Sunday 19 September 2010

IHLAS, SYARAT DITERIMA IBADAH


Assalamualaikum, Wr.Wb.
Alhamudillahillazi za’alal ihlasa limanittaqa, waza’alal wahaba liman yuhibbu wayardah, waza’alal ihsanu limanit taba’a, syari’atahulmubin.
Assyhadu alla ilaha illallah wahdahula syarikalah, wa asshadu anna Muhammadan abduhu warasuluhu sayidul hala iqi wal basyar. Salallhu ‘alaihi wa’ala alihi wasyahbihi waman tabiahu bi ihlasin illa yaumiddin, wasalaman tasyliman kasyiran. Amma ba’du.
Fayaayuhal muslimun ittaqullaha ta’ala fi sirri wa’ala niati bil ihlasi faqad qalallahu ta’ala “wama umiru illa liya’budullaha muhlisinalahuddin”.
Qalalahu ta’ala fi kitabilkarim:

A’uzubillahiminassyaitanirazim, Bismillahrahmanirrahim











Sidang pembaca yang mulia

bahwa amal bagaimanapun banyaknya akan batal bila diiringi dengan tidak ihlas। Justru tidak ihlas itu Peluang syaitan untuk menghancurkan manusia, seperti telah terjadi dialog antara Allah dengan Iblis diabadikan dalam surat SHAAD (surat ke 38) ayat 78 s/d 85 sebagai berikut:







78। Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan।"





79. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan."




80। Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,




81। sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)."





82। Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,






83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka





84. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan."




85. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya.





Sidang pembaca dalam rahmat Allah.

Untuk dapat mengetahui IHLAS, jika teropong dari lawannya, yaitu …. tidak ihlas atau RIYA.


Riya adalah salah satu dari 8 virus yang merusak ibadah, 7 yang lainnya adalah:

  1. SUM’AH,
  2. UJUB,
  3. TAKABUR,
  4. LAGAK/PONGAH/BANGGA DIRI,
  5. HASUD,
  6. DENDAM DAN
  7. DENGKI.

Di dalam tulisan yang singkat ini kita renungkan mengenai tidak ihlas atau identik dengan Riya.

Contoh kecil tidak ihlas, ialah bila menolong orang, mengharapkan ucapan terimasih, biasanya dengan mengatasnamakan kewajaran yang berlaku, mengatasnamakan istiadat dan budaya yang berlaku.

Bahkan kadang syaitan membisikkan atas nama kebaikan dan perhatian. Misalnya: ungkapan “saya khawatir apakah anda sudah sampai ditujuan, kenapa kok tidak memberi berita bahwa sudah nyampai”. Ini diungkapkan oleh seorang teman yang menanam kebaikan dengan mengantarkan temannya kebandara ketika akan pulang dari mudik misalnya. Pengantar mengharapkan ucapan terima kasih ketika yang diantarnya sudah tiba. Padahal jikapun tidak ada kabar, kalau pesawat tidak ada berita jatuh, tentulah yang diantar telah sampai. Ini merupakan perangkap syaitan yang harus kita waspadai, kadang hal-hal yang kecil. Terbesit dihati pengantar tadi, …………”ini orang tak tau berterimakasih, sudah diantar, sampai kok tidak memberi kabar”.

Contoh lain, kadang dengan ucapan Alhamdulillah. misalnya.

“Alhhamdulillah Ramadhan tahun ini saya berhasil menghatamkan Alqur’an 5 kali”.

“Alhamdulillah di Ramadhan tahun ini saya menyantuni anak yatim sekian ratus orang masing saya kasi amplop sekian ratus ribu”.

Ini disampaikan kepada orang lain, dengan tujuan di dalam hati ini mendapatkan salutasi dari pihak lain, dengan begitu amal itu dilakukan bukan lagi mengharapkan redha Allah semata atau ihlas karena Allah, setidaknya sedikit sudah tercampur keinginan untuk penghargaan manusia.

Sesungguhnya, telah diperingatkan Allah bahwa sedekah, infaq maupun amal akan menjadi batal kalau diiringi dengan Riya, seperti terungkap di dalam surat Albaqarah ayat 264 yang telah ditulis pada muqaddimah di atas, terjemahannya kurang lebih:

264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Kadang karena halusnya bisikan iblis, cara pengungkapan penyebutan itu, sangat halus. Misalnya seseorang pernah membantu orang yang tadinya tidak punya apa-apa kemudian suatu saat lantaran bantuannya orang yang dibantu tadi sukses. Ungkapannya demikian, kepada orang lain: Si ANU itu kalau saya ada perlu apa-apa, mesti saya diperhatikan, karena dulu dia itu saya yang membantunya sekolah sehingga jadi seperti sekarang ini. Habislah sudah amalnya karena disebut-sebut.

Jama’ah pengunjung blog saya, hamba-hamba Allah yang Muhlisin.

Sungguh tidak mudah berjuang, untuk beramal dengan ihklas karena Allah. Sebab Iblis telah mendapat otorisasi dari Allah untuk membisiki manusia agar tersesat jalan, seperti telah kita simak di dalam surat Shaad yang dikutip tadi. Bahkan iblis sesumbar akan menyesatkan semua manusia kecuali hamba Allah yang Ihlas. Untuk menghindari RIYA sahabat Nabi kita Ali bin Abu Thalib r.a memberikan 4 identitas seseorang yang Riya dalam beramal :

  1. Malas jika melaksanakan amal/ibadah sendirian
  2. Tangkas jika dihadapan orang banyak
  3. Menambah amalnya jika dipuji
  4. Mengurangi jika dicela.

Guna memelihara amal ibadah kita agar tidak terperangkap di dalam Riya, yaitu hanya ihlas karena Allah, maka perlu didalami 4 hal yaitu:

  1. Ilmu tentang cara beramal, sebab tanpa ilmu atau pengetahuan cara beramal, banyak akan terjadi kesalahan. Kadang disangka merupakan ibadah padahal tidak ada nilai ibadahnya. Sebab di dalam konsep Islam seluruh ibadah haruslah mengacu kepada apa yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya. Sedangkan perbuatan keseharian, dapat dilakukan sepanjang tidak ada larangan Allah dan Rasulnya.
  2. Niat, sesuatu amal kendati sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya jika niatnya keliru bukan karena Allah, maka ibadah tersebut tidak bernilai ibadah disisi Allah.
  3. Sabar, didalam melaksanakan ibadah kadang banyak rintangan/tantangan dan bahkan cemoohan orang. Disini letak peran sabar sangat utama. Apalagi bagi orang yang tadinya tidak ibadah kemudian insaf dan mau memulai ibadah. Susahnya bukan main…. tantangan banyak sekali diantaranya datang dari kelompok yang tadinya sesama tidak ibadah akan mencemooh, misalnya kata: “Tumben”, “alim baru”, “percuma kau ibadah, udah telat” dsbnya”.
  4. Tidak mengharapkan balasan dari manusia atau Organisasi atau siapapun, sekalipun hanya ucapan terimakasih, atau surat penghargan. Mohon balasan hanya dari Allah.

Demikian renungan kita dalam tulisan yang singkat ini, semoga Allah menjadikan kita semua menjadi hambanya yang ihlas hanya karena Allah dalam melaksanakan ibadah.

BARAKALLAHU LII WALAKUM BIL AYATI WAZIKRIL HAKIM WATAQABALA MINNI WA MINKUM TILAWATAHU INNAHU HUWASS SAMI’UL A’LIM WAKUL RABBIGH FIR WARHAM WA ANTA ARHAMURRAHIMIN।
















































































































































No comments:

Post a Comment