Orang
sudah berkeluarga/berumah tangga, dalam KTP disebut berstatus “Sudah Kawin”,
pemuda pemudi yang belum menikah masih sekolah atau mahasiswa, tertulis dalam
status di KTP “Pelajar atau Mahasiswa”. Ini pengertian status persi kartu
penduduk.
Dikenal
dalam masyakarat dengan status sosial; “orang terkenal”, berstatus “berpendidikan
tiggi”, berstatus “bangsawan” berstatus “karyawan”, berstatus “pengusaha” tidak bekerja lagi berstatus “pensiun”,
berstatus “pengangguran”
Sadar
status agaknya penting dalam menjalani hidup ini. supaya cocok menempatkan diri
di status yang sedang dimiliki, tak salah tingkah dalam status apapun. Banyak
kasus orang yang kurang memahami status, salah tingkah dalam menjalani sisa
hidup. Ketika sudah pensiun awak masih saja merasa berstatus seperti status lama.
Kalau kebetulan awak dulunya berstatus punya jabatan tinggi, setelah kehilangan
jabatan itu status itupun masih juga terasa dimiliki, merasa harus dihormati, harus mendapatkan fasilitas/kemudahan seperti
ketika memegang status tersebut, maka susahlah awak jadinya. Orang lain pun
akan mencibir, jauh ditunjuk orang dengan telunjuk, dekat ditunjuk orang dengan
mulut.
Masalah
status ini sering kukisahkan ke kerabat dekat, ke audience ku dalam banyak
kesempatan dengan mengemukakan contoh. Seorang dosen kita memberi kuliah di
depan kelas, dalam area kampus, dianya diakui berstatus sebagai dosen. Di dalam
kelas ia dapat memberikan instrusksi-instruksi kepada mahasiswanya sesuai kewenangannya
sebagai dosen. Dilain pihak, mahasiswa dalam status sebagai mahasiswa haruslah
mentaati apa yang diperintahkan dosen.
Seusai
jam kuliah (sudah sore), ketika akan pulang hujan turun cukup lebat, ada
seorang mahasiswa yang belum pulang, rupanya dianya terbiasa pulang pergi ke
kampus dengan kendaraan umum. Sempat tertlibat ngomong dengan dosen sambil
menunggu curah hujan agak mereda. Ternyata si mahasiswa pulangnya searah dengan
dosen yang kebetulan membawa mobil. Setelah dialog singkat dan hujan sedikit
reda, si dosen memberi tumpangan kepada si mahasiswa. Dalam perjalanan status
sudah berubah, pemilik mobil dan penumpang. Bagaimana si mahasiswa bersikap
dalam mobil si dosen tentu ada adabnya sendiri. Tidak sopan tentunya kalau si
mahasiswa duduk di jok belakang, sementara si dosen menyetir mobilnya. Kalau si
dosen mempunyai supir, tentu tidak sopan kalau si mahasiswa duduk di jok
belakang bersama si dosen, kecuali memang diminta.
Rupanya
dalam penjalalan hujun turun lebat lagi. Pas sampai dirumah si mahasiswa,
dengan pertimbangan nanti banyak genangan air di jalan membuat mobil rawan
mogok, mahasiswa mempersilahkan meneduh dulu di rumah kediaman orang tua si
mahasiswa yang cukup besar dan boleh dikata mewah. Dosen diterima duduk di
kursi di ruang tamu. Kini status sudah berubah lagi, mahasiswa sebagai tuan
rumah, si dosen sebagai tamu. Berlakulah adab tamu yang harus dipatuhi dan adab
tuan rumah yang harus dijalankan. Tamu tentu tidak boleh nyelonong masuk ke
ruang lain selain ruang tamu, seklipun harus ke toilet, harus seijin tuan
rumah. Tuan rumah harus menghormati tamu selama menanti hujan reda itu, walau
sudah ngantuk, sebaiknya jangan diperlihatkan. Bagaimana kalau hujan semakin
lebat dan diperkirakan kalau dosen tersebut melanjutkan perjalanan akan
terjebak banjir, adalah baik jika mobil pak dosen di parkir di tempat aman di
halaman rumah dan adalah baik juga jika anjurkan si dosen nginap. Persiapkan
kamar tamu yang ada di rumah dan tentu sebelumnya dikenalkan dengan ortu
pemilik rumah. si mahasiswa berstatus bukan pemilik rumah tentunya meminta izin
terlebih dahulu kepada ortu jika ingin menawarkan dosennya menginap. Begitulah
seterusnya status mudah sekali berubah.
Figur
dalam sajarah yang sukses menyesuaikan diri dengan status adalah dikenal Khalid
bin Walid. Dianya pernah berstatus sebagai musuh pasukan Islam ketika dalam
perang Uhud, ia menjadi panglima pasukan Makkah melawan pasukan tenttara Islam.
Khalid bin Walid mampu mengubah keadaan kekalahan menjadi kemanangan.
Selanjutnya
figur Khalid bin Walid masuk Islam setelah penjanjian Hudaybiyah ini mengubah
status beliau lagi menjadi panglima tertinggi pasukan Islam yang belum ada
tandingannya dalam sejarah Islam, menjadi panglima tertinggi di lebih dari 100
pertempuran dan selalu menang. Tetapi ketika Khalifah Abubakar wafat digantikan
Umar Status Khalid bin Walid dari pangalima di copot digantikan Abu Ubaydah.
Dalam pertempuran menaklukan Syams dia bertempur terus dengan mengamban status
sebagai prajurit biasa. Prinsip yang dia pegang adalah; dia berjuang bukan
untuk seseorang, tetapi berjuang untuk Allah.
Kiranya
pantas di teladani sikap dari Khalid bin Walid ini, ketika kita gonta ganti
status, baik terjadi kerena alamiah, atau mungkin karena terpaksa. Tidak ada
salahnya ketika status kita sudah berubah, kitapun mulai berjuang lagi dengan
status yang baru tersebut.
Seorang
pejabat suatu kantor, kadang malu untuk melakukan suatu aktivitas pekerjaan
untuk mencari rezeki melalui instansi yang pernah dia bekerja. Padahal mungkin
kalau dia melakukan bisnis dengan mantan kantornya, akan diperoleh beberapa
kemudahan setidaknya mengetahui system dan prosedur yang berlaku di instansi
tersebut. Namun kebanyakan mantan pajabat ini akan merasa sungkan kepada bekas
anak buahnya.
Ada
juga orang yang setelah berubah status lantas menjalani sisa hidup dengan
merintis usaha yang sama sekali tidak berhubungan lagi dengan instansi dimana
dia pernah bekerja, hal ini dilakukan oleh orang yang tidak mau statusnya
berada di bawah mantan anak buah.
Hal-hal
tersebut adalah pilihan, tetapi jangan
sampai perubahan status membuat pembatasan ruang gerak dalam berkegiatan
mencari karunia Allah.
Ketahuilah
bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal termasuk status. Oleh karena itulah kitalah yang harus
menyesuaikan diri dengan ketidak kekalan itu, agar mampu terus berjuang dalam
status apapun kita sampai kemampuan berjuang itu habis. Sebab kemampuan
berjuang juga tidaklah kekal dan tidaklah terus kita miliki, pasti ada kahirnya. Harapan kita semoga Allah menjadikan kita
dapat terus berjuang untuk kebaikan sampai tidak berdaya lagi, sampai habisnya
kemapuan yang dimiliki.
No comments:
Post a Comment