Thursday, 27 February 2025

KE LANGIT

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.301.04.02-2025 Fir’aun, dulu beranggapan bahwa Tuhan nabi Musa adanya di langit, sehingga tersurat dalam Al-Qur’an di surat Al-Qashash ayat 38. Fir’aun memerintahkan pejabat kepercayaannya; “HAMAN” untuk membangunkan “tangga ke langit” untuk melihat Tuhan nabi Musa. وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰۤـاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْ ۚ فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْۤ اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰى ۙ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّهٗ مِنَ الْـكٰذِبِيْنَ "Dan Fir'aun berkata, Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarkanlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta." Berarti sudah lama konotasi manusia, alam ghaib tempat Tuhan dan para malaikat itu adanya di LANGIT, setidaknya diperadaban Mesir se Zaman dengan Fir’aun. Sesuatu terlihat melengkung biru di atas kepala kita, itulah sejak kecil juga kita kenal sebagai “langit”, dimana siang terdapat matahari, malam bergayut bulan dan bertabur bintang-bintang. Belakangan banyak kalangan, sesuatu yang tampak melengkung biru diatas kita sudah tidak lagi diartikan dengan “langit”, tapi sudah banyak diartikan sebagai cakrawala batas pandangan mata. Semakin jelas pengertian cakrawala bila berada di tepi pantai, terlihat diujung sana batas pandangan mata. Namun arti langit sebagai alam ghaib tetap saja, masih sampai sekarang, sebagai contoh sering kita mendengar ucapan “bagaimana ketentuan yang di atas”, maksudnya “yang dilangit”, ucapan itu bermaksud Tuhan berada di langit. Dengan semakin jauhnya perjalanan manusia melalui penemuan2, penelitian2 bahwa; Matahari, bulan dan bintang serta benda yang semula dipahami sebagai benda langit, terletak di langit, kini dipahami sebagai benda2 angkasa. Lalu; langit jadinya kita pahami sebagai alam ghaib. Dengan demikian jika mau naik ke langit secara hakikat mau melihat alam ghaib, atau berwisata ke alam ghaib, tak mungkin dibuatkan tangga seperti angan2nya Fir’aun. Tangganya ke alam ghaib adalah ROH DAN JASMANI kita sendiri (sebagai tempat anak tangga terpasang). Melalui permisalan sebagai “tangga”, bila tangga ke langit terbuat dari bambu atau kayu, maka ada dua balok atau dua bambu sebagai tempat anak tangga disusun. Salah satu balok atau bambu tempat tangga disusun itu adalah ROH dan yang lainnya adalah JASMANI. Roh berfungsi menghidupkan, menumbuhkan dan mengembang biakkan. Sedangkan Jasmani berasal dari tanah berfungsi sebagai wadah bersarangnya ROH. Di Jasmani terpasangnya Panca indra berupa; mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Pada ROH tersimpanlah Akal dan Qalbu. Keterbatasan ruang tulis; artikel ini baru memuat “Akal sebagai anak tangga ke langit”, dengan fungsi akal: Fungsi akal PERTAMA; Mengingat. Kemampuan ini dipunyai semua makhluk yang berjiwa termasuk hewan. Dengan mengingat; burung merpati, ayam, itik, sapi, kambing, kembali ke kandang. Manusia diberi daya ingat melebihi hewan. Dengan daya ingat inilah seorang anak kecil berangsur memahami lingkungannya dan memiliki kecerdasan, merupakan cikal bakal mengenal Tuhan, memaklumi bahwa yang ghaib itu ada. Langit sebagai alam ghaib itu ada dan benar adanya. Fungsi akal KEDUA; Berfikir. Untuk memilih, memutuskan apa yang harus dilakukan, harus diambil dalam hidup ini. Anak-anak fikirannya belum jalan. Dikisahkan Nabi Musa lebih memilih "bara api" ketimbang "sesuatu benda bermanfaat yang tidak membahayakan" tatkala diuji Fir'aun, menguji keberakalan bocah Musa. Dengan berfikir manusia sadar dari mana dia datang dan kemana kesudahannya hidup ini, oleh karenanya menyiapkan diri akan kematian. Hidup sesudah mati adalah alam ghaib sama ghaibnya keberadaan kita sebelum lahir. Hanya tercerna dengan anak tangga berfikir, cabang dari akal. Fungsi akal KETIGA; Mencari sebab akibat. Melalui cabang akal, “sebab-akibat” manusia dapat percaya akan adanya pencipta. Teknik yang paling dasar guru agama di SR kita dulu memasukkan ke akal kita bahwa "tak mungkin ada kotoran cecak di lantai dalam ruang kelas kita ini, kalau tak pernah ada cecak yang masuk kelas ini". Kata guru agama. Bumi ini tak mungkin ada bila tak ada yg menciptakan. Fungsi akal KEEMPAT; Mengkhayal. Imajinasi dimiliki oleh anak manusia sejak dini, perhatikan anak yang baru lancar ngomong, dia sudah dapat merajut cita-cita kalau dia besar nanti. Meskipun cita-citanya sangat sederhana sesuai perkembangan akalnya. Dalam hal ini Allah telah memberi informasi kepada manusia: menginformasikan bahwa manusia diberikan akal berangsur-angsur melalui 3 tahap y.i.: Pendengaran, Penglihatan barulah Hati Nurani, (kecerdasan akal untuk berfikir). وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur." (QS. 16 = An-Nahl ayat 78) Akal saja tak mampu naik ke langit, bila tidak menggunakan anak tangga berikutnya y.i. iman, wilayah Qalbu, kita akan masukkan di tulisan berikutnya. Anak tangga ke langit yang ke dua "QALBU". Semoga kita semua, para pembaca, diberikan Allah kemampuan untuk menggunakan Akal sebagai anak tangga menuju mendekatkan diri kepada Allah. Begitu banyak peringatan Allah buat kita semua “apakah kamu tidak menggunakan fikiran (akal) = أَفَلَا تَعْقِلُون" والله عالم بشواب اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَب وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ (Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan). .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 28 Sya’ban 1446 27 Februari 2025.

No comments:

Post a Comment