Wednesday 1 July 2015

STATUS



Orang sudah berkeluarga/berumah tangga, dalam KTP disebut berstatus “Sudah Kawin”, pemuda pemudi yang belum menikah masih sekolah atau mahasiswa, tertulis dalam status di KTP “Pelajar atau Mahasiswa”. Ini pengertian status persi kartu penduduk.
Dikenal dalam masyakarat dengan status sosial; “orang terkenal”, berstatus “berpendidikan tiggi”, berstatus “bangsawan” berstatus “karyawan”, berstatus “pengusaha”  tidak bekerja lagi berstatus “pensiun”, berstatus “pengangguran”
Sadar status agaknya penting dalam menjalani hidup ini. supaya cocok menempatkan diri di status yang sedang dimiliki, tak salah tingkah dalam status apapun. Banyak kasus orang yang kurang memahami status, salah tingkah dalam menjalani sisa hidup. Ketika sudah pensiun awak masih saja merasa berstatus seperti status lama. Kalau kebetulan awak dulunya berstatus punya jabatan tinggi, setelah kehilangan jabatan itu status itupun masih juga terasa dimiliki,  merasa harus dihormati, harus  mendapatkan fasilitas/kemudahan seperti ketika memegang status tersebut, maka susahlah awak jadinya. Orang lain pun akan mencibir, jauh ditunjuk orang dengan telunjuk, dekat ditunjuk orang dengan mulut.
Masalah status ini sering kukisahkan ke kerabat dekat, ke audience ku dalam banyak kesempatan dengan mengemukakan contoh. Seorang dosen kita memberi kuliah di depan kelas, dalam area kampus, dianya diakui berstatus sebagai dosen. Di dalam kelas ia dapat memberikan instrusksi-instruksi kepada mahasiswanya sesuai kewenangannya sebagai dosen. Dilain pihak, mahasiswa dalam status sebagai mahasiswa haruslah mentaati apa yang diperintahkan dosen.
Seusai jam kuliah (sudah sore), ketika akan pulang hujan turun cukup lebat, ada seorang mahasiswa yang belum pulang, rupanya dianya terbiasa pulang pergi ke kampus dengan kendaraan umum. Sempat tertlibat ngomong dengan dosen sambil menunggu curah hujan agak mereda. Ternyata si mahasiswa pulangnya searah dengan dosen yang kebetulan membawa mobil. Setelah dialog singkat dan hujan sedikit reda, si dosen memberi tumpangan kepada si mahasiswa. Dalam perjalanan status sudah berubah, pemilik mobil dan penumpang. Bagaimana si mahasiswa bersikap dalam mobil si dosen tentu ada adabnya sendiri. Tidak sopan tentunya kalau si mahasiswa duduk di jok belakang, sementara si dosen menyetir mobilnya. Kalau si dosen mempunyai supir, tentu tidak sopan kalau si mahasiswa duduk di jok belakang bersama si dosen, kecuali memang diminta.
Rupanya dalam penjalalan hujun turun lebat lagi. Pas sampai dirumah si mahasiswa, dengan pertimbangan nanti banyak genangan air di jalan membuat mobil rawan mogok, mahasiswa mempersilahkan meneduh dulu di rumah kediaman orang tua si mahasiswa yang cukup besar dan boleh dikata mewah. Dosen diterima duduk di kursi di ruang tamu. Kini status sudah berubah lagi, mahasiswa sebagai tuan rumah, si dosen sebagai tamu. Berlakulah adab tamu yang harus dipatuhi dan adab tuan rumah yang harus dijalankan. Tamu tentu tidak boleh nyelonong masuk ke ruang lain selain ruang tamu, seklipun harus ke toilet, harus seijin tuan rumah. Tuan rumah harus menghormati tamu selama menanti hujan reda itu, walau sudah ngantuk, sebaiknya jangan diperlihatkan. Bagaimana kalau hujan semakin lebat dan diperkirakan kalau dosen tersebut melanjutkan perjalanan akan terjebak banjir, adalah baik jika mobil pak dosen di parkir di tempat aman di halaman rumah dan adalah baik juga jika anjurkan si dosen nginap. Persiapkan kamar tamu yang ada di rumah dan tentu sebelumnya dikenalkan dengan ortu pemilik rumah. si mahasiswa berstatus bukan pemilik rumah tentunya meminta izin terlebih dahulu kepada ortu jika ingin menawarkan dosennya menginap. Begitulah seterusnya status mudah sekali berubah.
Figur dalam sajarah yang sukses menyesuaikan diri dengan status adalah dikenal Khalid bin Walid. Dianya pernah berstatus sebagai musuh pasukan Islam ketika dalam perang Uhud, ia menjadi panglima pasukan Makkah melawan pasukan tenttara Islam. Khalid bin Walid mampu mengubah keadaan kekalahan menjadi kemanangan.
Selanjutnya figur Khalid bin Walid masuk Islam setelah penjanjian Hudaybiyah ini mengubah status beliau lagi menjadi panglima tertinggi pasukan Islam yang belum ada tandingannya dalam sejarah Islam, menjadi panglima tertinggi di lebih dari 100 pertempuran dan selalu menang. Tetapi ketika Khalifah Abubakar wafat digantikan Umar Status Khalid bin Walid dari pangalima di copot digantikan Abu Ubaydah. Dalam pertempuran menaklukan Syams dia bertempur terus dengan mengamban status sebagai prajurit biasa. Prinsip yang dia pegang adalah; dia berjuang bukan untuk seseorang, tetapi berjuang untuk Allah.
Kiranya pantas di teladani sikap dari Khalid bin Walid ini, ketika kita gonta ganti status, baik terjadi kerena alamiah, atau mungkin karena terpaksa. Tidak ada salahnya ketika status kita sudah berubah, kitapun mulai berjuang lagi dengan status yang baru tersebut.
Seorang pejabat suatu kantor, kadang malu untuk melakukan suatu aktivitas pekerjaan untuk mencari rezeki melalui instansi yang pernah dia bekerja. Padahal mungkin kalau dia melakukan bisnis dengan mantan kantornya, akan diperoleh beberapa kemudahan setidaknya mengetahui system dan prosedur yang berlaku di instansi tersebut. Namun kebanyakan mantan pajabat ini akan merasa sungkan kepada bekas anak buahnya.
Ada juga orang yang setelah berubah status lantas menjalani sisa hidup dengan merintis usaha yang sama sekali tidak berhubungan lagi dengan instansi dimana dia pernah bekerja, hal ini dilakukan oleh orang yang tidak mau statusnya berada di bawah mantan anak buah.
Hal-hal tersebut adalah pilihan,  tetapi jangan sampai perubahan status membuat pembatasan ruang gerak dalam berkegiatan mencari karunia Allah.
Ketahuilah bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal termasuk status.  Oleh karena itulah kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan ketidak kekalan itu, agar mampu terus berjuang dalam status apapun kita sampai kemampuan berjuang itu habis. Sebab kemampuan berjuang juga tidaklah kekal dan tidaklah terus kita miliki, pasti ada kahirnya.  Harapan kita semoga Allah menjadikan kita dapat terus berjuang untuk kebaikan sampai tidak berdaya lagi, sampai habisnya kemapuan yang dimiliki.

No comments:

Post a Comment