Friday 15 September 2017

KETANAH SUCI ERA DIGITAL



Tahun 1991 pertama kali ku ketanah suci Makkah. ketika itu menjadi jamaah haji belum harus antri seperti sekarang, begitu siap dana dan sehat dapat berangkat.Teknologi komunikasi belum secanggih kini. Jika kangen ke keluarga di tanah air, pergi ke kantor telkomnya Saudi, beli koin. Masukkan koin ke telepon yang tersedia, begitu mengucapkan salam, koinpun masuk ke dalam peralatan telepon dengan cepat dan banyak. Beda dengan sekarang, setiap saat jamaah haji dapat kontak ke keluarga di tanah air.
Rupanya, perlakuan masjid di tanah suci belakangan ini nampaknya juga sudah berubah. Sebelum era digital seseorang tak diperkenankan masuk masjid membawa kamera, membawa HP. Soal kamera, ketika itu, kadang bukan hanya di masjid, malah mulai masuk melalui Imigrasi, ada petugas bandara Saudi yang begitu gemas terhadap kamera. Kamera diminta, selanjutnya dibukanya tempat filmnya kemudian rol film dikeluarkan dan dimasukkan ke tempat sampah, baru kamera dikembalikan ke pemilik. Sedangkan HP seingatku sepuluhan sampai lima tahunan lalu masih dilarang masuk masjid Nabawi dan Majidil Haram. Belakangan tahun 2012-2013 kulihat masalah jamaah membawa HP masuk masjid sudah tidak dipersoalkan lagi.  Kebetulan ketika Ramadhan, di masjidil haram kulihat begitu banyaknya jamaah pengguna kitab Al-Qur’an sehingga di tempat-tempat rak Al-Qur’an dibeberapa ruang di masjid habis dipinjam jamaah. Banyak juga kuliat jamaah yang membaca Al-Qur’an dari aplikasi pada alat elektronik yang ada di tangannya termasuk HP.
MENYOAL  ATM
Sekarang ini, ATM sudah dapat dipergunakan di Mekkah dan Madinah, banyak tersedia Anjungan Tunai Mandiri itu di berbagai tempat yang mudah di jangkau. Ada sedikit mungkin baik untuk diinformasikan kepada jamaah Perihal ATM ini. Waktu itu kami pulang dari Makkah tahun 2007  bersama anggota keluarga termasuk Ibunda Istri saya. Sementara menunggu saat yang tepat masuk bandara di Jeddah, kami mampir di pertokoaan besar di Jeddah “Al-Balad”. Ketika melihat di etalase sebuah toko HP, saya tertarik dengan model suatu HP. Sayapun menawar HP tersebut, setelah harga sepakat, maka saya keluarkan pecahan Real tersesisa dalam dompet dan juga pecahan USD agar si punya toko menggabung kedua mata uang itu untuk harga HP tersebut. Pemilik toko Tanya “Punya ATM”?, tanpa pikir spontan saya keluarkan ATM  suatu bank dari dompet saya. Dengan cekatan ATM tersebut disambar dari tangan saya, pemilik toko masuk keruangan di tokonya itu. Tentu saja kami berdua tertegun, kaget, dengan perlakuan yang tak biasa bila di negeri kita. Saking kagetnya juga berseru “eee tunggu duluuu”, tapi yang bersangkutan tanpa menghiraukan seruan kami langsung masuk ruangan di tokonya itu. Keluar dari ruangan pemilik toko sudah membawa kotak HP yang saya inginkan dan mengembalikan ATM saya berikut struk pembayaran. Sementara Ibundanya istri saya terpisah dari kami rupanya beliau tertarik melihat toko-toko lain dalam Mall tersebut. Lama kami baru ketemu lagi untuk konsolidasi rombongan guna naik bis menuju bandara untuk pulang ke tanah air. Yang mengherankan kami adalah bahwa untuk transaksi tersebut, kami tidak dimintai pemilik toko untuk menanda tangani sesuatu, tidak pula dimintanya untuk memasukkan PIN sebagaimana kalau kita bertransaksi di bank di tanah air. Setelah sampai di Jakarta, saya ke bank untuk mengecek saldo, ternyata rekening saya dikurangi benar, hanya sebesar transaksi HP tersebut dalam konversi Real. Saya lapor ke petugas bank, karena ada kehawatiran saya, kalau begitu bila ATM itu tercecer ditemukan orang lain, maka pemegang ATM dapat saja belanja dengan ATM itu, sebab tanpa harus menyertakan PIN, tanda tangan dan pengecekan identitas.
Demikian informasi yang kami alami, tapi mungkin yang kami alami ini tidak universal sebab orang lain punya pengaman sendiri. Semoga ada manfaatnya untuk berhati-hati  menyimpan kartu ATM anda.

No comments:

Post a Comment