Friday 15 September 2017

Perlakuan pe-ROKOK terhadap ROKOK



Seseorang tidak begitu saja langsung menjadi perokok, lain dengan makan dan minnum, seorang anak manusia dengan sendirinya perlu akan makan, perlu akan minum, sehingga tanpa belajar langsung berhajad akan makan dan minum, dengan demikian tau dengan sendirinya bagaimana cara makan dan minum.
Merokok harus mulai dari belajar. Belajar berarti perlu media yang mengajari, yaitu lingkungan, pergaulan, termasuk orang tua sendiri. Calon perokok mula-mula belajar dengan mencoba-coba, sehisap dua hisap, dapat berupa numpang rokok teman. Ada juga si yang beruntung tidak lanjut menjadi perokok, karena begitu mencoba lantas batuk, atau pening kepala, atau mual. Dianya yang beruntung ini tidak mau melanjutkan belajar merokok, karena menganggap bahkan membuktikan dirinya tak sesuai dengan rokok itu. Lain lagi dengan yang berlanjut manjadi perokok, mulai merasakan kenikmatan merokok itu, walau semula sedikit akan ada perasaan ndak enak, tapi setelah dipelajari terus terasa ada kinikmatan didalamnya. Sumula merokok secara sembunyi-sembunyi karena untuk membeli rokok perlu anggaran tersendiri, padahal diri belum punya penghasilan, masih menggunakan uang saku dari ORTU. Setelah mampu beli sendiri dengan uang hasil kerja sendiri, kadang orang ini tumbuh jadi perokok berat, sampai suatu saat “harus berhenti” lantaran sesuatu sebab, antara lain kesehatan.
Sebagai seorang yang pernah mengalami, sungguh sulit untuk berhenti, pernah berhenti dalam kurun waktu lebih lima tahun, kemudian kambuh lagi ya lantaran pergaulan dengan para perokok, sering ditawari. Mula-mula menolak, lama-lama ambil untuk dicium, lama-lama mulai membakar hisap sedikit, lantas matikan, lama-lama kambuh lagi. dan kini diusia senja betul-betul telah berhenti, walau tidak berani sesumbar pasti tak kambuh lagi. Sambil berdo’a semoga Allah beri kemampuan untuk tidak kambuh lagi.
Faktor  lingkungan,  pengaruh ORTU perokok sangat dominan. Sebuah penelitian dalam Journal of Adolescent Health menemukan bahwa remaja yang orang tuanya perokok punya kemungkinan dua kali lebih besar untuk mulai merokok di usia 13 tahun. Dalam penelitian ini, tim ahli dari University of Washington di Amerika Serikat mencatat  perkembangan lebih dari 800 remaja sejak mereka berusia 13 tahun sampai mereka berusia 21 tahun.
Penelitian lain dalam American Journal of Public Health juga menggaungkan hasil serupa. Menurut penelitian ini, nyaris 40% remaja yang orang tuanya perokok juga sudah merokok atau paling tidak pernah mencoba rokok pada usia rata-rata 13 tahun.
Lebih lanjut, dalam penelitian oleh Columbia University Medical Center bekerja sama dengan New York State Psychiatric Institute ini disebutkan bahwa mereka yang orang tuanya merokok berpeluang tiga kali lebih besar untuk mencoba paling tidak sebatang rokok di usia remaja. Sedangkan kalau orang tuanya perokok berat, remaja punya peluang dua kali lebih besar untuk mulai merokok tiap hari.
Menurut salah satu peneliti dari tim ahli di University of Washington yaitu Karl Hill, Ph.D., anak akan meniru kebiasaan orang tua merokok, meskipun Anda mungkin sudah mengingatkan mereka berkali-kali untuk tidak merokok sampai usianya mencapai 18 tahun ke atas. Apalagi kalau selama ini Anda sering melibatkan anak dalam kebiasaan Anda, misalnya minta tolong anak ambilkan rokok di tas atau menyalakan api rokok Anda.
Barusan ketika ku jalan-jalan pagi, tiga orang anak kelihatannya setingkat es em pe, pakai seragam, sedang merokok di bawah pohon. Kuhampiri mereka sempat kutanya dimana sekolahnya, mereka tak ragu menjawab. Terlintas difikiran ingin ku photo dalam keadaan mereka merokok. Tapi niat ini kuurungkan, kalau nanti ku muat melengkapi tulisan ini, nanti sekolahnya ndak terima atau ybs. pun bisa saja tak setuju. lantas jadi masalah termasuk kejahatan electronic?
Kita tengok perilaku perokok terhadap rokok adalah:
PERTAMA DICIUM, boleh dikata ungkapan sayang terhadap rokok, karena itu dicium, walau sebenarnya mencium adalah refleksi untuk menikmati aroma yang dikandung rokok, utamanya kretek. Bagi perokok professional dengan mencium dia tau rokok baru atau rokok sudah lama.
KEDUA  DIBAKAR, ternyata setelah disayang rokok disiksa dengan dibakar. Walau sebenarnya maksud membakar ini agar dengan begitu si rokok dapat dinikmati.
KETIGA DIHISAP, ini wujud dari lambang sayang kepada rokok, sebab tak semua jenis barang dihisap seperti rokok, walau gunanya tentu untuk mengeluarkan asap dari hasil pembakaran bahan-bahan rokok. Pengisapan ini sekaligus lambang kekejaman, sudah dibakar dihisap pula sampai akhirnya si rokok menyusut sampai ke puntung.
KEEMPAT DIPENYET ATAU BAHKAN DIINJAK. Itu suatu bentuk habis manis sepah dibuang. Setelah isinya dinikamti, puntungnya di buang dan cara membuangnya begitu gemas, ada yang menekannya dia atas asbak sampai penyet shingga bentuknya jadi rusak/ hancur. Adalagi kita liat para perokok di jalan, setelah rukoknya jadi puntung,  puntungnya di jatuhkan ke tanah dan diinjak dengan kaki dan kakinya di geser-geser dengan gemasnya untuk ditumpas.
Jadi begitulah PERILAKU PEROKOK TERHADAP ROKOK, “disayang, disiksa, dihisap dan akhirnya ditumpas”

No comments:

Post a Comment