Saturday 2 September 2017

PENYEMBELIH hewan kurban



Tahun 1437 H.  yang lalu pas acara pemotongan hewan kurban di halaman sekolah komplek masjid di dekat kediaman kami, setelah selesai menunaikan tugasnya menyembelih tiga ekor Sapi, langsung Penyembelih pamit pulang. Ketika selesai shalat zuhur diumumkan bahwa penyembelih Sapi korban tadi telah meninggal dunia.   Demikian yang namanya maut tak kenal waktu tak kenal sedang berkegiatan apa.
Tahun 1438 H tahun ini, salah seorang tim penyembelih, ketika mempersiapkan SOP penyembelihan Sapi yang kedua, terpeleset jatuh kebelakang, tertelentang. Pasalnya, setelah menyembelih sapi yang pertama, darahnya tidak seluruhnya masuk ke lobang tersedia yang disalurkan ke got. Simbahan darah yang masih berlepotan di lantai semen dekat lobang penyembelihan, disiram air dan dibersihkan dangan sapu dan keringkan dengan pendorong genangan air. Sebenarnya sudah diyakini semua darah dan air pengguyur darah sudah kering. Rupanya lantai betonan itu masih licin, begitu salah seorang anggota tim penyembelih itu menarik tali mengikat kaki sapi, sedikit saja sapi menggeliat, si anggota tim itupun jatuh terlentang. Untungnya tidak berakibat vatal.
Setiap melihat pemotongan Sapi dalam rangka korban, kusaksikan betapa repotnya menumbangkan Sapi, agar si Sapi terbaring dengan bagian tubuh sebelah kiri terletak di atas tanah. Untuk itu dipergunakan tali mengikat kaki depan dan kaki belakang Sapi, selanjutnya ditarik secara bersamaan beberapa orang tim penyembelih untuk merobohkan Sapi. Kadang ada Sapi yang meronta, mengindar kakinya diikat tali. Timbul pikiranku apa ndak punya teknik lain, mengangkat Sapi kemudian memutar badannya sesuai keperluan yaitu bagian tubuh kirinya menghadap tanah, selanjutnya secara perlahan sapi diturunkan.
Jadinya aku terlintas ingat akan perbandingan teknik penyembelihan sesuai syariat Islam dan penyembelihan Sapi dengan penyembelihan cara Barat. Kusimak penjelasan di suatu siaran TV pas hari raya Idul Adha tahun ini. Di informasikan bahwa telah dilakukan penelitian Universitas terkemuka di Jerman “Hannover University”, Prof.  Dr. Schultz dan koleganya Dr Hazim. ternyata dari hasil Penelitian itu bahwa teknik penyembelihan berdasarkan syariat Islam adalah lebih “tidak menyengsarakan hewan yang dipotong” juga “lebih menjamin kesehatan daging hewan tersebut untuk dikonsumsi manusia”. Untuk mendukung penelitian itu digunakan populasi sekelompok Sapi yang layak potong. Sapi-sapi tersebut dipasang semacam alat untuk memantau rasa sakit dan merekam aktivitas jantung saat darah keluar. Sapi objek penilitian dibiarkan melekat dua alat pantau tersebut ditubuhnya selama berminggu-minggu sebelum disembelih, guna memperkecil kesalahan penelitian.
Perbandingan antara penyembelihan syariat Islam dan Barat sebagai berikut:
Pertama. Penyembelihan secara Islam, pada 3 detik pertama setelah hewan disembelih, hewan tidak merasakan sakit, karena menggunakan pisau yang sangat tajam dan cepat. Penyembelihan cara Barat, Sapi terlebih dahulu dipingsankan (stunning), begitu disembelih darah hewan tidak keluar sebanyak kalau disembelih secara Islam.
Kedua. Penyembelihan secara Islam 3 detik berikutnya otak kecil hewan merekam sangat mirip dengan kejadian tidur nyenyak, sehingga hewan benar-benar sudah kehilangan kesadarannya. Pada saat itu jantung meningkat aktivitasnya. Pada teknik Barat dengan pemingsanan tekanan rasa sakit hewan begitu kuat karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsang.
Ketiga. Penyembelihan secara Islam, setelah enam detik pertama, jantung hewan beraktivitas luar biasa untuk menarik sebanyak mungkin darah dari anggota tubuh memompanya keluar. Sementara si hewan tersembelih tidak merasakan sama sekali kesakitan. Sedangkan dengan cara Barat yaitu dengan pemingsanan, alat yang dipasang pada jantung mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti mendadak lebih awal, akibatnya jantung kehilangan kemampuannya menarik darah dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompa keluar darah dari seluruh tubuh hewan.
Keempat. Penyembelihan secara Islam,  kerena darah terpompa oleh jantung secara maksimal dari tubuh hewan, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi manusia. Sedangkan penyembelihan cara Barat dengan teknik pemingsanan, seperti disebutkan di alasan ke tiga, bahwa jantung terhenti mendadak lebih awal dan darah tidak maksimal terkeluarkan dari tubuh hewan dengan demikian daging hewan menjadi unhealthy meat (daging yang tidak sehat).
Lebih jauh dijelaskan atas dasar Penelitian Prof. Schultz dan Dr Hazim ini, bahwa hewan yang meronta-ronta setelah disembelih bukan ekspresi rasa sakit tetapi merupakan “Keterkejutan otot saraf” ketika darah mengalir deras. Pembuktian ini dilakukan bukan atas dasar dugaan atau apa yang dilihat tetapi atas dasar rekaman dari alat yang dipasang pada otak dan jantung hewan tersebut.
Maha suci Allah, bahwa belum tentu apa yang kita lihat itu benar, tetapi Allah memberikan petunjuk kepada kita, DIA lebih mengetahui. Petunjuk penyembelihan oleh Rasulullah Muhammad s.a.w. yang notabine belum mengenai ilmu jantung dan ilmu otak yang merekam rasa sakit. Tentulah ini atas panduan dari Allah swt yang menciptakan alam ini.
Demikian, informasi Idul Adha tahun 1438 H. semoga semakin mantab iman kita kepada ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad. Karena semakin maju peradaban manusia semakin tinggi ilmu pengetahuan manusia maka manusia semakin dapat membuktikan keberanan syariat Islam.
Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syathan. Mohon maaf oleh karenanya.
Wallahu ‘alam bishawab.



No comments:

Post a Comment