Saturday 5 April 2014

SALAH KETIK




Naluri manusia, ingin mempermudah menyelesaikan pekerjaan, berlangsung terus dari jaman ke jaman. Dulu ketika PC belum ditemukan, penggandaan dokumen dilakukan dengan stensil, dari mulai pakai gosok sampai pakai rol.
Tahun 1985 aku pernah dimutasi ke suatu daerah, ditempatkan sebagai Kabag. Umum Personil. Demikian banyak pos anggaran Biaya Kantor (BK) dan Biaya Personil (BP). Untuk memudahkan pekerjaan sudah sejak lama sebelum kehadiranku di cabang tersebut untuk laporan bulanan telah disusun pos-pos BK dan BP dengan menggunakan stensilan, tinggal memasukkan angka realisasi pada kolom yang tersedia dengan mesin ketik, maklum PC baru dikenal 5 tahun kemudian.
Pada awal kubertugas di cabang baru itu, laporan yang dibuat oleh TU (seorang Ibu) yang sudah lama kerja, hampir pensiun, setelah kuteliti sebentar, langsung ku tanda tangani. Setelah itu kuminta blanko setiap laporan yang dibuat masing-masing selembar, blanko itu kubawa pulang guna dibaca kembali di rumah.
Ternyata aku dikagetkan bahwa selama ini di cabang tempat ku baru bertugas itu ada “Biaya SAPI”. Di cabang sebelumnya aku belum pernah di bagian umum personil. Bagian yang pernah adalah: Kas, Ekspor, Impor dan Valuta asing. Tentu saja biaya ini harus kupertanyakan, apakah cabang ini ikut membiayai perternakan.
Keesokan harinya kupanggil Ibu yang mengelola laporan Biaya Personil terjadilah dialog.
Kubertanya:  “Ibu!  apa di bagian kita ini ada pegawai yang berternak Sapi?”
Dijawab oleh pegawai TU: “Mungkin saja ada Pak, di daerah ini banyak lahan pertanian, mungkin saja diantara pegawai,  anak petani yang berternak sapi. Tapi tepatnya saya ndak tau”.
Kulanjutkan pertanyaan: “Apa kita ikut membiayai peternakan sapi”
Ibu pegawai TU menjawab: “Ndak ada pak, masak bagian personil memberikan biaya usaha peternakan, yang ada kali kalau bagian kredit”
Dialog kulanjutkan: “Baik kalau begitu, cari informasi siapa diantara kita yang berternak Sapi”.
Dengan sigap Ibu peg. TU menjawab: “Ya pak nanti saya tanya-tanya”.
Dialog hari itu terhenti sampai disitu, kebetulan teleponku di meja kerjaku berdering, rupanya dipanggil Bos ke ruangannya. Ada seorang tamu penting di kamar kerja Bos terlihat dari pakaiannya. Tamu ini membicarakan kerja sama soal dana, Bos minta didampingi dalam negosiasi dan follow up kerja sama itu nanti.
Keesokan harinya giliran Ibu ini ke meja kerja saya.
Ibu Peg. TU melapor: “Rupanya ndak ada pak yang berternak Sapi, kalaupun ada hanya Kambing”.
Tentu langsung kutanggapi: “Baik kalau begitu ndak apa-apa, tolong ambil lagi arsip laporan Biaya Personil kita”.
Ibu itupun bergegas mengambil, cepat sekali langsung menuju ordner dan mengambil beberapa bulan laporan kemudian membawa ke meja kerja saya.
-         Coba ibu buka halaman kedua laporan Ibu tentang BP!, kuminta kepada Ibu Peg. TU
Si Ibu langsung membukanya, tanpa ekspresi ragu-ragu. Sementara aku diam sebentar sambil menanda tangani beberapa dokumen.
-         Sudah Pak ! kata si Ibu
-         Lihat baris ke empat, sela  ku, kalau begitu tolong baca, biaya apa itu.
-         Biaya lembur pak, jawab si Ibu
-         Coba baca sekali lagi, pintaku
-         Biaya lembur pak, jawab Ibu itu semakin tegas
-         Coba baca yang cermat, kalau perlu di eja, pintaku
Ibu itu terdiam, kemudian menahan ketawa sampai keluar air mata, bukan menangis sedih, melainkan keheranan atau lucu, entah apa sebab ternyata tercetak dalam stensilan selama ini sudah bertahun-tahun, biaya LEMBU (kurang huruf “R”). Aku juga ndak tahan menahan ketawaku sambil kukatakan bahwa LEMBU kan sama dengan SAPI. Rupanya selama ini cabang kita ini mengeluarkan Biaya Personil untuk membiayai SAPI

No comments:

Post a Comment