Friday 6 December 2013

TIMBANGAN PERKALIAN



Dibeberapa kesempatan di dalam kelas, ketika menerangkan perhitungan yang menyangkut perkalian, terutama di kelas audience supervisor  pengusaha, umumnya mereka tidak membawa kalkulator. Ada juga kalkulator mereka gunakan telepon seluler. Dikesempatan demikian sering saya informasikan bahwa untuk meyakinkan bahwa perkalian pakai telepon genggam itu benar, ada caranya yaitu dengan “Timbangan Perkalian”.
Setelah saya praktikkan pengujian itu, banyak diantara mereka menanyakan dari mana asal muasal diperoleh teknik “timbangan perkalian” itu. Lantaran beberapa kali diuji coba selalu dan pasti tepat membuat mereka penasaran, sebab hasilnya tidak satupun yang meleset.
Secara berkelakar saya katakan, sudahlah terima saja, ini hasil utak atik, tapi kalau mau ajarkan buat anak cucu atau orang lain, agar tidak melanggar hak cipta, jangan lupa menyebut nama saya tiga kali; “dari M.Syarif Arbi” untuk melegalkan hak cipta formula tersebut.
Adapun “Timbangan Perkalian” tersebut formulanya sebagai berikut:
1.     Buat tanda timbangan dengan garis tegak lurus yang memotong garis horizontal sehingga membentuk symbol “plus”.
2.     Angka-angka bilangan pengali dijumlahkan sehingga menjadi satu digit kemudian letakkan disumbu atas symbol “plus”.
3.     Angka-angka bilangan yang dikali dijumlahkan sampai menjadi satu digit, letakkan disumbu bawah symbol “plus”
4.     Angka disumbu atas dan sumbu bawah dikalikan dan hasilnya dijumlahkan sehingga menghasilkan satu digit, tempatkan di kanan atau kiri sumbu horizontal.
5.     Angka-angka hasil perkalian dijumlahkan sehingga menghasilkan satu digit, hasil penjumlahan tersebut letakkan di sumbu horizontal berlawanan dengan angka hasil perkalian dan penjumlahan sumbu atas dan sumbu bawah (butir 4 di atas).
Hasil perkalian dijamin benar bilamana timbangan tidak jomplang alias berat sebelah. Sebagai contoh lihat ilustrasi diakhir tulisan saya ini:


Terus terang perolehan formula ini  mulanya, ketika dulu diri ini masih sekolah es em pe, mulai melakukan kegiatan usaha dagang kecil-kecilan memanfaatkan sisa waktu pulang sekolah dan hari libur. Kegiatan usaha itu memanfaatkan jarak karena ketika itu jarak sepuluh-limabelas kilometer sudah cukup jauh di kampungku, disebabkan belum banyak yang punya kendaraan bermotor, apa lagi angkutan umum. Tambahan pula beberapa kampung dengan kota dipisahkan oleh sungai yang hanya dapat diseberangi dengan sampan. Jarak tempuh itulah kumanfaatkan semasa anak-anakku untuk mendapat keuntungan dengan membawa komoditi dari kota ke pedesaan yang jaraknya berbilang sepuluh sampai limabelas kilometer itu. Sementara dari rumah-rumah penduduk diperoleh minyak goreng terbuat dari fermentasi santan kelapa dimasak (kebun sawit baru mulai ada 50 tahunan sesudah itu). Juga diperoleh telor ayam (waktu itu belum ada telor ayam petelor seperti sekarang ini), semua telor asalnya dari ternak biasa, ayam kampung. Harga minyak kelapa manual produk rumahan itu di pedesaan antara Rp 6,50  sampai Rp 7.00 per botol bekas botol bir. Sekitar (650 cc). Minyak kelapa yang dibeli dari rumah ke rumah itu ditampung dalam kaleng kapasitas 35 botol. Kendaraanku sanggup dimuati tiga kaleng. Satu di tengah, satu dikiri satu lagi dikanan tempat boncengan dimodivikasi. Sekali angkut pulang sekolah dapat sekitar 100an botol kalau semua kaleng penuh. Penjualan ke pengepul minyak kelapa di kota tidak pakai takaran botol, mereka pakai timbangan. Berat minyak ternyata bervariasi, tergantung proses pengolahan minyak. Minyak tua karena memasaknya sampai berwarna kekuningan dapat sampai 650 gr per botol. Sedangkan minyak muda karena memasaknya kurang lama sehingga warnanya masih agak jernih condong kehijauan, berat maksimalnya 600 gr per botol, kwalitas ini gampang tengik tak tahan disimpan lama. Kepiawaian menilai minyak inipun merupakan ilmu tersendiri, kemudian harus dipilah dimasukkan kaleng yang berbeda, agar pengepul tidak kecewa. Sebab harga di pengepulpun berbeda menurut kwalitas ini. Begitulah cerita minyak kelapa rantai distribusinya dari rumah penduduk ke perantara antara pengepul dan produsen, kemudian terus ke agen besar ada yang langsung di konsumsi orang sekota dan ada yang sampai ke ibukota provinsi untuk disistribusikan lagi ke kota lain yang bukan penghasil perkebunan kelapa. Diantaranya dijadikan bahan baku produk lain, seperti sabun. Belum lagi bila dikisahkan tentang telor ayam yang dibeli dari rumah-rumah penduduk dibawa bersama minyak yang penempatannya di sepeda lelaki di bagian tengah (silinder penghubung stang dangan tempat duduk) dan juga digantung pada kranjang dikiri kanan stang.
Dari jual beli inilah, karena zaman itu belum ada kalkulator, perkalian dengan manual, kalau toko pengepul biasanya pakai Sempoa. Untungnya kami dulu sejak SR sudah dilatih menghafalkan kali-kalian dari satu sampai sepuluh. Kalau tak hapal distrap disuruh berdiri di depan kelas. Rata-rata kami dulu SR kelas empat sudah hafal betul kali-kalian dari satu sampai sepuluh bahkan ada yang lebih dari itu. Itulah hal yang positip belum adanya kalkulator seperti sekarang ini.
Guna pengujian perkalian itulah diperlukan “Timbangan Perkalian” dimaksud, agar tidak menderita rugi untuk diri sebagai pedagang kecil, atau merugikan langganan dari rumah produksi.
Adapun formula tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Misalnya membeli 27 botol minyak yang dari sebuah rumah, dengan harga Rp 6,50 (enam rupiah limapuluh sen) per botol. Harus dibayar sejumlah Rp 175,50 (seratus tujuhpuluh lima rupiah lima puluh  sen). Untuk menguji sudah benarkah pembayaran itu, gunakan “Timbangan Perkalian”, cukup diguratkan di tanah. Buku barang mahal dan bolpen belum ada waktu itu. SR masih pakai “Batu Tulis” dan “Grip”
Timbangan perkalian dapat digambarkan sebagai berikut:
http://ts3.mm.bing.net/th?id=H.4915264842500646&pid=15.1                         9



9                                                   9

                         2





Keterangan gambar:
Angka yang dikali 27. Angka dua ditambah angka tujuh adalah “9” . letakkan angka “9” disumbu atas.
Angka pengali adalah 6,50. Enam ditambah lima ditambah nol adalah 11 dijadikan satu digit adalah 2. Letakkan angka “2” di sumbu bawah.
Angka disumbu atas “9” dikalikan angka sumbu bawah “2” adalah 18 dijadikan satu digit adalah “9” letakkan di kanan atau dikiri timbangan.
Hasil perkalian 175,50 . satu ditambah tujuh ditambah lima ditambah lima ditambah nol adalah 18 dijadikan satu digit adalah “9”.  Letakkan disisi yang berlawan dengan hasil perkalian sumbu atas  dan sumbu bawah. Ternyata perkalian ini benar, sebab seimbang antara kiri dan kanan sama sama menunjukkan angka “9”.
Untuk meyakinkan anda akan kebenaran formula ini silahkan mencobanya sendiri dengan sederet angka yang lebih panjang, ditulisan ini saya buatkan contoh lagi misalnya telor ayam dibeli dari penduduk sebanyak 13 butir @ Rp 1,75 = Rp 22,75 dengan cara sama diperoleh:
http://ts3.mm.bing.net/th?id=H.4915264842500646&pid=15.1                         4



7                                                   7

                         4




Minyak dibeli dari rumah penduduk total tiga kaleng setelah ditimbang; Kaleng pertama  17,95 Kg sedang kaleng kedua 17,80 Kg. kaleng ketiga beratnya  16,20 Kg. jumlah 51,95 kg.   diterima pengepul seharga Rp 13,-/kg.  Hasil penjualan ke pengepul Rp 675,35 dibulatkan Rp 675.- sisa Rp 0,35 jadi cacatan pengepul. Dengan pola yang sama formula diterapkan ternyata perkalian benar sisi kiri dan kanan sama angka “8”
http://ts3.mm.bing.net/th?id=H.4915264842500646&pid=15.1                         2



8                                                   8

                         4




Untuk sektor minyak hari itu adalah pembelian 90 botol kali Rp 6,50,- =  Rp 585,-
Hasil penjualan minyak 51,95 Kg = Rp 675,- laba Rp 90,- lumayan untuk anak seusia es em pe. Kegiatan usaha ini kutekuni sampai awal SMA, selanjutnya pindah usaha jadi penjahit. Tapi yang berkesan adalah perhitungan “Timbangan Perkalian” dari transaksi-transaksi tersebut semasa belum ada kalkulator teringat sampai sekarang dan kuturunkan kepada siapa saja kalau kebetulan membicarakan perkalian ketika saya mengajar di beberapa tempat seringkali untuk audience para pengusaha yang biasanya urusan teknis detil begini sudah tidak campur, kan ada pegawai. Tapi kalau mengerti teknik ini bagaikan pegang kunci.
Pembaca dapat menguji formula ini dengan sederetan angka yang dikali dan sederetan angka pengali. Pasti hasilnya imbang kalau perkaliannya benar.
Telah puluhan tahun saya sering diundang ngajar baik di Jakarta maupun diluar daerah, di hotel-hotel atau instansi terkait dengan bidang yang karenanya saya diundang, juga mahasiswa di kampus, formula ini dibanyak kesempatan sempat saya tampilkan, kelihatannya asing bagi audience. Oleh karena itu sekalian saya tulis di blog saya ini. Agar kiranya para pembaca yang belum mengetahui formula ini mengetahuinya dari saya. Kemudian bila meneruskan “Timbangan Perkalian” ini kepada orang lain, jelas mendapat sumber dari “M. Syarif Arbi”. Kecuali ada pembaca yang dapat menjelaskan, membuktikan bahwa “Timbangan kali” ini pernah lebih dahulu dipublikasikan orang lain. Ku yakin kalaupun ada orang mempublikasikan “Timbangan Perkalian” ini lebih dahulu, bukan dari beliau formula ini kudapat.

Maaf gambar dari naskah aslinya tidak muncul ketika dipindah ke blog. Maklum belum canggih

No comments:

Post a Comment