Sunday 19 June 2011

APANYA YANG SALAH DI NEGERI INI

Tuntunan dari Alqur'an dan sunah rosul cukup jelas, tabligh melalui media hampir setiap hari, masjid ada dimana mana tetapi korupsi makin meraja lela dan sdh dianggap wajar. Apa yg salah dg Republik ini ? Tulis sahabat karib ku yang kini sudah lama terpisah kota, terhubung kembali berkat face book. Mungkin beliau terbaca ke blog saya, terakhir ini ada juga sedikit mengupas berbagai soal agama diantaranya berkait dengan korupsi.

Komentar tersebut langsung kukomentari singkat di media face book: Tidak satunya kata dengan perbuatan, kadang tukang ceramah langgar ceramahnya sendiri. Tuntunan Alqur'an dan sunah cukup berhenti di "jelas", tapi tidak dilaksanakan.

Bila dikaji lebih jauh pertanyaan sabahatku itu cukup dalam, paling kurang menggambarkan bahwa:

· Sohibku ini agaknya sudah kesal melihat kenyataan di negeri ini, korupsi dari segala macam posisi dan profesi.

· Shohibku ini, rajin mengikuti tabligh sekurangnya melalui media, sering mendatangi majelis da’wah di masjid, Alhamdulilah rupanya sudah sangat jelas tuntunan Alqur’an dan sunah rosul.

· Tapi beliau kesal, apa yang dituntunkan Al-qur’an dan sunah rosul sama sekali tidak mengubah perilaku korupsi di negeri ini bahkan makin meraja lela.

Dulu kalau orang dapat proyek, sebagai ucapan terimakasih ke yang kasih job, sekedarnya menganggarkan prosentase tertentu. Selesai proyek disampaikan sekedarnya, berupa buah tangan. Sekarang, konon kalau ada proyek, yang punya proyek punya badan usaha atas nama orang lain, langsung ambil alih mengerjakan proyek tersebut. Selanjutnya perusahaan lainnya lagi (yang bukan orang dalam) mengerjakan proyek tersebut. Betul pakai tender tapi pemenang tender perusahaan orang dalam semua. Wah luar biasa, jadi perusahaan (bukan orang dalam) kebagian kerja dan sekedar dapat kuahnya atau remah-remahnya. Sementara isinya sudah dimiliki orang dalam. Belum lagi mark up biaya, karena semuanya sudah diatur sendiri, tender pasti beres. Yang penting prosedur tidak salah.

Jawaban singkatku di face book dapat diberikan referensi mengacu pada Al-Qur’an dan hadist sebagai berikut:

Rasulullan pernah berucap bahwa, Al Qur’an akan ditarik kembali oleh Allah.

Dari Huzaifah bin al-Yaman Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; "Islam akan lenyap seperti hapusnya (warna pakaian yang telah usang), sehingga (sampai suatu masa nanti) orang tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan puasa, apa yang dimaksudkan dengan shalat, apa yang dimaksudkan dengan nusuk (ibadah), dan apa yang dimaksudkan dengan sedekah. Al-Qur'an akan hilang semuanya pada suatu malam saja, maka tidak ada yang tertinggal dipermukaan bumi ini darinya walau pun hanya satu ayat.

Maksud hadist ini bukan berarti “buku Al-Qur’an” itu akan lenyap, “kitab Al-Quran” itu terbang ke langit, tetapi makna yang dikandung Al-Qur’an, sebagai tuntunan hidup manusia itu sudah tidak lagi dijalankan. Al-Qur’an dikaji dibaca dengan merdu dan bahkan diperlombakan pelantunannya. Tetapi ajaran yang dikandung di dalamnya dilangkahi.

Sebenarnya ayat-ayat Al Qur’an itu harusnya dijadikan pedoman hidup sehari-hari oleh orang beriman, mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Diantaranya Allah mencela orang yang beriman tidak satunya kata dengan perbuatan, yang ku jawabkan singkat buat sohibku di face book itu, melalui surat Shaff ayat 2 dan 3 kita kutip di bawah ini :

Ya ayuhal lazina amanu lima taquluna ma la taf ‘alun (a)

Shaff 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?

Dalam ayat ini Allah mengingatkan kepada orang beriman, siapa saja dia asal ia mempredikatkan dirinya sebagai orang beriman, apalagi kini ia menduduki jabatan yang dapat menentukan, hendaklah bila ia sudah mengatakan maka harus mengerjakan. Kalau dia menganjurkan orang sholat maka ia sendiri harus sholat. Jika ia mencanangkan “tidak pada korupsi” benar benar dilaksanakan, yaitu mencegah korupsi, memberantas korupsi, bukannya bila melihat korupsi cukup mengatakan “tidak”. Korupsi jika cuma dikatakan “tidak”, tetap saja tidak hilang. Ibaratnya “koruptor” itu bagaikan “Tikus”, manakala si tikus lewat lantas kita sama-sama berteriak: “Tidaaaak”, ya tikus tetap saja lewat dan mungkin lama-lama dengan tenang si tikus berlalu lalang, karena sudah terbiasa. Yang benar adalah bila ada korupsi “tindak” nampaknya kurang “n”.

Kabura maqtan ‘indallahi an taqulu ma la taf ‘alun (a)

Shaff 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Selanjutnya ancam Allah bahwa bagi orang beriman yang mengatakan sesuatu yang ia tidak kerjakan, atau bahasa sekarang tidak satunya kata dengan perbuatan, Amatlah besar kebencian Allah. Ingatlah Saudaraku bila Allah sudah benci, kata lain murka, maka sudahlah semuanya kehidupan kita di dunia ini tidak menemukan kemudahan, tidak akan menemukan kebahagian, bencana akan timbul dimana-mana. Pokoknya serba salahlah langkah yang diambil. Keberkahan sudah tidak akan ada lagi. Bukankah kita tau bahwa bangsa kita ini termakmur dari negeri manapun. Lautnya banyak ikan, minyak dan mutiara. Buminya subur dan banyak tambang. Iklimnya tidak pernah ekstrim dingin dan ekstrim panas. Pokoknya tidak ada bandingannya di seluruh dunia. Tapi apa yang terjadi, anak bangsa menjadi kuli dinegeri orang, kadang diperlakukan tidak manusiawi. Maha benar Allah dengan pesannya di dalam Al Qur’an surat Al A’raf 96:

Walau anna ahlal Quraa amanu wattaqau lafatahnaa alaihim barakatin minas samaa iwal ardhi, walaqin kadzabu fa ahadnahum bima kanuu yaksibun.

Al-Araff 96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Jadi sobatku, di negeri kita ini orang berimannya tidak bertaqwa, Taqwa hanya sekedar syarat untuk menjadi seseorang pemegang amanah. Bukankah sebelum menjabat di negeri ini diambil sumpah sesuai agama masing-masing. Tetapi sumpah ditinggal di ruangan tempat sumpah dilaksanakan. Kata kuncinya apa yang diucapkan tidak dilaksanakan atau “TIDAK SATUNYA KATA DENGAN PERBUATAN”. Pantaslah siksa Allah ditimpakan di negeri ini, dengan tercabutnya keberkahan. Meskipun subur makmur, kesuburan dan kemakmuran itu tidak dapat dimanfaatkan anak bangsa ini sendiri.



No comments:

Post a Comment