Tuesday 31 December 2013

“MAK NGAH GENAH” MENGHEBOHKAN KERAJAAN OJO TAKON



Talenta. Orang bilang sekarang yang maksudnya potensi terpendam dari diri seseorang, dapat juga dikatakan bakat dimiliki seseorang. Bakat atau talenta tersebut bila diasah dengan latihan dan diasuh dengan pembinaan oleh pihak yang kompeten akan menghasilkan prestasi atau kesuksesan yang menakjubkan.
Tersebutlah seorang ibu setengah baya dijuluki “Mak Ngah Genah”, mendapat julukan “Ngah” karena dianya dalam urutan kakak beradik keluarga mereka anak kedua dari tiga saudara. Julukan “Mak” karena usianya tak cocok lagi bila disapa “mbak”. Sedang “Genah” nampaknya nama diri yang bersangkutan. Atau mungkin karena dianya diketahui banyak pihak dapat menyelesaikan berbagai masalah, yaitu “menggenahkan”. Atau juga lantaran informasi yang dibawanya cukup “genah” alias akurat bernilai “A1” bukan KW2.
Yang empunya kisah tak tau persis siapa kakak dan siapa adik serta asal-muasal “Mak Ngah Genah”. Namanya dikenal bahkan disegani oleh para punggawa kerajaan karena perannya dibilang tidak penting, ya penting, tapi dibilang penting tidak juga. Sebab tak punya jabatan apa-apa di kerajaan, hanya seorang pengurus “Reban”.
“Reban”  adalah rumahnya unggas, bila sangkar tempat kecil yang terbatas hanya untuk seekor atau beberapa ekor burung, sedangkan “Reban” sebuah kandang besar untuk segala macam unggas begitu luas dapat dilepas, sehingga kalau burung dilepas di “Reban”, si burung bagaikan hidup di alam bebas.
Nah, apa hubungannya “Talenta” atau “Bakat” buat seorang “Mak Ngah Genah”. Ternyata dianya sangat piawai dalam menundukkan dan menjinakkan bangsa unggas. Tepatlah Raja di kerajaan “Ojo Takon” mempercayakan “Mak Ngah Genah”  mengelola “Reban” di taman belakang istana kerajaan.
Hampir setiap pagi sebelum duduk di singgasana guna menerima haturan “sembah” para punggawa istana dan pejabat kerajaan, sang Raja menyempatkan diri untuk menghampiri “Reban”. Disitulah penyebab maka “Mak Ngah Genah”, sangat dan sangat akrab dengan sang Raja. Kehadiran Raja ke “Reban”  tanpa pengawalan dan tanpa dilingkungi protokoler, dalam suasa santai, oleh sebab itu dapat berbicara bebas. Kadang “Mak Ngah Genah” menceritakan kondisi unggas kepada sang Raja, karena di dalam “Reban” terpelihara segala macam jenis ayam, mulai dari ayam kate berbagai jenis sampai ayam hutan dan ayam sempidan. Segala macam jenis burung dari belahan kekuasaan kerajaan dan bahkan dunia, ada di dalam “Reban”. Bila sang Raja menghendaki kehadiran salah seekor unggas, “Mak Ngah Genah” mampu pula berkomunikasi dengan si unggas untuk mampir mendekat ke Raja yang hanya dibatasi oleh jejaring pengaman “Reban” (JPR bukan JPS).
Dalam kesempatan itu pula “Mak Ngah Genah” sanggup membicarakan hal-hal lain, bahkan tidak jarang masalah-masalah kepemerintahan. Kadang sang Raja sedang asyik menikmati minuman kopi jahe dan makanan ringan di lokasi sekitar reban, juga berdialog dengan orang dekat yang tak jarang membicarakan issu penting seputar kerajaan. Issu penting mengangkat dan memberhentikan punggawa kerajaan. Itu makanya “Mak Ngah Genah” adalah sumber informasi “A1” tentang apa saja mengenai banyak hal menyangkut kerajaan. Walau tidak pernah ikut turney, “Mak Ngah Genah” mengetahui perilaku para “Demung” dan “Tumenggung” di daerah-daerah kekuasaan kerajaan.
Makin tersohornya “Mak Ngah Genah” sehingga menghebohkan seluruh kerajaan “Ojo Takon”, lantaran ocehan seorang “Tumenggung” yang didaulat menilap upeti kerajaan. Pasalnya diketahui si “Tumenggung”  minilap upeti, oleh pengawas kerajaan yang mengadakan SIDAK. Teknik pengawasan di kerajaan, sudah paten sejak sebelum ayahanda Raja yang sekarang mangkat, adalah dilaksanakan secara acak di setiap “Ketumenggungan” tanpa jadwal dan tanpa memberitahukan terlebih dahulu. Instruksi mengunjungi “Ketumenggungan” dan melakukan pengawasan, langsung oleh Raja dan hampir dapat dipastikan diketahui “Mak Ngah Genah”. Setiap “Tumenggung” memasang kaki menghubungi “Mak Ngah Genah”, untuk mencari tau informasi tentang kapan “Ketumenggungannya” dapat giliran diperiksa.
Namanya lagi apes, pas informasi team pengawasan ke “Ketumenggungan KOCAR” di bawah “Tumenggung “Raden Mas KACIR”, luput dari informasi “Mak Ngah Genah”, itu sebabnya administrasi ketumenggungan Kocar belum sempat dirapikan. Dasar memang semua admnistrasi selama ini sim salabim, diatur agar rapi ketika ada pemeriksaan, sebab sidak yang mendadak itu, pengaturan belum sempat teratur dan tersingkaplah belang ketumenggungan menilap upeti. Hukum harus ditegakkan, alhasil si Tumenggung sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dihadapkan ke pengadilan. Tidak hanya Tumenggung, juga para aparat terkait di Ketumenggungan juga dimintai keterangan sebagai saksi dan bahkan ada diantaranya yang terlibat menjadi terdakwa. Dalam persidangan terbongkar bahwa selama ini ketertiban pengadministrasian upeti di Ketumenggungan Kocar, lantaran telah disiapkan terlebih dahulu sebelum datangnya auditor kerajaan, itu semua berkat informasi dari “Mak Ngah Genah”.
Begitu hebat peranan “Mak Ngah Genah”, sehingga menarik minat dari rakyat untuk tau siapa sebenarnya sosok “Mak Ngah Genah”. Nasib “Mak Ngah Genah” agaknya memang mujur, sampai berganti raja di kerajaan “Ojo Takon”, Mak Ngah Genah belum diketahui publik, walau namanya santer terdengar di dalam persidangan. Mungkin para KADI yang memimpin persidangan tidak menganggap perlu keterangan “Mak Ngah Genah”, karena memang dianya tidak ada kaitannya dengan “Tilap Menilap Upeti”, sebab kalaulah dianya juga dikirimi tanda terimakasih oleh para Tumenggung, sulit untuk ditampakkan bukti.
Demikian dongeng untuk cucuku,  dengan harapan, semoga bila cucuku besar nanti misalnya menjadi orang yang diamanahi kekuasaan untuk mengatur masyarakat, agar berhati-hati. Bahwa kadang orang dekat yang tak diduga dapat membocorkan rahasia jabatan. Karena itu kalau membicarakan sesuatu yang sifatnya rahasia, usahakan langsung kepada siapa rahasia itu harus disampaikan, supaya bila bocor dengan mudah mentrasir kepada penerima rahasia. 
Adalah pantas direnungkan nasihat pepatah berikut ini:
Pasir terhampar dipantai datar
Dapat diinjak tanpa bersandal
Penghalang bukanlah  batu besar
Krikil sering membuat terjungkal

No comments:

Post a Comment