Wednesday 7 November 2018

Keberkahan suatu Bangsa

Suatu malam, Umar bin Khattab ronda keliling/blusukan untuk mendengar keluhan rakyat. Beliau mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin. Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari” Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini” Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”. Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”. Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.

Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu. Umar berdo'a, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.

Asim yang taat kpda Ortu, tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim.

Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

Allah meng ijabah do’a kakek buyut Umar bin Abdul Aziz yaitu Umar bin Khattab.

Di era pemerintahan Umar bin Abdul Azis selama 2 tahun 5 bulan dan 5 hari, pemerintahan Islam waktu itu demikian mendapatkan barokah Allah. Karena pemimpin adil, taqwa diikuti seluruh rakyat taat kpd pemimpin atas dasar taqwa kpd Allah. Sehingga Allah menurunkan keberkahan dari langit dan bumi. (Al-A'raf ayat 96)
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ
(Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi).

Dikabarkan tidak ada rakyat yang miskin, sehingga tak seorangpun yang berhak menerima zakat. Harta zakat terkumpul di baital mal di umumkan barang siapa saja yang memerlukan pembiayaan untuk kehidupan dan memulai kehidupan misalnya menikah, dapat meminta bantuan dari baital mal.

Tapi sebaliknya pemimpinnya hidup dalam kesederhanaan, sangat sederhana. Dikisahkan sang halifah ketika menjelang azalnya hanya mengenakan baju yang sederhana dan menurut isterinya tak ada baju yang lebih baik untuk dapat mengganti baju beliau.

Yang dapat dipetik dari peristiwa ini adalah bahwa keberkahan akan dilimpahkan Allah ke suatu bangsa paling tidak memenuhi 2 syarat:
1. Dipimpin oleh pemimpin yang taqwa kepada Allah, dg dmkn si pemimpin berlaku adil sesuai hukum2 Allah hidup dlm kesederhanaan.
2. Rakyat yg dipimpin taqwa kpd Allah, meskipun aparat hukum tdk mengawasi, masing2 individu merasa diawasi langsung oleh Allah. Sehingga terjauh rakyat, pejabat, aparat, pedagang, pebisnis, pendidik, karyawan seluruh warga negara dari korupsi, manipulasi, penipuan dan kecurangan.

Dinegeri kita perlu introspeksi apakah seperti lanjutan ayat 96 Al-A'raf
وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

(tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan).

Smg Allah memberikan kpd kita semua pemimpin yang bertaqwa dan mampu mengarahkan rakyat yg dipimpinnya juga menjadi taqwa sehingga Allah memenuhi janji-Nya dlm surat Al-'Araf 96 (awal ayat) di atas. Jangan sebaliknya seperti di akhir ayat.

Aamin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment