Friday 2 November 2018

YANG MENYEMBUHKAN

Obrolan pasien yg sama2 nunggu di
antrian RS, mesti dimulai ndak jauh dari tentang penyakit yg sudah mulai dialami. Obrolan mesti diawali sakit apa. Walau sudah jelas duduk diruang tunggu Poli yg sama, katakanlah Poli jantung.

Selagi sama duduk nunggu di Poli jantung, Obrolan berkisar tukar pengalaman sakit jantung macam mana diderita masing2. Obrolan sanggup mengusir kekesalan lama nunggu antrian dipanggil ke ruang dokter. Penderita sakit jantung beda2 kasusnya. Seperti yg kualami mulai 12 Juni 2018 katanya jenis penyakitku IRAMA jantung. Sesama penderita irama jantung bermacam lagi variasinya.

Stlh melalui proses berbagai macam pemeriksaan medis oleh dokter spesialis jantung dijadwalkan aku harus di lakukan 2 tindakan:
1. EPS (Electropshysiology Studies), konon bila ku tak salah tangkap keterangan dokter, untuk mencari dimana titik listrik ke jantung yg menyebabkan ketidak stabilan irama jantung. Stlh diketahui melalui EPS, tindakan berikutnya adalah:
2. ABLASI. Menurut hasil obrolan yg sdh ngalami, antara EPS dan Ablasi berjeda 1 sampai 2 bulan. Jadwal EPS ku 19 Oktober 2018, sehari sblmnya dirawat inap.

Rupanya tindakan EPS itu di paha kanan dimasukkan 4 kabel melalui dua tusukan. Di leher kanan dimasukkan 1 kabel dg satu tusukan. Diriku termasuk cepat, 3 jam proses EPS sdh ditemukan titik dimaksud. Ku tak ngerti itukah pertimbangan dokter, sehingga aku langsung di Ablasi di hari itu juga, melalui lobang tusukan yg sama. Andaikan Ablasi dilakukan dg jadual 1 atau 2 bln mendatang, maka tusukan ABLASI, kata yg pernah ngalami, persis sama dg tindakan EPS. Alhamdulillah k/l 1 jam proses Ablasi selesai.

Total k/l 4 jam terlentang di atas meja tindakan dg 5 kabel masuk menuju jantung mrpkn suatu pengalaman tak terlupakan.
Di sebelah kiri badan, berdiri kokoh semacam tiang melengkung kearah tubuh kita. Di lengkungan setengah busur itu terpasang alat persegi empat. Alat ini ketika tindakan sdg berlangsung menutupi dada, sekali -sekali bergerak kekiri ketengah dada. Diujung kaki dan di sebelah kiri agak ke atas terpasang monitor. Sedang kaki dan tangan serta bbrpa bagian dada dilekati kabel seperti EKG. Di hidung masuk pipa oksigen.

Smg ndak dialami lagi. Itulah ihtiar yg dpt dilakukan menurut ilmu kedokteran hingga saat ini. Sepekan kmdn ketika kontrol, dokter jelaskan Ablasi untuk diriku jenis Ablasi konvensional.

Dalam pada itu, pasien sekamarku ketika dirawat, lain lagi kasusnya dirawat lbh dahulu dariku, bapak yg satu ini dipulangkan sehari sblm kepulanganku, beliau dipersiapkan untuk tindakan by pass. Tindakan untuk tetangga kamarku itu lebih berat lagi dariku. Betapa bersyukurnya aku, karena apa yg deritanya lebih lagi dari diriku.

Logikanya penyakit jantung sdh ada sejak dahulu kala, karena manusia berjantung juga dari dulu. Mungkin khusus pengobatan EPS dan ABLASI, blm lama dilakukan oleh dokter, apalagi di Indonesia. Jangan2 baru belasan tahun belakangan ditemukan teknik Ablasi ini (para dokter yg lbh tau).

Jantungan di era Nabi Muhammad s.a.w.

Sahabat Sa’ad bin abi Waqas mengisahkan, pada suatu hari dia menderita sakit, Rasulullah s.a.w, menjenguk. Beliau meletakkan tangannya di antara kedua puting susu sahabatnya itu. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib".

Terapi dilakukan Al-Harits bin Kaladah dg ramuan tujuh buah kurma ajwa, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkan kpd Sa'ad bin abi Waqas
[HR. Abu Dawud]

Itulah pengobatan di zaman Rasulullah dan menyembuhkan.
Kuingat kasus penyakit di kampungku waktu kecil dulu 60 an tahun lalu.
Sakit muntah berak diminumi air kelapa muda. Balita demam panas disembur dahinya dengan kunyahan ramuan tumbuhan tertentu. Kadang sembuh, kadang ada yg sampai ajalnya.
Pada zaman Rasulullah sakit jantung dg minum kurma yg ditumbuk berikut bijinya.

Teknik pengobatan berjalan sesuai zamannya. Dengan pengobatan sesuai zamannya itu ada yg sembuh ada yg gagal. Tak kurang di zaman kinipun dg teknik pengobatan canggih (kalau ndak ada di Indonesia berobat keluar negeri), juga kadang berhasil kadang nihil.

Nyatalah bahwa ihtiar ada di tangan manusia, penyembuhan ternyata dari Allah jua.

Begitu indah pernyataan Nabi Ibrahim diabadikan dlm Al-Qur an surat Asy-Syu'ara ayat 80.
وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ
"dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku"

Jadi yg menyembuhkan bukan kurma ditumbuk berikut bijinya. Bukan air kelapa muda, bukan sembur layang di dahi balita atau kapur sirih silang di leher ketika batuk. Tetapi Allah lah yg menyembuhkan setiap penyakit.

Di kesempatan yg baik ini ku berdo'a smg Allah menyembuhkan penyakit yg sdg sakit, khusus untuk teman ngobrolku itu, tetangga kamar di RS, kiranya Allah menyertai ihtiar pengobatan teman2ku itu shg diberi kesembuhan.

Aamin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment