Saturday 17 September 2016

Marketing DURIAN dan KAMBING Kurban



Lahan kosong disepanjang jalan didepan kediaman keluarga kami, beberapa bulan sesudah Idul Adha, biasanya datang serombongan orang diantaranya ada berpakaian seragam pemerintah daerah DKI. Mereka agaknya mengukur panjang jalan dan lebar tanah kosong itu. Beberapa minggu kemudian datang lagi serombongan yang mirip, dengan yang datang pertama, kali ini membawa bibit sekaligus menata dan menanami tanah kosong itu. Tidak lama sesudah itu kembang-kembang ditaman kota itu bersemi dengan indahnya. Jika kebetulan keberadaan taman kota itu melalui musim panas, setiap subuh datang tangki air menyemprot tanaman taman agar tetap segar. Demikian besar AGAKNYA biaya yang dialokasikan untuk penanaman dan perawatan taman setiap tahun.
Sayangnya itu taman yang tertata dan terawat, umurnya tak sampai setahun. Beberapa bulan setelah Idul Adha taman mulai ditanami dan sekitar 20 harian sebelum Idul Adha, mulai lagi orang memasang tenda diatas taman, untuk memajang Kambing dan Sapi bakal hewan kurban. Itu taman tentu saja akan musnah, diinjak dan dilalap Sapi dan Kambing.
Jangan dikira tak ada larangan mendirikan bangunan dalam bentuk apapun di atas taman, bahkan ketika tenda-tenda dibangun, spanduk larangan itupun masih terpasang, lengkap menyebutkan PERDA yang mengaturnya. Tapi kenyataannya ketika SATPOL PP datang, pengguna lapak Kambing/Sapi yang baru di bangun, terlibat dialog yang sayup-sayup kudengar dari rumah “Nanti bila sudah idul adha langsung bangunan kami bongkar dan tanaman dirapikan lagi”. Kenyataannya idul adha-pun berlalu, taman yang tadinya tanahnya gembur, sudah memadat terinjak Sapi/Kambing, sedangkan tanamannya berupa aneka kembang entah kemana.
Peristiwa ini berlangsung setiap tahun, betapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk membangun dan merawat taman kota ini, mungkin, sekali lagi mungkin, kalau dikalkulasi keuntungan seluruh pedagang Sapi/Kambing disepanjang taman yang rusak, jauh lebih besar biaya pengadaan taman ketibang keuntungan mereka. Biaya pembangunan taman dan perawatan adalah biaya pemerintah yang nota bine adalah uang yang berasal dari rakyat.
Marketing kambing dengan marketing Durian dikota Pointianak, ternyata ada sisi persamaannya. Pemasaran pertama; kedua komoditas ini sama-sama digelar dijalan yang ramai dialui orang. Kata penjual, kalau penjual dikumpulkan di suatu tempat tertentu, dimana bukan lokasi lalu lalang orang, dikhawatirkan dagangan mereka tidak laku.
Persamaan kedua; marketing kambing kurban dan marketing Durian sama-sama berpicu dengan waktu. Seorang pedagang Kambing kurban tahun ini menceritakan bahwa sehari sebelum hari “H”  dianya sudah mulai menjual kambing tersisa dengan harga hanya sedikit untung, bahkan menjelang sore hari tanggal sembilan Dzulhijjah sudah mulai dijual dengan harga pokok. Kalau masih ada tersisa sampai malam, apaboleh buat dijual di bawah modal. Penyebabnya adalah; Abang pedagang Kambing Korban yang satu ini rupanya menerima Kambing dari peternak Kambing dengan “Putus” artinya bukan secara konsinyasi, dianya membayar cash sejumlah kambing dengan harga sesuai kesepakatan.  Dengan Teknik ini, Kambing yang tidak laku tak dapat dikembalikan, tak mungkin pula untuk diternakkan, seperti di maklumi hidup di Jakarta tak punya lahan.
Marketing Durian di Pontianak:
Model marketing Kambing ini ada persamaannya dengan pedagang Durian di kota Pontianak. Adalah perangai Durian local Pontianak, tidak tahan disimpan lama. Pada umumnya Durian di kota Kahtulistiwa itu digelar sebagai buah dagangan masak dipuun, mateng di pohon. Durian jatuh alami ketanah dipungut, dikumpulkan dan dibawa untuk dipasarkan. Tidak heran kalau citarasanya demikian enaaaak, karena bukan Durian mateng dikarbit atau diperam. Konsekwensinya adalah si Duren tidak bertahan lama, si Duren beberapa waktu tertentu akan merekah. Bila sudah merekah maka cita rasa Durian menjadi sama sekali tidak enak, asam dan getir.
Menyikapi perangai Durian Pontianak ini, maka  pedagang Durian yang menggelar dagangannya, harus sering menghitung uang perolehan penjualannya. Kadang terlihat sepuluh atau 15 menit sekali si pedang menyusun duit dalam kotak hasil penjualan. Uang disusun dan terus menerus dijumlah. Ketika Durian masih Fresh Durian dapat dijual dengan harga maksimal. Uang dihitung terus-menerus, disusun dalam bendel yang rapi, sebendel sejuta, misalnya. Sementara si pedagang harus tetap mengingat sudah berapa juta yang diperoleh. Dalam pada itu terus-menerus memperhatikan berapa sisa buah Durian yang tergelar. Jika modal sudah kembali, termasuk segala ongkos, maka sisa buah yang ada adalah keuntungannya. Buah tersisa ini jika ada pembeli, sudah sangat negotiable. Kadang dapat dibeli dengan harga borongan, apalagi malam sudah mulai larut, pengunjung mungkin akan menuju sepi. Dari pada ditunggu sampai esok hari ada harapan buah Durian sudah mulai merekah, lebih baik dijual segera walau di bawah harga modal, karena itulah untungnya.
Tak jarang ketika kami masih di Pontianak, sekitar pukul 10 malam turun ke lapak Durian dengan mobil. Ketika si abang penjual Durian di tanya “Berapa sebiji” abangnya menjawab, “Pileh ja’ dulu bang, nanti baru kite taksir”. Kamipun menumpukkan Durian yang bagus-bagus menurut kami, hingga puluhan butir. Si abang menetapkan harga setumpuk Durian tersebut. Harga yang ditetapkan kadang sudah murah, tapi dasar pembeli tradisional kalau tak menawar rasanya tak afdal. ternyata setelah ditawarpun, Durian setumpuk yang ketika dimuat dalam bagasi mobil hampir penuh itu, dapat dibayar dengan harga yang tak seberapa. Si abang sudah menikmati keuntungan sedangkan kita sekeluarga menikmati Durian dengan sepuasnya sekeluarga dan handai tolan yang kita ajak menikmati malam, Durian di Pontianak.  
Marketing Kambing hewan Kurban di depan kediaman kami di Jakarta, rupanya mempunyai persamaan dengan Penjual Durian di Pontianak. Hanya saja kalau penjual Kambing kurban di jalan di depan alamat kami di Jakarta merusak taman. Sedangkan penjual Durian di Pontianak, ketika kami di Pontianak belum merusak taman, hanya saja sampahnya lumayan banyak, agaknya merepotkan kebersihan kota.

No comments:

Post a Comment