Wednesday 18 May 2011

BELAJAR BERKESINAMBUNGAN

Kehidupan didunia ini rupanya tidak sepi dari kegiatan belajar, sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir. Benar hadist Rasulullah Muhammad s.a.wUdlubul ilma mahdi illal lahdi”, menuntut ilmu sejak buaian sampai liang lahad.

Secara alamiah manusia setelah berumah tangga umumnya dikarunia anak, kadang putra dan putri kadang semua laki-laki dan ada juga semuanya perempuan. Apapun anak yang dikaruniakan Allah, secara kodrati mereka kelak akan berumah tangga, meneruskan siklus kehidupan sebagaimana orang tuanya. Tibalah saatnya sebuah keluarga mengenal keluarga lainnya, datang anggota keluarga baru yaitu mantu. Mantu atau menantu adalah anak orang lain, orang tua mantu disebut dengan BESAN. Besan kadang semula sama sekali tidak kita kenal sebelumnya, kadang lain suku bangsa, kadang lain etnis, bahkan kini di era globalisasi kadang lain bangsa.

Persoalannya adalah setiap suatu rumah tangga, dengan rumah tangga lainnya, meskipun sedikit mesti ada perbedaan kultur, ada perbedaan nilai-nilai yang dianggap baik, disisi lain nilai-nilai yang dianggap baik tersebut belum tentu di keluarga lain dianggap baik pula. Tidak jarang nilai-nilai yang dianggap baik di suatu keluarga dianggap kurang baik, bahkan sesuatu dianggap tercela oleh keluarga yang lainnya.

Sejatinya sesuai pokok pikiran di atas bahwa belajar sejak hidup sampai mati itu meliputi seluruh kegiatan hidup antara lain belajar beristeri, belajar beranak, belajar bermenantu, belajar bercucu, belajar berumah, belajar bertetangga dan seterusnya. Saya sedang menulis buku Insya Allah dalam waktu dekat terbit, yaitu mengupas salah satu aspek belajar fokus hanya “Belajar Berbesan”, suatu sub bagian kecil dari yang harus dipelajari sejak hidup sampai mati oleh manusia.

Guna menyusun topik “Belajar Berbesan” disusun dalam bagian-bagian sebagai berikut:

Bagian Pertama, lamaran. Mengungkapkan pelajaran bagaimana melakukan pelamaran, jika kebetulan dipihak laki-laki. Kebanyakan istiadat di Indonesia pihak yang melamar adalah pihak laki-laki, walau kadang ada istiadat yang melamar adalah pihak perempuan. Di dalam bagian ini juga diungkapkan tentang bagaimana cara menerima lamaran dalam hal berada dipihak perempuan.

Bagian kedua, menetapkan hari/tanggal pernikahan. Bagian ini menngisahkan bagaimana lika-liku yang sering terjadi berupa negosiasi antara kedua keluarga, untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan pernikahan. Meliputi waktu, hari tanggal dan tempat. Persoalannya akan seru jika kedua belah pihak mempunyai sudut pandang yang berbeda, status sosial yang berbeda, istiadat yang berbeda.

Bagian ketiga, mencetak undangan. Teknik pencetakan undangan, tidak jarang menimbulkan masalah, dampaknya bukan saja dirasakan pada dalam jangka pendek, begitu acara selesai, tapi kadang berujung seumur hidup. Tak jarang gara-gara pencetakan undangan ini keluarga yang baru saja dibina menjadi retak ada diataranya sampai pecah berantakan.

Bagian keempat, prosesi nikah. Nikah adalah suatu yang dianggap sakral, kaitannya erat dengan agama dan keyakinan yang dianut, ini juga diungkap untuk memahaminya, karena tidak jarang berbesan menjadi batal lantaran tak didapat kesepakatan dalam bernegosiasi prosesi nikah. Atau ada pasangan akhirnya nikah tanpa kehadiran orang tua disalah satu pihak, bahkan kadang dua belah pihak.

Bagian kelima, prosesi pesta nikah. Lazim di Indonesia bahwa nikah dan pesta nikah dilaksanakan terpisah tempat dan waktunya. Prosesi pesta nikah kadang lebih besar dibanding akad nikah. Penampilan dalam prosesi pesta nikah condong didominasi oleh istiadat mempelai. Ada yang condong istiadat mempelai wanita dan ada yang condong pada adat mempelai pria. Disini perlu dilakukan pembelajaran agar semua berjalan lancar, agar tiada pihak yang merasa “tidak diorangkan”. Untuk mengetahui hal-hal tersebut bagian ini akan mengungkap sejauh mungkin.

Bagian keenam, syair/pantun melamar.

Syair/pantun dituturkan oleh juru bicara pihak pria di upacara lamaran di kediaman si gadis terlamar. Di bagian ini diberikan contoh secara lengkap susunan syair atau pantun melamar dimaksud, pembaca yang akan melamar dan ingin memetik contoh syair atau pantun dimaksud dapat mengubah sesuai dengan keperluan.

Bagian ketujuh, syair/pantun jawaban lamaran.

Syair/pantun dituturkan oleh juru bicara pihak si gadis terlamar, sebagai jawaban atas syair/pantun yang diucapkan oleh juru bicara pelamar. Bagain ini dimuat contoh lengkap redaksi syair atau pantun jawaban lamaran dimaksud se-olah-olah keadaan senyatanya. Bagi pembaca yang anak gadisnya dilamar dan ingin menerapkan model ini dapat memetik contoh dimaksud dengan menyesuaikan dengan keadaaan sebenarnya.

Bagian kedelapan. Syair/pantun dialog.

Syair/pantun di bagian ini, adalah bila dalam acara pelamaran dikehendaki oleh para pihak (pelamar dan terlamar) upaca lamaran dalam wujud dialog syair/pantun (lazim disebut berbalas pantun). Bagian ini memuat redaksi syair/pantun berdialog tersebut, dengan memberikan contoh penggalan/jeda setelah berapa bait masing-masing pihak melantunkan syair/pantun kemudian dibalas pihak lainnya. Bagi pembaca yang akan merajut besan, ingin menggunakan model ini dipersilahkan memetik contoh tersebut dengan memodipikasi sesuai keadaan sebenarnya.

Bagian kesembilan, susunan panitia pihak pria

Memuat susunan kepanitian yang diperlukan oleh pihak keluarga pria sejak mulai melamar, pelaksanaan akad nikah sampai ke pesta pernikahan. Pada bagian ini disusun kepantian terdiri atas ketua, bendahara, sekretaris dan para koordinator serta dilengkapi uraian tugas masing-masing personil panitia.

Bagian Kesepuluh, susunan panitia pihak wanita

Dibuat terpisah bagian kesembilan dan bagian kesepuluh, karena susunan kepanitian pihak pria dan pihak wanita sedikit ada perbedaan. Dimaklumi bahwa di dalam acara pernikahan, sejak melamar, akad nikah sampai ke pesta pernikahan pihak wanita sebagai pihak “ketempatan”. Di bagian ini disusun kepanitian terdiri atas ketua, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi serta koodinator dilenghkapi dengan fungsi masing-masing.

Bagian kesebelas, susunan acara

Di Bagian ini disusunkan acara-acara yang lazim dilakukan ketika acara lamaran, acara akad nikah, dan pesta pernikahan. Dilengkapi panduan tentang kapan seorang pembawa acara memandu acara dengan infoirmasi yang seharusnya disampaikan. Disamping itu dimuat pula secara singkat tetapi rinci tentang pokok-pokok sambutan dari para pihak yang harus berbicara di dalam acara pelamaran, acara akad nikah dan pesta pernikahan.

Bagian keduabelas, contoh redaksi undangan

Redaksi undangan adalah utama dan penting, justru acara tidak akan ada bila tidak ada undangan. Undangan harus informative dengan tidak melupakan kesantunan dan estetika. Karena itu di bagian ini diberikan beberapa pilihan model redaksi undangan, berkaitan dengan persoalan yang sering terjadi dalam pencetakan undangan seperti terungkap di dalam bagian ketiga telah dikemukakan di awal buku ini.

1 comment: