Wednesday 21 September 2016

INGIN KAYA SECARA INSTAN???



Masa kecilku boleh dikatakan banyak sekali dongeng mengelilingi kehidupan kami, maklum kota yang belum diterangi lampu penerangan di jalan. Rumah-rumah masih pakai pelita, keluar malam pakai suluh daun kelapa. Begitu malam tiba, suasana mulai hening, bunyi binatang malam yang kecil sekalipun terdengar nyaring, termasuk cacing tanah suaranya melengking menghiasi kesunyian malam.
Kadang dikebeningan malam, sering terdengar sayup-sayup dari kejauhan suara sekelompok orang menabuh gendang. Diyakini tidak satu kampungpun disekitar kediaman kami, sedang ada upacara benambuh gendang. Karena gendang ditabuh dengan istilah setempat disebut “BEGEDANG”, hanya apabila ada pesta perkawinan. Beberapa malam di rumah bahagia, tempat “pengantin baru” tergantung permintaan sahibul hajat, dapat semalam, atau dua malam, tigamalam upacara “Begedang”. Itulah sebabnya jika tak ada mantenan yakin tidak ada gendang ditabuh dimalam hari, kalaupun ada adalah group gendang mengadakan latihan, tapi hal itu akan terpantau; group mana yang latihan, maklum kota kami begitu kecil waktu itu, bahkan ada ungkapan “Sendok jatuh saja, orang tau”.
Tetua kami menjawab, bahwa suara gendang itu bersumber dari kampung orang “Bunian” juga bahasa setempat disebut “Orang Kebenaran” dan ada juga yang menyebutnya “Orang Limunan” .  Orang Bunian adalah sebangsa mahluk seperti manusia, mereka bermasyarakat berpemerintahan dan berkehidupan serta berbudaya seperti manusia, tetapi tidak kasat mata. Kampungnya diyakini bertambiran dengan kota kami, doelo orang tua-tua menyebutnya kawasan kampung orang Bunian itu namanya“SENTAP”. Belakangan ini daerah Sentap sudah banyak bangunan manusia biasa, entah kemana sekarang orang Bunian bermukim.
Masyarakat Bunian ini, disebut “Orang Kebanaran”, karena mereka jujur sangat jujur, maka julukannya “benar” orang-orangnya disebut orang kebenaran. Konon, ada orang yang pernah diterima masuk ke kampung orang Bunian, pulangnya dibekali “sepeti’ kunyit”, (sepeti’ = satu rimpang atau satu buah kunyit utuh). Apa yang terjadi?  Setelah sampai dirumah, kunyit pemberian orang Bunian tersebut ternyata berubah wujut menjadi “Emas” sebesar “Septi’ Kunyit”. Tentu saja berita ini menyebar keseluruh kampung dan menjadi cerita “dongeng” turun temurun.
Sejak selesai shalat Subuh, dua orang “pemancing hoby dihari llibur” yang berkampung di ujung bagian hilir sungai Pawan, meluncur mendayung sampannya menuju tempat pemancingan ke SENTAP.  Tempat pemancingan itu diketahui banyak ikan, karena cukup jauh dan sepi serta ada lokasi yang airnya tenang disukai sekawanan ikan berkumpul banyak. Cukup lama mengayuh perahu menuju lokasi karena menantang arus, giliran pulangnya lebih cepat karena ikut arus.
Ketika mataharipun sudah mulai condong ke barat, mereka berdua sepakat untuk pulang, perolehanpun sudah lumayan. Baru saja sampan dilepaskan talinya dari tambatan, tampak diujung tanjung duhulu sungai sebuah sampan yang nantinya akan ikut milir dan pasti akan melintasi sampan kedua pemancing. “Baik kita tunggu saja” kata salah seorang dan disetujui keduanya. Lumayan nanti ada kompoy untuk milir fikir mereka. Setelah sampan agak mendekat, si pemancing menyapa dan berbasa basi sekedearknya kepada pengayuh sampan yang sampannya menghampiri mereka. Dalam dialog mereka;  singkat cerita, diketahui bahwa di dalam sampan kecil yang hampir sama dengan sampan kedua pemancing, termuat di bagian tengah perahu setumpuk kunyit yang ditutupi dengan “Kajang”.
Pikiran kedua pemancing, langsung merifer pada dongen tentang kunyit orang Bunian yang kalau didunia nyata akan menjadi Emas. Kalau semua kunyit ini diborong, jumlahnya lumanyan puluhan kilogram emas akan diperoleh, tentu mereka berdua akan menjadi kaya mendadak atau “KAYA SECARA INTAN”.
Al hasil negosiasipun terjadi, kebetulan kedua pemancing itu ada juga membawa uang tetapi tidak cukup untuk meng-cover harga yang diminta oleh pembawa kunyit. Akhirnya disepakati kunyit dibayar dengan sebagian duit dan sebagian di barter dengan arloji (jam tangan) kedua pemancing. Kunyitpun berpindah ke perahu pemancing. Semantara sampan kunyit, sudah tidak melanjutkan perjalanan milir, memilih mendayung sampannya mudik.
Kedua pemancing mendayung sampannya milir, semakin jauh setelah ditoleh kebelang, ex sampan pembawa kunyit itu hilang dibalik tanjung. Mulai lah kedua pemancing berdialog.  Apa kah ini benar-benar kunyit dijual orang biasa atau kunyit yang dibawa orang Bunian. Perdebatan kecilpun terjadi. Yang satunya berpendapat itu orang Bunian, karena kalau dia orang biasa yang berjualan kunyit, tentu dia akan ikut milir bersama kita dan akan belanja dipasar, membalanjakan uang hasil penjualan kunyitnya untuk keperluan keluarga mereka, seperti gula, garam dan lain-lain. Tapi kerena dia orang Bunian, maka dia ndak perlu belanja di pasar kita, di kampung mereka juga ada pasar seperti pasar kita. Pemancing yang satunya memilih menerima argument rekannya, tapi hatinya tetap cemburu/curiga sehingga setelah sampan mereka melintas kampung pertama yang mereka lalui dihilir sungai, dia mulai mengintip kunyit yang diselimuti “Kajang”, bahkan diraba. ternyata ya masih tetap kunyit. Begitulah seterusnya, beberapa menit hal sama dilakukan, kebetulan dianya mendayung diburitan sampan, punya kesempatan melihat isi muatan, sesekali diraba sesekali dibuka dengan ujung dayung.  Sampailah mereka berdua sebelum magrib di pangkalan kapung ujung sungai Pawan.
Benar juga, itu kunyit setumpuk di Palka perahu, tetap saja menjadi kunyit, belum ada tanda meng –EMAS. Diputuskan untuk dibagi dua begitu juga hasil pancing. Masih ada seberkas harapan, kalau-kalau kunyit itu di simpan dirumah, esok hari berubah menjadi Emas. Esok pun tiba ternyata kunyit yang dibayar dengan dua jam tangan dan sejumlah uang tersebut betul-betul hanya layak buat bumbu masak atau jamu. Tapi begitu banyak, makanya akhirnya kunyit dibagikan juga buat tetangga.
Begitulah kadang banyak orang yang lupa ingin “Kaya secara Instan” tanpa proses. Sering kita dengar juga di media, ada orang tertipu dengan dukun yang sanggup menggandakan uang. Padahal kalau uang digandakan “bagaimana dengan nomor serinya”.  Banyak lagi cerita-serita penipuan yang berkedok mistis untuk membuat kaya secara instan. Herannya masih saja ada orang yang mau ditipu. Ini bentuk penipuan untuk kaya instan konvensional, sementara ada lagi penipuan untuk kaya instan secara lebih “ilmiah/madern” yang dikenal dengan “Investasi Bodong”.
Perlu ditegaskan bahwa perihal ingin kaya instan melalui kunyit ini, bukan model bentuk penipuan, sebab penjual kunyit tidak ada menjanjikan akan menjadi Emas, hanya saja kedua pemancing tersebut teropsesi dengan dogeng orang Bunian.
Sekali lagi, seperti saya awali tulisan ini, mengutip istilah Dongeng, maka cerita itupun bukanlah suatu data yang dapat diuji kebenarannya secara ilmiah, mari pembaca kembalikan sebagai dongeng lagi.

No comments:

Post a Comment