

Karena tobat kepada Allah kita sanggup untuk menyebutkan semua kesalahan kita satu persatu. Dosa sekecil-kecilnya apalagi yang besar, dosa yang tidak terlalu membawa aib jika orang lain tau, sampai dosa yang kalau orang tau kita sangat aib. Kitapun sanggup menuturkannya kepada Allah.

Bagaimana kalau minta maaf kepada manusia, sanggupkah kita menyebutkan semua kesalahan kita kepada sesama yang dimintai maaf.

Contoh suami istri saja, kalau minta maaf secara jujur, mungkin hasilnya membuat tidak mujur.

Misalkan kita pernah berbuat tidak jujur dengan isteri kita, jika kita terus terang mengatakannya akibatnya mungkin menjalani Ramadhan tidak mujur, bisa saja si isteri mogok menghidangkan sahur.

Oleh karena itulah dalam agama kita soal maaf memafkan itu, yang diperintahkan dalam Al Qur’an bukan meminta maaf tapi memberikan maaf.

Lihat surat Al-Baqarah 263

Qaulum ma’rufun wamaghfiratun khairum min shadaqatin yatbanguhaa adza wallahu ghaniyun halim (Berkata yang baik dan memberikan maaf jauh lebih baik ketimbang sedekah yang diiringi menyebut-nyebutnya, sesungguhnya Allah maha kaya dan maha penyantun)

dan

Ali Imran 134 menegaskan:

Allazina yunfiquna fis sarra i wadharra i wal kadhimiinalghaidza wala’fiina a’ninnasi wallahu yuhibbulmuhsiniin. ((yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan).

Dalam suatu hadist bahwa nabi pernah mengatakan bahwa: Ummatnya ada sebanyak 70 ribu orang yang akan masuk surga tanpa proses perhitungan, langsung tanpa di HISAB, dari jumlah tersebut disebutkan nabi bahwa sahabat nabi bernama UKASAH salah satu diantara 70 ribu dimaksud. Apa sebenarnya amalan UKASAH yang paling menonjol sehingga mendapat keistimewaan ini. Rupanya adalah; Setiap akan tidur beliau mereview kembali perjalan hidup sehari tadi, selain dia bertobat atas kesalahannya ia segera memaafkan bila ada orang lain membuat kesalahan kepadanya dan bahkan sekaligus memohonkan agar yang bersangkutan diampuni Allah. Selain amalan rutinnya adalah shalat tahajjud.

II. Kedua mengenai bibit

Di bulan Ramadhan Allah sengaja memilihkan buat kita kaum muslimin bibit unggul, yaitu ibadah yang dilaksanakan di bulan Ramadhan, untuk ibadah sunah diberikan penilaian sama dengan yang wajib, sementara ibadah yang wajib diberikan penilaian berlipat ganda. Bahkan dibulan Ramadhan Allah menyediakan bibit yang sangat unggul yaitu dikenal dengan lailatul qadar yang hasilnya adalah lebih baik dari 1000 bulan atau 83 tahun lebih.

Kenapa Allah pilihkan Lailatul Qadar khusus untuk ummat Muhammad, karena sekurangnya 2 penyebab yaitu:

1. Usia ummat Muhammad umumnya sangat singkat, bila mengacu nabi Muhammad hanya 63 tahun.

2. Postur tubuhnya relative kecil, sehingga kekuatan untuk beribadah relative kurang, bila dibandingkan umat terdahulu.

Ummat terdahulu hidupnya ribuan tahun misalnya nabi NUH usianya 1200 tahun.

Nah kalau kita hidup mencapai usia nabi Muhammad dan jika rata-rata kita mulai diperhitungkan puasa umur tiga belas tahun, jadi dapat berpuasa selama 50 tahun. Jika setiap tahun dari 50 tahun itu menemukan lailatul qadar, maka kita terhitung beribadah selama 50 x 83 tahun = 4.150 tahun , setara dengan 3 setengah kali usia nabi Nuh.

III. Tentang perawatan pasca tanam termasuk pupuk.

Tamsil kita mengenai ibadah Ramadhan yang ditanam di lahan yang siap tanam tersebut dengan bibit unggul yang disediakan Allah. Tumbuhannya akan merana dan tak akan dapat berbuah taqwa jika tidak diberikan perawatan dan pupuk.

Perawatan utama ialah puasa itu sendiri harus dipelihara dari hal-hal bukan saja yang membatalkannya secara fiqih tetapi juga yang dapat menghilangkan pahalanya, seperti perbuatan sia-sia, bergunjing, tidak menahan amarah, tergoda mata, telinga dan hati dan lain-lain sudah banyak ustad mengingatkan kita. Sebagai pupuknya hendaklah diiringi dengan serangkaian ibadah sunah, perbanyak bersedekah, berbuat baik, terutama membaca Alqur’an, yang akhirnya ditutup dengan menunaikan zakat fitrah.

Selanjutnya Insya Allah jika semua itu kita kondisikan dengan tepat, maka buah shaum yang disebut TAQWA itu akan kita petik sehingga selesai Ramadhan pantas kita saling mengucapkan taqaballahu minna waminkum taqabbal ya karim.

Bapak/ibu & Saudaraku pengunjung blogspot yang arif

Sekarang pertanyaannya adalah, apa sebenarnya ciri-ciri orang yang taqwa itu yang menjadi predikat yang diraih setelah dapat melaksanakan shaumu Ramadhan dengan baik; yaitu:

  1. Tidak meragukan Al-Qur’an, karenanya menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam melaksanakan hidup dan kehidupan.
  2. Beriman kepada yang gaib
  3. Mendirikan sholat
  4. Menafkahkan sebagian rezki yang didapatnya untuk pihak yang berhak
  5. Percaya akan nabi-nabi serta kitab yang dibawa nabi yang diberi Al-Kitab oleh Allah.
  6. Yakin bahwa ada kehidupan akhirat.

Diungkapkan Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2, 3 dan 4.

Dzalikalkitabu laa raiba fii hi hudan lillmuttaqin.

((Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang) bertaqwa))

Alladzina yukminuna bilghaibi wayuqimuu nashshalata wamimma razaqnaahum yunfiqun ((yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka). Asbabun nuzul

Walladzina yukminuu na bimaa unzila ilaika wama unzila min qablika wabil akhirati hum yukinun. (dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Asbabun nuzul

Dari enam ciri tersebut 3 secara lahir dapat dilihat perbuatannya dengan kasat mata yaitu:

· Perilaku Qur’ani

· Shalat

· Dermawan

dan 3 secara bathin yang hanya dirasakan oleh invidu masing-masing, dan merupakan faktor penggerak untuk 3 perbuatan lahir tersebut. Yaitu:

· Beriman kepada yang gaib

· Percaya akan nabi rasul dan kitab-kitab

· Yakin hari akhirat

Perilaku Qur’ani

Untuk menjadi manusia berperilaku Qur’ani, harus mendalami isi Al-Qur’an, untuk mendalaminya tentu harus bisa membacanya, bukan sekedar itu harus mengerti maknanya.

Karena setelah mendalami isinya dapat diketahui, perintah dan larangan, aturan-aturan yang berlaku untuk hidup dan apa yang harus dilakukan untuk persiapan mati.

Shalat

· Shalat dengan ikhlas dan khusu’. Karena memahami aturan shalat dan bacaan shalat.

· Keutamaan untuk shalat wajib adalah berjamaah di masjid

· Diantara shalat wajib tersebut yang sangat diutamakan untuk berjamaah di masjid adalah shalat subuh dan isya’: Silahkan simak hadist dikutip berikut:

1.Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: "Barangsiapa yg salat Isya’ dengan berjamaah, seolah-olah ia mengerjakan salat setengah malam, Dan barangsiapa yg salat Subuh dg berjamaah seolah-olah ia mengerjakan salat semalam suntuk." (HR.Muslim)

2. "Barangsiapa mengerjakan salat Isya' dg berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat setengah malam, dan barangsiapa mengerjakan shalat Isya' dan Subuh dg berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat semalam suntuk" (HR. Turmudzi).

3. Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasululah saw. Bersabda: "Seandainya manusia mengetahui keutamaan salah Isya' dan Subuh tentu mereka mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dengan merangkak (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata " Rasulullah saw. Bersabda: "Tidak ada shalat yg lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi dari shalat Subuh dan Isya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua shalat itu, niscaya mereka mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dg merangkak" (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari kesimpulan hadist, shalat subuh dan isya’ kita sadari bahwa kita sekarang masih banyak tergolong yang memenuhi syarat munafiq (hadist ke 4). Jika zaman rasulullah orang munafiq itu masih shalat isya dan subuh berjamaah tetapi dengan berat hati. Sementara kita sebelum Ramadhan yang lalu bukan lagi berat, tapi kebanyakan tidak sama sekali mendatangi jamaah masjid terutama shalat subuh.

Harapan kita setelah memperoleh gelar Taqwa melalui gemblengan Ramadhan jemaah shalat subuh kita akan mulai banyak. Bapak yang sudah sepuh biar dengan merangkak datang ke masjid.

Dermawan

Lihat Al Furqan 67 dan Al-Baqarah 264

Tidak boros dan tidak kikir, berada diantara keduanya, seperti di siyaratkan surat Al Furqan 67: Waladzina idzaa anfaquu lam yusrifuu walam yaqturuu wakana baina dzalika qawaama (Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian).

Juga di surat Al Baqarah 264 Allah memaklumkan bahwa:

Kalau bersedekah atau berbuat baik lainnya jangan dibatalkan dengan menyebutnya dan mempertontonkan atau memproklamirkannya dengan manusia.

Ya ayuhalladzina amanu la tubtilu sadaqatikum bil manni wal adza kalladzi yunfiqu malahu riaa annasi walayukminu billahi walyaumil akhiri (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian)

Semoga Ramadhan tahun ini dapat kita jalani dengan sebaik-baiknya.

Semoga Allah memudahkan kita melaksanakan puasa Ramadhan dijauhkan dari segala macam halangan dan rintangan

Semoga Puasa kita diterima Allah dan kemudian menghasilkan Taqwa.

Topik ini kusampaikan pada Khutbah hari Jum’at tgl 29 Juli 2011 bertepatan tgl 27 Sya’ban 1432 H menjelang Ramadhan 1432 H. di Masjid ARRAHMAH Jl. Percetakan negara No 1 Salemba Jakarta Pusat.

No comments:

Post a Comment