Suatu pepatah
melayu yang tak begitu popular lagi saat ini. Hanya dikenal oleh para penutur
bahasa melayu kampungku di masa silam. Kalau ku pulang kampung, ketika ku
berbahasa dengan istilah-istilah lima puluhan tahun lalu, banyak pemuda yang
tak mengerti lagi maksudnya. Rupanya istilah kami doeloe sudah tidak begitu
dipopulerkan lagi dan juga, karena penduduk kampungku kini sudah demikian
heterogen dengan penutur sekian banyak bahasa daerah, lantaran penduduk asli populasinya
kini sudah kalah besar dengan pendatang.
Ngabu suluh arti
sebenarnya adalah Abu suluh. Doeloe ketika kampung kami belum ada listrik,
setiap rumah menyediakan suluh dibalik pintu-pintu keluar rumah baik pintu
depan, pintu belakang, asalkan pintu tersebut langsung berhubungan dengan
halaman rumah. Suluh tersebut terbuat dari daun kelapa kering yang jatuh
sendiri karena tua. Daun-daun kelapa tersebut diikat menjadi satu dengan bagian
daun kelapa itu sendiri sehingga berbentuk bulat panjang. Suluh disandarkan
dibalik pintu, bila ingan keluar rumah digelapan malam suluh ujungnya dibakar.
Bakaran suluh membuat nyala api untuk suluh menerangi perjalanan. Kalau tidak
diterpa angin, kadang suluh yang terbakar tidak menyala tapi membara, untuk dia
menyala suluh digoyang ke kiri dan kekanan, sehingga dia menyala dan abunyapun
berguguran. Abunya banyak sekali kecil-kecil jatuh ketanah sepanjang jalan. Abu
kadang berguguran dengan dikuti Api yang langsung padam dan ahirnya hilang
tenggelam digelepan malam.
Adapun Mantik
tak berabuk. Mantik adalah media untuk menyalakan Api, biasanya menggunakan
batu kecil dengan batu kecil yang diadu. Hasil aduan batu, untuk menghasilkan
nyala Api harus ada media lagi disebut Rabuk yaitu kumpulan dedaunan kering,
atau apa saja, misalnya Jerami kering, sabut kering untuk Api kecil yang
dihasilkan batu dapat menyala menyambar Rabuk kering itu.
Sehingga pepatah
ini “NGABU SULUH MANTIK NDAK BERABUK”. arti sebenarnya adalah ABU berterbangan
hilang begitu saja seperti abu suluh dan menyalakan api tapi tak menyiapkan Rabuk.
Arti kiasannya adalah untuk orang yang ngomong tapi tidak sesuai kenyataan,
ngomong basar tapi tak akan dapat dipegang janjinya ndak ada realitasnya. Jadi
bila seorang yang datang bernegosiasi mengadakan transaksi atau apa saja tapi
omongannya demikian muluknya, biasanya hanya “Ngabu Suluh Mantik Ndak Berabuk”.
Perlu kayaknya
khasanah bahasa dan kekayaan budaya kita ini dikenang dan diingat kembali,
supaya taulah kita bahwa bangsa ini besar dalam berbagai hal termasuk kekayaaan
bahasa.
No comments:
Post a Comment