Sunday 29 May 2011

JANGAN TERPUKAU PENAMPILAN

Seorang penjaga malam di sebuah apotik, isterinya menderita sakit, oleh dokter dirujuk segera opname, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan si isteri langsung dimasukkan kerumah sakit kenamaan di kota itu. Si penjaga malam lapor ke atasannya di apotik bahwa isterinya sudah di opname dengan menyebutkan nama rumah sakit dan kamarnya.

Peraturan di apotik tempat pak “Ujang” bekerja sebagai penjaga malam, obat-obat pegawai dan keluarganya ditanggung apotik baik obat jalan maupun opname, karena itulah mungkin pak Ujang lapor, disamping kalau ada apa-apa dengan tugasnya atasannya memahami bahwa isterinya sedang sakit.

Atasannya, hari berikut isteri pak Ujang di rumah sakit, membezook bersama beberapa karyawan. Betapa kegetnya mereka karena isteri pak Ujang menempati ruang VIP di rumah sakit kenamaan pula. Esok harinya manager memanggil pak Ujang untuk memberikan nasehat yang pada pokoknya terjadilah dialog:

Manager : ”Pak Ujang kami ikut prihatin dengan sakitnya Bu Ujang. Kami anjurkan Ibu sebaiknya dimasukkan di bangsal saja. Pak Ujang mengetahui bahwa di apotik kita ini hanya menanggung obat-obatan, tapi tidak menanggung biaya kamar, biaya perawatan rumah-sakit, biaya kunjungan dokter. Ruangan VIP semua biaya-biaya yang apotik tidak menanggung itu mahal”.

Pak Ujang : “Maaf pak, isteri saya pesan kalau ia sampai di opname minta dimasukkan ruang VIP, saya tidak tega melanggar amanahnya. Takut kalau terjadi kenapa-napa dengan dia, saya akan menyesal seumur hidup dan juga nanti anak-anak memedo saya. Lagi pula ketika dia masih muda dulu, kalau opname dia selalu dirawat di ruang VIP”.

Manager : “Baik pak Ujang, kalau demikian, kami hanya menyarankan, moga-moga isteri bapak cepat sembuh”.

Pak Ujang: “Terimaksih banyak pak, permisi

Pak Ujang tetap saja menjalankan tugasnya sebagai penjaga malam, mulai dinas pukul 21.00, apotik tutup pukul 22.00. Yang bersangkutan juga ikut merapikan menutup pintu apotik. Begitulah tugas pak Ujang rutine setiap hari sampai pagi hari berada disekitar apotik. Hari kesebelas isteri pak Ujang dirawat di rumah-sakit, rupanya kesehatan Pak Ujang menurun, ia datang juga ke apotik tapi dalam keadaan demam. Atasannya menyuruh dia pulang, karena yang bersangkutan mendayung sepeda sudah tidak sanggup, atasannya menyuruh salah seorang pejabat apotik mengantarkan pulang dengan mobil. Sesampainya disuatu alamat sesuai panduan pak Ujang mobilpun berhenti. Dengan sisa-sisa tenaganya menggigil karena deman, dirogohnya kantong celananya membuka pagar halaman rumah, sambil mempersilakan mobil masuk ke halaman rumah. Tentu saja, pengantar jadi ragu-ragu, sambil bertanya “rumah bapak dibelakang rumah ini?”. Pak Ujang menjawab “tidak, dibelakang tidak ada rumah, ini kediaman kami”, sambil ia membuka pintu rumah dan mempersilakan pengantar masuk. Sebenarnya kalaulah bukan karena untuk meyakinkan atas apa yang dilihat, pengantar tidak bermaksud untuk masuk, maklum yang diantarkan sakit, harus segera istirahat. Tetapi didorong rasa ingin tau yang sebenarnya, maka masuk juga keruang tamu sebuah rumah dengan halaman luas itu, bangunannya berkelas dan besar, tamannya tertata apik. Begitu di dalam, yakinlah bahwa ini adalah rumah pak Ujang, dari photo di dinding dan beberapa lukisan yang terpajang. Betul-betul sudah terjadi under estimate selama ini, perabot rumah mengesankan bahwa rupanya pak Ujang orang mampu pantas kalau isterinya dirawat di ruang VIP. Management apotik belum mengetahui latar belakang pak Ujang yang menjadi penjaga malam 4 tahun yang lalu itu. Rupanya pak Ujang adalah seorang pensiunan karyawan yang banyak memiliki tanah dan kebun buah-buahan, kini setelah beranjak tua dari pada nganggur iseng-iseng jadi penjaga malam. Ia punya anak 4 orang yang kini sudah berumah tangga sendiri dan tergolong keluarga yang berpendidikan tinggi dan mampu.

Sejak perisiwa itu management apotik menjadi tau tentang pak Ujang demikian juga seluruh pegawai mendapat kabar, merekapun tidak lagi memandang rendah terhadap pak Ujang walau ia hanya seorang penjaga malam.

Kejadian yang sama perihal penampilan, adalah seorang calon nasabah bank, ia datang dengan penampilan yang tidak meyakinkan. Ketika itu bank belum diatur system penerimaan nasabah seperti sekarang ini, oleh customer service. Nasabah dapat saja datang kepada pegawai yang ada di counter depan dengan mengemukakan ingin menghadap pejabat bank,. Ia ingin ketemu dengan pejabat yang membawahi Kas. Istilah waktu itu Kepala Bagian Kas, Pembantu Kepala Bagian Kas. Seorang nasabah dengan penampilan sederhana yakni pakai sandal jepit baju kaos dan membawa tas plastik dikenal dengan tas kresek, dihadapan pejabat bank mengemukakan akan menyimpan uang. Atas dasar penampilan itu, si pembantu kabag menawarkan penyimpanan uang dalam tabungan (era tabanas), ia tidak mau, yang bersangkutan ingin menyimpan uang yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Sedangkan tabanas hanya boleh ditarik 2 kali dalam sebulan. Kalau simpanan yang demikian, kata pejabat kas tadi, harus dalam jumlah besar. Nasabah menjawab “baik pak nanti akan saya siapkan”. Pejabat ganti bertanya “anda mau setor berapa”. Nasabah tadi menjawab “saya akan setor pertama satu milyard rupiah”. Kaget pejabat tadi dan sambil matanya melirik ke kantong plastik yang diletakkannya di bawah sebelah kakinya. “Bukan hanya ini, diluar di depan loket kasir ada beberapa rekan saya membawa uang tunai, total satu milyard”. Tahun delapan puluhan uang satu milyad cukup besar, zaman itu orang berduit baru punya gelar jutawan, belum milyarder seperti sekarang. Sungguh tidak meyakinkan seorang pemuda yang berumur dibawah dualimaan tahun dengan pakaian demikian sederhana taunya adalah pengusaha tambak udang dan bandeng.

Kembali bahwa penampilan tidak menjadi ukuran menilai seseorang, sebaliknya orang yang berpenampilan meyakinkan belum tentu sesuai dengan apa yang ditampilkan. Banyak kejadian seperti yang dicontohkan di atas sering dialami para pembaca yang bijaksana.

Dalam hal penampilan ini kadang seseorang memberikan perhatian yang kurang terhadap seseorang yang penampilannya tidak meyakinkan. Orang kadang lebih melihat apa yang nampak dipermukaan, suka salah bersikap, silau dengan pandangan dari luar. Hal seperti ini manusiawi, tetapi di dalam agama Islam hal itu diatur dan bahkan Nabi Muhammad s.a.w pernah mendapat teguran Allah karena salah bersikap dalam konteks ini, bersikap mendasarkan kepada penampilan itu, seperti diabadikan Allah dalam surat Abasa ayat 1 dan 2 sebagai berikut:

1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, Asbabun nuzul

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah S.80:1 turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang kepada Rasulullah saw. sambil berkata: "Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah." Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: "Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?" Rasulullah menjawab: "Tidak." Ayat ini (S.80:1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah saw.
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari 'Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya'la yang bersumber dari Anas.)


2. karena telah datang seorang buta kepadanyaAsbabun nuzul

Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah s.a.w. meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagai teguran kepada Rasulullah s.a.w.

Kedua ayat tersebut di atas memang tidak terkait dengan seorang yang berprofesi penjaga malam, sebenarnya ia orang kaya dan seorang yang berpenampilan sederhana, disangka uangnya cuma sedikit ternyata banyak uang. Ayat-ayat di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa dalam hidup ini berinteraksi dengan orang tidak boleh mengkelas-kelaskan orang atas dasar profesi dan atas dasar penampilannya. Haruslah melakukan hubungan yang sama baiknya terhadap siapapun juga. Rasul saja mendapat teguran dari Allah, tentu perilaku yang meremehkan orang yang berpenampilan kurang menyakinkan dipandang rendah adalah sesuatu yang tidak baik. Selain itu ayat tadi memberikan pelajaran buat kita bahwa sikap pandang yang sering terpukau akan penampilan itu adalah manusiawi. Jangankan kita sedang Rasul pernah keliru bersikap atas dasar penampilan. Namun bukan berarti karena kita manusia biasa lantas boleh meremehkan orang dengan disebabkan penampilannya, tentu tidak, setiap kita tercenderung akan menjurus kepada pembedaan perlakuan terhadap seseorang dengan orang lainnya, atas dasar penampilan kitapun ingat lagi kepada tuntunan Allah disurat Abasa 1 dan 2 di atas.

Wallahu A’lam bi sauwab, semoga Allah membimbing kita agar tidak terpukau melihat penampilan seseorang. Kalau under estimate masih kurang berbahaya kendati yang demikian ditegur Allah, tetapi yang lebih berbahaya adalah over estimate yaitu menganggap bonafide seseorang yang berpenampilan menarik, berbicara sopan, taunya adalah penipu. Itupun sebenarnya diingatkan Allah dalam surat Abasa tadi yakni Rasulullah menghadapi pembesar Quraisy yang berpenampilan menarik dengan penuh pesona, disangka akan dapat menjadikan mereka menerima petunjuk, ternyata tidak. Diisyaratkan Allah di ayat 5, 6 dan 7 surat Abasa tadi.

5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup

Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasulullah s.a.w. yang diharapkannya dapat masuk Islam.

6. maka kamu melayaninya. Asbabun nuzul

7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).

Begitulah di dalam kehidupan kita di dalam pergaulan masyarakat, kadang berhadapan dengan orang yang berpenampilan sederhana, tetapi ternyata dapat dipercaya dan sebaliknya ada yang penampilannya memukau belakangan diketahui penipu. Tidak jarang juga orang yang penampilannya sudah tidak menyakinkan ternyata perilakunyapun sama dengan penampilannya, tidak terpuji. Ada orang yang berpenampilan menyakinkan dan sikapnyapun terpuji. Akhirnya kita harus bersikap waspada kata kuncinya jangan mudah terpukau dengan penampilan”.

No comments:

Post a Comment