Tuesday 24 May 2011

TUJUH LANGKAH MENCAPAI KEMULIAN

Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia. Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia. Demikian lirik nyanyian mengiringi suatu peringatan ulang tahun, baik secara kecil-kecilan dilingkungan keluarga atau dibesarkan dengan mengundang kerabat handai taulan.

Syahdan tersebut kisah bahwa upacara ulang tahun ini berawal di era nabi Yacob. Beliau mempunyai anak belasan orang, sehingga hampir setiap bulan diadakanlah upacara ulang tahun buat masing-masing anaknya. Giliran anak-anak beranak lagi, maka ulang tahun pula buat cucu-cucu beliau dan akhirnya setiap hari ada upacara ulang tahun. Kadang sehari dua kali, karena ada saja cucu yang kurang suka kalau ulang tahun mereka digabung, mungkin orang tua mereka juga enggan menggabung pembiayaan ulang tahun dan upacaranya. Ada kebanggaan sendiri kalau upacara dilaksanakan masing-masing agar beda satu dengan yang lain. Barangkali juga telah terjadi status sosial yang bertingkat. Al hasil hari ulang tahun adalah merupakan “hari besar” bagi yang berulang tahun. Selanjutnya diriwayatkan nabi Yacob memohon kepada Allah agar diberikan kepada anak cucu mereka “hari besar” yang seragam. Do’a itu diqabul Allah terjadilah buat orang muslim dua hari besar yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Pada hari raya idul fitri masing-masing orang muslim bagaikan lahir kembali, sedangkan di hari raya idul adha merayakan bahwa orang muslim yang diberi hidup dan mempunyai kemampuan/kekayaan merayakannya dengan berqurban.

Pesan pokok dari ulang tahun adalah ingin agar yang berulang tahun mendapatkan kemuliaan seperti do’a dalam lirik nyanyian di atas. Persoalannnya bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mencapai kemualiaan itu.

Menurut referensi Alqur’an kemulian itu dapat digapai diantaranya dengan tjuh langkah yaitu:

1. Berjalan dimuka bumi dengan rendah hati tidak dibuat-buat, tidak pamer dan tidak sombong, tidak melengos bila bertemu sesama. Seperti diatur dalam Al-Furqaan 63.




Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

Makna ayat ini bukanlah berarti bahwa orang muslim yang ingin meraih kemulian harus berjalan tertunduk-tunduk, dengan pakaian lusuh/kumuh. Tetapi Rasulullah memberi contoh seperti yang diungkap oleh Abu Hurairah bahwa jalannya nabi gagah/tegap dan tenang serta beliau berpakaian serta berpenampilan selalu rapi.

Benar juga bila kita dengan pakaian lusuh, dekil, bau sementara berjalan lesu, tentu pandangan manusia tidak akan simpatik kepada kita, bagaimana mungkin kita mendapat kemulian dari sudut pandang manusia. Walaupun hamba Allah yang beriman tidaklah mengharapkan padangan manusia, tetapi jangan sampai menimbulkan kesan orang yang taat kepada Allah itu orang-orang lemah, orang-orang kumuh. Haruslah kita tampilkan bahwa Islam agama yang mengajarkan kepada ummatnya harus gagah, harus bersih dan sehat. Selanjutnya bila ada orang yang jahil yaitu orang-orang yang belum mempunyai pengetahuan menyapa mereka dengan sapaan yang kurang baik, maka ia sanggup menyampaikan kata-kata yang baik mengandung keselamatan.

2. Mengerjakan shalat tahajud sebagai tambahan shalat yang diwajibkan, antara lain di infromasikan Allah di dalam surat Al Isra 79

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

Orang-orang yang mulia tidak mengharapkan kemulian dan sanjungan dari manusia, ia hanya mengharapkan kemuliaan yang datang dari Allah. Dengan bersembahyang tahajjud di malam hari diwaktu mana sebagian manusia sedang tidur, ia bersembahyang. Jelas bahwa sembahyangnya tidak dimaksudkan diketahui oleh orang lain, hanya dia dengan Allah saja yang mengetahui tentang sembahyangnya tentang do’a dan dialognya kepada Allah. Kalaulah ada orang yang tau mungkin hanya keluarga seisi rumah. Keteguhan pendirian yang hanya menggantungkan diri kepada Allah semata inilah yang membuat pribadi yang bersangkutan tidak mengorbankan harga dirinya untuk meminta kepada manusia. Karena dengan meminta kepada manusia, kadang kemulian diri dipertaruhkan. Ia berusaha di dalam menjalani hidup ini memandang sesama manusia adalah sama dan jikalah terjadi interaksi yang bermuara kepada mendapatkan rezeki yang disebabkan oleh hubungan dengan manusia dipandang adalah datang dari Allah dengan sebab hubungan dengan manusia dari mana datangnya rezeki tersebut.

3. Kesederhanaan dan keseimbangan kehidupan, tidak kikir dan tidak boros, seperti termaktub dalam surat Al-Furqaan 67

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Adalah kewajiban orang muslim untuk membelanjakan sebagian hartanya untuk keperluan orang lain dan untuk kemaslahatan manusia serta hal-hal yang dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang yang kikir akan dikucilkan masyarakat dan terjauhlah ia dari kemulian menurut pandangan manusia, sementara dalam pandangan agama terkelompok mendustakan perintah Allah. Jika mendermakan harta terlalu boros, kemungkinan akan timbul perasaan ingin dipuji sesama manusia (riya) dan juga mungkin saja mengabaikan keperluan sendiri, padahal diri sendiri perlu diperhatikan kemudian keluarga, barulah kerabat dekat dan masyarakat. Jika dengan keborosan tersebut yang bersangkutan akhirnya malah jatuh miskin, bukannya kemulian yang didapat bukan mustahil kehinaan yang diperoleh.

4. Menjaga kemurnian tauhid, tidak membunuh, tidak berzina, (Al Furqaan 68)

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),

Tidak menyembah Tuhan yang lain selain Allah

Orang yang hanya menyembah kepada Allah hidup mereka merdeka, tidak tergantung kepada yang selain Allah. Ia tidak akan merasa rendah dihadapan orang yang berpangkat setinggi apapun. Ia tidak merasa hina dihadapan orang yang dinilai bangsawan. Ia tidak merasa miskin biar berhadapan dengan orang sekaya apapun. Ia tidak akan merasa jelek biar berhadapan dengan orang serupawan apapun, kerena dia tau bahwa ia diciptakan dengan sebaik-baik kejadian. Siapakah yang dapat merendahkan atau meremehkan orang seperti ini. Sifat seperti inilah salah satu wujud pencapaian kemulian yang hakiki.

Tidak membunuh Jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar.

Membunuh jiwa orang lain, miskipun tidak diketahui orang, alhasil dapat bersembunyi, setelah melakukan pembunuhan, atau membunuh dengan cara yang tidak diketahui. Bagaimanapun diri sendiri mengetahui dan akan mersa terbebani dan kemanapun pergi dan bersembunyi merasa diri ini terhinakan, jauh dari kemulian. Apalagi membunuh dengan cara yang belakangan ini didunia banyak dilakukan kelompok teroris. Jikapun pelaku dapat melarikan diri ia akan dikejar-kejar dan kalaulah si pelaku sekaligus mati bersamaan dengan dengan target (bom bunuh diri), maka disamping ybs dihinakan orang sampai jenazahnyapun kampung halaman sendiri tidak mau nerima, kasihan keluarga yang ditinggalkan ikut-ikut kena getahnya mendapat pandangan tak baik dari masyarakat. Kesemua perbuatan itu menjauhkan diri dan keluarga dari kemuliaan.

Tidak berzina

Banyak penyakit yang menimbulkan kehinaan disebabkan perbuatan zina, selain itu akan merusak rumah tangga. Bangsa terdiri dari sekumpulan rakyat dan rakyat terdiri dari sekumpulan keluarga, keluarga adalah kumpulan dari rumah tangga. Bila rumah tangga berantakan karena perbuatan zina maka akan merembet ke keluarga, masyarakat dan bangsa. Apalagi bila dari perbuatan zina berbuah keturunan, maka keturuan dan yang menurunkan keturunan itu akan mendapat kehinaan sepanjang hidup, terjauhlah dari kemuliaan.

5. Jujur, tidak memberikan kesaksian palsu, (Al Furqaan 72)

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.

Jujur

Jujur adalah fitrah manusia, jika seorang manusia melakukan perbuatan tidak jujur justru ia melanggar fitrahnya sendiri. Selain itu orang lain akan menilai seseorang jujur atau tukang bohong. Alangkah sedihnya biila seseorang sudah mendapat stempel tukang bohong maka apa saja yang dijanjikannya orang tak percaya, apa saja diomongkannnya orang tidak percaya pada gilirannya yang bersangkutan akan terkucil di pergaulan hidup, pergaulan bisnis, kemana mana dicemooh orang, kata pepatah “dekat ditunjuk orang dengan mulut jauh ditunjuk orang dengan telunjuk” hati hati dia tukang bohong tidak jujur. hati-hati berbisnis dengannya. Orang yang demikian itu akan terjauh dari kemuliaan dan dekat dengan kehinaan.

Kesaksian Palsu

Allah mengetahui benar bahwa di dalam pergaluan hidup masyarakat, mesti akan terjadi periswa yang memerlukan kesaksian. karena itu dituntun dengan ayat dalam al-Quran. Sejak dari orang membentuk rumah tangga, perlu kesaksian berupa saksi nikah. Selanjutnya dalam pergaulan hidup akan terjadi silang sengketa tak jarang sampai harus melalui putusan seorang hakim. Bila harus sampai di peradilan, hakim akan memutus dengan menggunakan perangkat bukti dan saksi. Alangkah malangnya orang yang berperkara bila para saksinya tidak jujur, yang seharusnya menang dapat kalah, yang harus kalah boleh jadi menjadi menang. Akibat saksi tidak jujur akan merancukan hakim dalam memutus perkara, dapat saja orang yang tidak bersalah akan menerima hukuman sebaliknya orang yang bersalah mendjadi bebas. Terlepas dari ancaman akhirat yang dahsyat bagi orang memberikan kesaksian palsu, didunia inipun ia sudah mendapatkan kehinaan baik dari dirinya sendiri yang secara fitrah adalah jujur, maupun dari masyarakat yang mengetahui bahwa kesaksian nya adalah palsu, dengan demikian sanksi dari masyarakat dia dihinakan, terjauh dari kemulianaan.

6. Orang yang sadar ketika diingatkan (Al Furqaan 73)

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.

Suatu penyakit jiwa atau penyakit diri seseorang yang dapat membawa yang bersangkutan kepada kehancuran/kehinaan adalah pantang dikoreksi, merasa diri selalu benar, merasa diri selalu pintar. Orang yang akan meraih kemulian adalah orang yang menerima peringatan apalagi peringatan itu dari Allah dan Rasul-Nya. Peringatan dari sesamapun akan dipertimbangkan, jika merupakan sesuatu yang membawa kepada kebaikan. Manusia yang mau menerima peringatan ini akan senantiasa menyadari bahwa hidup ini tidak semua dapat dialami sendiri, apasalahnya memetik pengalaman orang lain berupa peringatan dan nasihat agar ia dapat menjalani hidup dengan selamat dunia dan akhirat. Orang yang selalu mau mendengarkan peringatan akan mendapat kemulian didunia dan akhirat. Didunia dia menjalani hidup dengan penuh hati-hati sebab peringatan orang yang pernah mengalaminya ia terima dan dijadikan panduan, sedang di akhirat nanti telah ditunggu dengan rahmad Allah kerena dia selama hidup mengikuti peringatan Allah yang sudah pasti kebenarannya.

7. Senantiasa mengamankan keturunannya menjadi orang taqwa (Al Furqaan 74)

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Do’a adalah permintaan, sekaligus harapan kadang juga adalah kemitment. Seorang yang mengucapkan do’a kepada Allah terkandung harapan agar Allah mengabulkan seperti apa yang di mintanya dalam do’a. Untuk terwujudnya permintaan di dalam do’a tersebut haruslah dengan gigih mengupayakan agar do’a itu terkabul. Dalam kaitan ayat di atas seseorang agar mendapatkan kemulian, ia mendo’akan agar dianugerahi Allah isteri dan anak-anak yang menyenangkan hati beriman dan menjadi pemimpin orang yang taqwa. Untuk mengupayakan itu haruslah berusaha agar isteri dan anak-anak mendapatkan pendidikan untuk mengejar do’a itu. Bila anak dibimbing dididik dengan didikan sesuai ajaran Allah dan Rasul, insya Allah kelak benar-benar do’a tersebut akak terkabul. Bila do’a terkabul maka orang tersebut akan mencapai kemulian, karena kesuksesan anak, keutamaan budi pekerti anak, kemulian ahlak anak-anak akan berdampak kepada kemuliaan orang tua. kemuliaan bukan saja hanya didunia karena anak-anak yang shaleh do’a mereka akan terus memberikan manfaat bagi orangtua mereka kendatipun sudah berada di alam barzah. Kadang ada orang tua yang sengaja memberikan pendidikan anak-anak mereka kelingkungan yang bukan Islami, dengan berbagai alasan. Misalnya alasannya disiplinnya, kesuksesan hidup dalam percaturan kemewahan hidup didunia. Setelah dewasa si anak menjelma menjadi manusia yang tidak menjadikan pola hidupnya berdasarkan ajaran agama Islam. Sementara bapak selalu dan terus menerus ber do’a seperti tersebut di atas, tentu upaya dengan do’a tidak sejalan. Do’a haruslah realistis sesuai kewajaran. Ekstrimnya tidak mungkin seorang menanam bibit jambu mendo’akan agar tumbuh nanti pohon apel. Do’a yang realistis adalah agar bibit jambu yang ditanam tumbuh subur dan berbuah lebat.

No comments:

Post a Comment