Tuesday 20 November 2018

POTENSI anak bagi ORTU

Memperoleh keturunan bagi manusia normal mrpk hajad kondrati. Pasangan menikah salah satu keinginannya agar punya keturunan penerus generasi. Didukung Nenek dan Datuk yg pengen cepat menimang cucu.

Ada pasangan yang menikah sudah belasan tahun, belum juga dikarunia anak. Usahapun dilakukan, pokoknya asal mendengar ada dokter yang canggih tentang dapat membuat kesuburan pasangan suami isteri, kemanupun jauh didatangi, berapapun mahal dikumpulkan duit. Apalagi dokter, sampai “orang pintar” yang kadang ndak masuk nalarpun dicoba dengan alasan ihtiar.

Kami pernah tinggal di suatu daerah, dua orang tetangga yang belasan tahun menikah belum dapat keturunan. Kurang lebih tahun ke dua belas menikah, akhirnya masing2 kedua pasangan ini, bagaikan janjian sama2 istri mereka melahirkan anak laki2.

Begitu sayangnya kedua orang tua kepada anak idaman itu, semua mainan, semua keiinginan si anak dipenuhi sebisa mungkin.
Sampai mereka mulai masuk TK, belum ada lagi tanda adiknya akan nongol, al hasil sampai kami pindah tugas diperoleh kabar bahwa kedua pasangan ini hanya punya anak satu satunya dan kini mereka sudah tumbuh menjadi orang dewasa dan punya anak pula. Seperti senasib pula ayah kedua anak tetangga kami itu semasa anak mereka dlm pertumbuhan meninggal dunia.

Sama-sama anak dielukan dan dimanja semasa kecil, ternyata pertumbuhan kedua anak manusia ini berbeda sedemikian rupa, bagaikan siang dan malam.

Kami ketahui kisah nyata ini, setelah 31 tahun kami kunjung silaturahim ke kompleks yang pernah kami tinggal disana selama 5 tahunan itu.

Kini anak yg satunya menjadi anak yang sangat berbakti kepada ibunya, ayahanda telah pulang kerahmatullah ketika dia masih kelas dua es em a. Ibunyalah yang meneruskan membimbingnya dan membiayai hidup sampai selesai kuliah.
Begitu hebat perjuangan sang ibu menyekolahkan anak semata wayang itu, dengan berusaha menjual makanan di kantin kantor almarhum suaminya. Alhamdulillah perjuangan ibu ini tidak sia-sia, bahkan sianak walaupun sudah beristeri dan beranak empat, namun kasih sayangnya kepada ibunya demikian tinggi, ibunyapun sudah dibawa menunaikan ibadah haji. Kebetulan kehidupannyapun lumayan, lebih baik kalaulah dibanding dengan kesuksesan ortunya dulu di bidang pekerjaan.

Beda dengan anak yang satunya lagi, kini dianya hidup tinggal sebatang kara, masih tinggal di kompleks kami dulu. Kehidupannya agak kurang beruntung tak jelas apa usahanya. Rupanya ibundanya belum lama meninggal dunia, si ibu mengakhiri hidupnya secara tragis bunuh diri. Ibu ini memilih jalan ini konon alasannya tak tahan menahan tekanan hidup, lantaran si anak selalu merongrong. Semenjak ditinggal almarhum suami, si ibu terpaksa ngutang sana-ngutang sini demi memenuhi keinginan si anak yang sudah terlanjur dipenuhi sejak kecil apa maunya. Rupanya tak tahan dililit hutang sudah melilit pinggang, pilihannya jatuh ke mengakhiri hidup dangan dengan seutas tali.
Memang terdapat perbedaan kedua anak ini semasa ditinggal ayah mereka, yang satu hidup dengan penuh prihatin, menurut apa yang diarahkan si ibu.
Anak yang satunya sepeninggal Bapaknya tetap saja, tak tau bagaimana caranya si ibu harus dapat mengadakan apa yang diminta.

Anak diamanahkah Allah kpd kedua Ortunya menurut Al-Qur'an setidaknya berpotensi sebagai:
1. inventasi, Al-Qur'an surat Yasin ayat 12).
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)".
Anak yg shaleh/shalehah mrpk peninggalan kita didunia stlh kita meninggal, mrpk investasi yg sll mendo'akan. Kebaikan yg dia lakukan insya Allah berimbas buat Ortu di alam barzah.

2. membuat kita lalai mengingat Allah,
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi".
(QS. Al-Munafiqun ayat 9)
Siang malam mencari nafkah untuk menafkahi anak2, sampai lalai kewajiban kpd Allah. Malah ada yg sampai mencari nafkah dg jalan yg tdk dibenarkan Allah.

3. sebagai musuh,
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang".
(QS. At-Taghabun ayat 14)
Banyak contoh kasus anak memusuhi Ortunya tersiar di media. Anak tega berperkara vs Ortu gara2 warisan. Bahkan berita ekstrim anak membunuh Ortunya karena keinginannya tak dipenuhi.

4. sebagai cobaan.
وَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَاۤ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ  وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar".
(QS. Al-Anfal ayat 28)
Dpt berupa kegagalan anak, dpt berupa salah pergaulan anak dll.

5. berpotensi pembela kehidupan akhirat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, hamba itu kemudian berkata; ‘Wahai Rabb, dari mana semua ini? ‘ maka Allah berfirman; ‘Dari istighfar anakmu".
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَلِـوَالِدَيَّ
"Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku"
(QS. Nuh ayat 28)

Dari kelima potensi ini, terlihat dua berpotensi baik dan dua berpotensi kurang baik serta satu berpontensi 50%-50% yaitu potensi cobaan. Kalau cobaan itu dapat kita atasi maka akan menjadi kebaikan dan sebaliknya jika cobaan itu tidak dapat diatasi akan mencelakakan.

Agar menjadikan anak berpotensi kebaikan, dapat dilakukan dua ihtiar. Saya katakan ihtiar, karena walau sudah di ihtiarkanpun belum tentu berhasil, semua tergantung penyertaan Yang Maha Kuasa, Allah S.W.T.
Ihtiarnya adalah:

Yang pertama; ikuti anjuran Nabi Muhammad agar anak diajarkan sholat sejak berusia 7 tahun, kalau sudah sampai 10 tahun bila perlu diingatkan dengan agak keras. Sebab anak yang sholat dan mengenal Allah, selalu dekat dengan Allah, diharapkan akan mengerti keadaaan orang tua, tau bersyukur, tidak tegaan merongrong orang tuanya.

Yang kedua: senantiasa menyerahkan anak2 kepada Allah dengan do’a:
;رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa".
(QS. Al-Furqan ayat 74)

Kita berdo’a kepada Allah agar anak keturunan kita menjadi orang yang taqwa, berperilaku yang enak dipandang mata dan menjadi pemimpin orang-orang yang beriman dan bertaqwa.

Dengan demikian mudah-mudahan peringatan Allah yg tlh dinukil di atas dpt kita cermati dan sikapi sehingga smg anak keturunan kita:
* Tidak menjadikan kita lalai mengingat Allah (Al-Munafiqun ayat 9).
* Tidak menjelma menjadi anak yg justru mrpk musuh kita (surat At-Taghabun ayat 14).
* Kalaulah anak2 kita menjadi cobaan seperti QS. Al-Anfal ayat 28, smg kita diberikan kekuatan Allah lulus dlm cobaan tsb.

Semoga anak-anak keturunan kita menjadi anak2 yang saleh dan salehah. Sehingga anak2 kita menjadi investasi dan sekaligus penolong kita di akhirat. Amien ya rabbal ‘alamin. Barakallahu fikum.
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment