Friday 12 April 2013

NYESAL

Seorang tukang bangunan, mulai berkarier sejak umur 16 tahunan setamat dari SMP di kampungnya, merantau ke Jakarta mengadu nasib masuk sebagai pekerja kasar membangun rumah.  Tidak heran dari proffessi yang digelutinya sudah 48 tahun itu, kini ia telah tumbuh menjadi kepala tukang professional. Ilmu pertukangan yang digelutinya secara otodidak, boleh berlatih dan mencontoh itu, berkat ketekunnya ia menjadi seorang tukang yang sangat piawai. Ia bisa berperan sebagai tukang batu, menyusun dinding bangunan, iapun sanggup menjadi pengatur formula adukan semen/pasir/koral untuk buat cor-coran, pas sekali memplaster dinding,  tepat buat melepoh susunan bata, juga ahli pasang lantai dari mulai kramik sampai mar-mer. Dia juga sangat cekatan menjadi tukang kayu, membuat kusen segala model pintu dan jendela, aneka model rancangan  profil. Tidak itu saja, diapun mahir menjalankan  stang las menyambung besi, mendisain  model pagar dari model minimalis sampai berkelas. Itulah sebabnya pak Slamet ini disayang sangat oleh Bosnya pelaksanan  bangunan pemborong pekerjaan pembagunan di banyak gedung di kawasan Jakarta, baik bangunan swasta, maupun bangunan pemerintah, mulai dari gedung kantor sampai rumah tinggal para pembesar negeri ini.  30 tahun terakhir ini pak Slamet dipercaya oleh perusahaan tempat ia bekerja, sebagai mandor,  setelah tujuh tahun menjadi kepala tukang.
Diusianya yang ke  64 (enam puluh empat) tahun sekarang ini timbul pikiran baru dari pak Slamet, ingin menghabiskan masa tua pulang ke kampung halamannya, kumpul keluarga. Karena selama ini beberapa bulan sekali ia pulang kampung menjenguk istri dan anak, sambil mengasi nafkah isteri dan anak. Kini sudah punya belasan cucu, sukurang-kurangnya anak-anak pak Slamet lumanyan menamatkan pendidikan agak tinggi dari dirinya, satu dan lain hasil dia membanting tulang memeras keringat mulai dari jadi kuli bangunan, jadi kepala tukang dan kini jadi mandor. Walau sangat sederhana, siapa ndak kenal pak Slamet di kampungnya punya rumah lumayan besar berdiri di lahan yang cukup luas. Punya pula sumber pengasilan lain bertaman fanili dan beberapa bidang sawah.
Niat yang sudah bulat dan sudah dirembugkan dengan istri anak dan mantu itu, disampaikan kepada Bosnya. Berita ini mengagetkan si Bos, sebab Pak Slamet  orang andalannya, dia berperan dan pemberi  andil kemajuan usaha si Bos. Perusahaan bangunannya selalu unggul dalam berbagai tender, tidak kecil peranan pak Slamet dalam membuat perhitungan yang tepat. Setelah menjadi pemenang tender, melaksanakan pembangunan hampir tidak pernah mendapatkan klaim. Terjadi dialog yang cukup seru tetapi haru antara anak buah dan majikan, akhirnya apa boleh buat bagaimanapun akrabnya hubungan kerja mesti disudahi dengan berpisah, dalam dunia pekerjaan formal disebut pensiun.
Terdapat beberapa kesimpulan dari hasil dialog itu adalah:
  1. Bahwa pesrusahaan akan memberikan pesangon, sesuai hitungan yang berlaku dalam ketentuan perusahaan dan undang-undang perburuhan.
  2. Bos perusahaan mengajukan permintaan terakhir kepada pak Slamet, minta semacam kenang-kenangan. Si Bos minta dibangunkan sebuah rumah di atas tanah lebar 12 meter panjang  panjang 25 meter berlokasi di Jakarta pusat. Bos katakan, “karena ini bangunan kenang-kenangan, tolong pak Slamet disain sendiri modelnya, bahan bangunan tolong rencanakan dan belanja sendiri, tukang yang diperlukan berapa banyak dan biaya yang diperlukan seluruhnya atas tanggungan  pribadi saya”.
  3. Uang pesangon akan dibayarkan perusahaan setelah rumah selesai dibangun tersebut  point 2 selesai.
Empat bulan kemudian rumahpun selesai dibangun, al hasil ketika kunci diserahkan kepada si Bos, Bos menerima kunci itu, kemudian dikembalikan kepada pak Slamet dengan ucapan: “Ini rumah saya hadiahkan kepada engkau, atas jasa-jasamu selama ini membesarkan usaha saya. Rumah ini silahkan engkau tempati jika engkau ke Jakarta”. Selanjutnya Bos  sengaja mengundang beberapa staff perusahaan di ruang rapat, menyerahkan sejumlah uang sebagai pesangon seperti yang dijanjikan.
  1. Betapa bahagia dan haru pak Slamet menerima hadiah itu, tetapi timbul penyelesalan dalam dirinya yaitu: Bangunan itu dikerjakan asal-asalan, sebab mengejar target segera selesai karena agar lekas menerima pesangon.
  2. Bahan bangunan yang digunakan juga bukan kelas 1, sebab tidak ada pesanan utuk itu, walau semuanya diserahkan wewenang untuk menentukan bahan bangunan kepada dirinya. Jalan pikirannya adalah agar tidak terlalu banyak bos mengeluarkan dana, dipilihkan bahan-bahan kelas dua, disamping itu mudah mengerjakannya.
  3. Sedikit terselip kurang ihlas dalam melaksanakan pembangunan tersebut, sebab sudah merasa ingin resign tapi masih saja digandoli dengan syarat.
Begitulah agaknya kita hidup di dunia fana ini, kita diperintah Allah untuk membangun kediaman yang sebaik-baiknya di akhirat nanti. Walaupun sudah banyak mendengar dan mengetahui dari ajaran agama bahwa ibadah/amal kita di dunia ini akan kita dapatkan diakhirat kelak, kadang kita beramal asalan-asalan, beramal tidak ikhlas dan banyak beramal hanya mengejar taget untuk mengggugurkan kewajiban.

No comments:

Post a Comment