Saturday 22 December 2012

GURATAN TANGAN DAN KORUPTOR



Ada-ada saja temanku di komunitas FB “Kotak Humor”, katanya “Guratan Tangan” atau ada yang menyebut “Retak Tangan”, semula setiap orang adalah polos, lantaran demikian hebatnya perjuangan  ketika proses kelahiran hingga terbentuklah garis-garis di tangan dan kaki seorang bayi.
Kuingat orang-orang tua dulu sering mengungkapkan bila seseorang suskes dalam hidup atau sebaliknya kurang beruntung dalam hidup, sering keluar kata-kata pasrah “mau dikata apa sudah suratan tangan”. Maksudnya bahwa nasib seseorang sudah ditentukan sejak semula yang tergambar di “Retak Tangan” bahkan puisi yang masih kuingat tentang pasrah sesorang yang kurang beruntung:
Bukan salah bunda mengandung
Buruk suratan tangan sendiri
Sudah nasib sudah untung
Hidup malang hari kehari

Rekanku komunitas FB “Kotak Humor” menceritakan bahwa ketika proses kelahiran seorang bayi mengalami shok berat. Selama kurang lebih lima bulan setelah janin menerima roh (roh mulai ada pada bayi usia kandungan 4 bulan), kehidupan calon bayi aman tenteram. Ia makan bersama ibunya, terlindung dari sengatan panas dan serangan dingin, pokoknya semuanya sudah terjamin. Tiba tiba proses kelahiran tiba, dia mengalami shok berat, berusaha meronta sebisanya, berusaha untuk memegang apa saja di sekitarnya, berusaha menendang apa saja yang mungkin ditendang. Menjelang keluar ia memegang kiri kanan atau atas bawah “jendela” keluarnya, disaat itulah tangan yang masih lunak itu tergurat membekas sampai tua, sesaat kemudian diapun menangis sekuat kuatnya dan juga kaki menendang “jendela” yang baru saja dilaluinya, mungkin maksudnya agar cepat berlalu, daan ……. tergores pula telapak kaki yang masih lembut itu. Bekas goresan itulah abadi di telapak tangan dan telapak kaki sampai akhir hayat, disebut orang dengan “Guratan Tangan” atau “Retak Tangan” atau “Suratan Tangan”.
Oleh “orang pintar” dikaitkanlah nasib keberuntungan orang dengan “Retak Tangan” itu, bahkan ada profesi yang berkembang yang mampu menafsirkan “Retak Tangan”. Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui nasib keberuntungan seseorang dimasa mendatang, sedang apa yang terjadi esok hari saja tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti. Rifer kepada berita agama, bahwa memang anak manusia sudah ditentukan nasibnya oleh sang pencipta sejak kedalam raganya dimasukkan roh dalam kandungan ibunya. Sebagai salah satu kebesaran Allah s.w.t. sebagai pencipta bahwa setiap orang diciptakan berbeda “sidik jarinya”, padahal manusia kunjung kedunia ini yang hidup saja belakangan ini sudah tujuh milyar lebih.
Sejak terlahir kedunia ini rupanya manusia sudah secara insting; jika dalam keadaan terdesak, jika dalam kondisi tertekan, jika disituasi kejiwaan yang shok. manusia akan memegang apa saja didekatnya. Contoh lain apabila seorang mengalami musibah pelayaran, misalnya kapal ditumpanginya tenggelam, sepanjang masih ada tenaga akan segera mencari apa saja disekitarnya yang dapat dipegang, walau mungkin hanya dapat memegang kaleng biscuit, atau sepotong kayu, seutas tali pokoknya apapun,  untuk upaya mengatasi kemelut tersebut.
Terkait dengan para koruptor kita, para pembaca jangan khawatir si koruptor yang tadinya sebelum jadi tersangka; kemana-kemini, kesana-kesini dalam setiap wawancara di surat kabar maupun di TV menegaskan tidak ada sangkut pautnya dengan itu proyek. Pokoknya dianya tidak terlibat korupsi, bersih. Percayalah giliran jadi tersangka dalam keadaan shok dalam keadaan lain dari keadaan semula, ia akan memegang apa saja yang ada didekatnya. Ketika masih menikmati hasil korupsi, masing-masing dengan tenang saling melindungi. Tetapi setelah keluar dari keadaan yang menyenangkan itu, keluar dari kemewahan itu, maka ia akan memegang apa saja, menendang apa saja, yang ada disekitar “jendela” keluar dari kenyamanan menikmati hasil korupsi itu. Kalau bayi setelah melewati dengan selamat “jendela” keluarnya ia akan menangis sekencang-kencangnya, memegang apa saja dan menendang apa saja disekitarnya sehingga konon membuat tergores telapak tangan dan kakinya hingga tercipta “Retak Tangan”. Maka koruptor bila dia dipaksa keluar dari “jendela” ruangan kenikmatan, kemegahan, timbunan kekayaannya itu, dia akan “menyanyi semerdu-merdunya”, sehingga akibat pegangan dan tendangannya itu maka akan terciptalah alur aliran dana korupsi itu. Akan tergambar nanti dari mana sumber aliran dana korupsi,  kemana muaranya, dari sumber ke muara,  kemana saja aliran itu sempat singgah. Selanjutnya akan diketahui siapa yang menciptakan aliran itu serta sudah ditampung dimana saja hasil aliran itu. Namun itu semua memerlukan kegigihan pihak pemeriksa aliran itu. Segalanya akan menjadi gelap gulita bila pemeriksa aliran ikut minta dialiri, atau takut melihat kalau dihulu sana ada “gendruwo” yang bisa mencelakakannya. sebaliknya akan terang benderang bila para pihak yang memeriksa tidak sama sekali ingin kecipratan dan tak takut dengan “gendruwo” jenis apapun.

No comments:

Post a Comment