Wednesday 18 September 2013

NEKATNYA PELAKU KRIMINAL DKI


Sudah begitu laparnyakah pelaku kriminal di Jakarta, itu pertanyaan yang terpikir oleh banyak orang mendengar dan bahkan mungkin menyaksikan kebrutalan pelaku kriminal di DKI Jakarta.
Siang bolong dengan tenangnya selagi penduduk sibuk di tempat pekerjaaan masing-masing, ada yang nekat membongkar pagar taman, untuk mengambil besinya. Mobil tetangga diparkir di depan rumah, dicopot kaca spionnya  kiri dan kanan, padahal rumah dilengkapi CCTV.  Terekam memang wajah pelaku, tapi itu tetangga malas memprosesnya, sebab kata si tetangga “process cost akan lebih tinggi dari sepasang spion mobil”. “Tidak ekonomis” katanya melanjutkan.
Benar juga jika dikaji secara ekonomis dari waktu yang terbuang dan tenaga yang harus diperuntukkan. Tapi jika kajian dialihkan untuk memberantas kejahatan, tentu tidak demikian harusnya berpikir.
Apa boleh buat keadaan sekarang ini membuat kebanyakan kita hanya memakai ukuran ekonomis, ukuran untung rugi. Akibatnya sudah masa bodoh dengan upaya perbaikan moral bangsa.
Bukan tak pernah kejadian ditengah kemacetan lalu lintas, pelaku kriminal menghampiri mobil yang sedang terperangkap macet, dengan tenangnya si kriminals mencopot kaca spion mobil, sementara pemilik mobil dan pengemudinya tak sanggup berbuat apa-apa. Misalnya turun dari kendaraan, ngeri melihat peralatan yang dibawa pelaku, hanya berani kalau punya kekebalan kulit dari senjata tajam bahkan senjata api.
Sebetulnya fenomena apa gerangan ini, apakah sudah semakin sulitnya mencari makan dengan jalan yang halal/legal, karena rakyat termiskinkan oleh negaranya. Atau sudah semakin banyaknya penghuni Jakarta, diiringi MENADIRnya  iman.  Juga apakah karena sudah semakin tidak pedulinya orang terhadap perbaikan moral bangsa, keamanan masyarakat. Sehingga masing-masing orang hanya berkepentingan mengamankan dirinya sendiri, mengamankan rumah tangganya sendiri.
Sudah lama kondisi ini, untuk minta bantuan pihak berwajib adalah agak sulit kecuali bila kebetulan ada yang lagi berpatroli, sebab memang sudah sekian lama rasio antara petugas keamanan dengan penduduk sudah tidak pas. Ditambah lagi pelaku kejahatan kian hari kian meningkat.
Mungkinkah itu karena bangsa ini sudah sampai pada azab Allah seperti diberi perumpamaan di dalam Al Qur’an surat An-Nahl 112. “Allah membuat perumpamaan suatu negeri yang aman tentram rezeki berlimpah dari segala penjuru datang.  Namun penduduknya ingkar akan nikmat  Allah. Maka Allah merasakan kepada penduduk negeri itu kelaparan dan rasa ketakutan  sebagai pakaian, disebabkan kejahatan yang mereka lakukan”.
Memang negeri ini makmur tiada banding tiada tanding diseluruh dunia, hasil laut berlimpah, tanahnya subur siap ditandur apa saja. Perut bumi penuh tambang berguna buat manusia. Cuacanya tidak pernah terlalu ekstrim seperti kebanyakan negara lain.  Tetapi ummat penghuninya bagaikan ayam di lumbung padi mati kelaparan.
Dua keadaan tersebut yang diazabkan Allah ke bangsa ini yaitu kelaparan dan ketakutan. Karena kelaparan banyak hal terjadi antara lain semakin nekatnya pelaku kriminal seperti disebutkan diatas. Dampaknya rasa ketakutan menjadi pakaian setiap anak negeri terutama yang bermukim di kota besar seperti Jakarta ini. Rumah-rumah terpaksa harus berpagar tinggi dan selalu terkunci, itupun belum tentu aman walau dipasang  pula CC TV.
Pantas seorang sopir bis antar propinsi, ketika dilihatnya seorang penumpang komat kamit ber do’a beberapa saat masuk Tol dalam kota Jakarta, lantas si sopir memberi info kepada si penumpang: “Kalau mau berdo’a tadi sebelum masuk Jakarta” “kenapa bang” ujar penumpang. “Do’a di Jakarta sudah tidak manjur lagi”, jawab si sopir enteng. Penumpang mengejar alasannya lebih lanjut, tapi sopir tidak memberi jawaban, mungkin pembaca dapat menjawabnya.

No comments:

Post a Comment