Monday 31 October 2011

M.O.U. DAUN SIMPOR VS DAUN JATI

Sebelum dikenal kantong kresek, di Jawa pembungkus belanjaan ibu rumah tangga dari pasar adalah “daun jati”, sementara itu di kampung saya pembungkusnya “daun simpor”. Kedua daun ini memang layak sekali buat pembungkus, karena lebarnya yang cukup dan tidak gampang sobek. Kini banyak dipersoalkan bahasa pembungkus dari kantong kresek terbuat dari bahan plastik tidak laik lingkungan, karena limbahnya tak gampang musnah dimakan tanah, begitu enak bahasa sederhananya. Si kantong kresek bekas pakai, kalau dibuang ke tanah dia tidak segera hancur, lama kelamaan membuat lingkungan menjadi rusak. Beda dengan daun jati atau daun simpor, begitu ke tanah sebentar hancur dan bahkan menjadi pupuk.

Kenapa di kampungku tidak membungkus dengan daun jati, dan kenapa di Jawa tidak membungkus dengan daun simpor. Jawabnya adalah karena di kampungku semula tidak ada tumbuh pohon jati, sedangkan di Jawa telah lama kucari tak pernah kutemukan pohon simpor. Kini dengan pertukaran budaya yang semakin gampang, sudah juga ada pohon jati di beberapa sudut kampung, ditanam asal bibit dari pulau Jawa. Tapi juga orang tidak memakainya buat pembungkus. Alasannya: selain daun simpor begitu banyak tanpa ditanam, pohonnya rendah mengambilnya mudah, juga daun jati yang tumbuh di kampungku tak selebar di negeri leluluhurnya. Dalam pada itu sudah beberapa kali kucoba membawa bibit tanamam “Simpor” dari negeriku ke pulau Jawa, ditanam tak mau tumbuh.

Seolah-olah kedua daun ini terikat M.O.U. bahwa “sesama daun pembungkus tak boleh rebutan wilayah”. Sesungguhnya fenomena alam ini, jika kita kaji mendalam, bahwa ia terjadi bukan secara kebetulan, Allah lah yang mengatur semua ini {“Maa khalaqta hadza bathila (sesungguhnya semua ciptaan (Allah) tidak ada yang sia-sia”}, tentu semuanya dimaksudkan untuk kebutuhan manusia. Tanaman jati pohonnya setelah usia tertentu hampir semua batangnya bagus dibuat bahan bangunan sampai ke akar-akarnya sangat indah dibuat peralatan rumah tangga, disamping mudah mengerjakannya, kayu jati sangat awet, sebab tidak gampang lapuk biar didera cuaca hujan maupun panas. Sedangkan pohon “Simpor” kayunya sama sekali tidak dapat dibuat bangunan, kayunya dikeringkan hanya cocok buat kayu bakar. Tapi salah satu keadilan Allah, di tanah yang tumbuh pohon “Simpor”, banyak tumbuh segala jenis kayu yang cocok buat bangunan termasuklah kayu Besi yang terkenal tak akan lapuk ratusan tahun itu.

Inilah salah satu contoh Allah ciptakan segala neka untuk kebutuhan manusia umum, di daerah yang tak hidup subur “Kayu Jati” tumbuh “Pohon Simpor” yang daunnya sama dapat dibuat pembungkus. Kini kita masuk ke diri sendiri, bila kita renungkan agak mendalam tentang kita dilahirkan ibunda kita, begitu kita lahir Allah telah siapkan makanan kita. Tadinya ketika kita masih dalam kandungan, ibunda kita susunya tidak berair, beberapa saat bayinya lahir air susunyapun disedot si bayi mulai mengalir. Lebih jauh lagi di dalam susu ibu yang pertama kali diminumkan kepada bayi yang baru lahir terdapat zat-zat yang memberi kekebalan tubuh bagi si bayi dari kemungkinan serangan penyakit. Sebab, Air susu ibu atau ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.

ASI diproduksi karena pengaruh hormon prolactin dan oxytocin setelah kelahiran bayi. ASI pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit. Maha besar Allah atas segala ciptaan-Nya.

Mengaca kepada tamsil kedua daun tadi dan kepada ketersediaan kebutuhan hidup kita, telah dipersiapkan Allah sejak sebelum kita lahir. Maka sesungguhnyalah bahwa hidup ini sebenarnya tidak perlu saling mendengki satu sama lain sesama manusia, sudah disediakan bagian masing-masing. Giliran kita menjadi orang berjabatan, giliran kita menjadi orang berpunya, atau sebaliknya, walau telah membanting tulang dan usaha, keadaan masih juga pas-pasan, itulah rupanya bagian kita yang harus disyukuri. Rupanya kaya dan miskin adalah pilihan Allah, keduanya dalam ujian. Banyak orang lulus dengan ujian kemiskinan tetapi tidak sedikit orang yang terjeblos diuji dengan kekayaan. Tidak kurang orang yang menjadi kufur karena kemiskinan dan menjadi takabur karena ujian kekayaan dan kejayaan. Hal tersebut terjadi disebabkan kurang bersyukur atas apa yang diterima dari Allah.

Seorang pegawai kantor, merasa ia telah dan bahkan lebih berprestasi dari rekan selevelnya, ternyata nasib berkata lain, rekan selevelnya bahkan mendapat promosi dan diiringi kehidupannya menjadi lebih baik. Karena rasa dengki yang tak terpadamkan iapun memutuskan untuk mengundurkan diri. Setelah mengundurkan diri, maklum menata kehidupan baru tidaklah begitu gampang seperti yang dibayangkan. Ibarat tanaman “Pohon Simpor” tadi bibit dibawa dari Kalimantan hendak dicoba di tanam di tanah Jawa, ternyata tanahnya tidak cocok dan akhirnya tidak tumbuh. Kalaulah tanaman lain yang cocok dipindah, walaupun tumbuh mesti melalui proses layu lebih dulu. Jika kebetulan seperti bibit “Simpor”, justru mati, maka penyesalanlah yang akan timbul bagi yang memperturutkan iri dan dengki tadi. Ketahuilah bahwa dunia ini tidak dapat kita kuasai, jangankan dunia, satu lingkungan rukun tetangga saja kita tak sanggup kuasai, jangankan lingkungan RT,, kadang lingkungan keluarga saja tak dapat kita kuasai, jangankan lingkungan keluarga, dalam rumah tangga sendiri saja ada sebagian orang yang tak sanggup memegang kendalinya. Oleh karena itu kunci ketenangan adalah hindari hasyad, iri dan dengki, bersyukurlah atas apa yang kita miliki. Lainsyakartum laajidan nakum walainkafartum inna adzabi lasadid {(apabila engkau bersyukur maka akan ditambah nikmat (oleh Allah) dan bila engkau ingkari, ingat azab Allah amatlah pedih)}. Sadaqallhul Adzim.

Tulisan ini, sebagai hadiah ulang tahun ke 27 anakku dr. Akhmad Noviandi Syarif, 1 November 2011. Semoga Allah melapangkan jalanmu tengah menempuh pendidikan PPDS Bedah Plastik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

No comments:

Post a Comment