Friday 29 March 2013

NGIDAM

Seluruh nusantara paham, ngidam adalah keinginan seorang wanita yang sedang hamil muda. Biasanya keinginan itu lazimnya berupa kepengin makan sesuatu yang biasanya dalam keadaan normal tidak merupakan kebiasaan. Tapi tidak jarang keinginan bukan saja makanan, tetapi ingin melakukan sesuatu, sebelum ngidam tidak pernah dilakukan.
Menurut kata orang tua-tua bahwa kalau keinginan ibu muda sedang ngidam tidak dipenuhi, anak yang dilahirkan nanti akan ngiler, atau akan berulah kurang menyenangkan. Konon keinginan calon ibu itu adalah keinginan si bayi yang sedang dikandungnya. Konon lagi “Wanita yang mengandung anak perempuan lebih sering ngidam makanan yang manis-manis termasuk  coklat, sementara jika mengandung anak laki-laki maka lebih sering ngidam makanan asin.
Berangkat dari anggapan inilah, maka di dalam keluarga yang normal si suami berupaya memenuhi kekepenginan si isteri, tidak pandang waktu dan kadang tidak milih cara. Tengah malam si isteri tiba-tiba pengin makan “cucur”, tidak boleh tidak harus ada. Suami sudah katakan bahwa kemana cari kue cucur tengah malam gini. Pusat jajan pasar Senen kan baru digelar secepatnya pukul tiga dinihari. Si isteri tetap mendesak, akhirnya sambil mengucek-ngucek mata si suami berangkat juga, walau akhirnya pukul empatan subuh baru pulang membawa kue cucur. Takut ntar anaknya ngileran, ngantuk-ngantuk berangkat juga yang penting jangan ribut ama bini. Adapun tidak memilih cara, misalnya suatu malam si isteri tiba-tiba kepengin pepaya muda milik tetangga. Tentu tidak etis membangunkan tetangga hanya ingin memetik sebuah pepaya muda tengah malam gitu, terpaksa si suami memanjat pepaya tetangga sekedar mengambil sebuah buat memenuhi keinginan sang isteri. Besok pagi baru datang ke rumah tetangga menceritakan bahwa tadi malam ambil pepaya  tetangga tersebut. Anehnya tetangga dengan senang hati memperkenankan hal itu, sebab tau si isteri tetangganya itu sedang hamil muda dan lagi ngidam. Itulah kearifan lokal kita.
Gejala apa ini sebenarnya, sepertinya belum ada pakar yang dapat memberikan jawaban secara tuntas dengan dalil yang meyakinkan. Masyarakat modern tentu saja berusaha menjawab ini dengan alasan logis, medis  dan mungkin juga dengan pendekatan kejiwaan. Kelompok religi tentu mencari tau fenomena ini dari dalil agama.
Bahasan dari sudut medis yang pernah kubaca mereferensikan bahwa proses ngidam diakui secara kedokteran sebagai reaksi dari awal kehamilan. Hanya saja, untuk sementara ini belum ada kesimpulan yang bisa dijadikan acuan untuk memahami hakekat ngidam.
Dalam pada itu untuk menyingkap tabir Ngidam dari sudut agama, kalaupun akan kucoba tentu atas acuan agamaku yaitu agama Islam. Untuk itu referensinya hanya ada dua yaitu Al-Qur’an dan hadits rasulllah Muhammad s.a.w.  Acuan al-Qur’an  dan hadits tentang ngidam harus kita cermati dari ayat-ayat dan hadits yang mengabarkan tentang terciptanya manusia dalam kandungan ibu. Cukup lengkap referensi, informasi dari Allah tentang penciptaan manusia, sejak manusia pertama, tidak kurang juga tentang manusia berikutnya seperti kita sekarang ini. Dari sekian banyak referensi tersebut diantaranya yang paling runtut adalah di dalam surat Al Hajj dan Al Mu’minun
Al Hajj 5










dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
Al Mu’minun 12-15


12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.


13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.


15. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Dari informasi ayat-ayat di atas secara garis besar dikabarkan asal kejadian manusia. Sejak kapan dalam proses itu mendapat tambahan roh sehingga menjadi mahluk hidup.
Rasulullah Muhammad S.A.W. berkata: Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 (empat puluh) hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. (Perawi : Abdullah bin Mas’ud, kitab : Mu’jam Asy-Syuyukh, jilid 2, hal 764, derajat hadits : Shahih)
Tahap penciptaan manusia setelah terjadi pertemuan sperma dan ovum sampai ditiupkannya ruh adalah sebagai berikut :
1. Proses sperma menjadi segumpal darah, 40 hari.
2. Proses segumpal darah menjadi segumpal daging, 40 hari.
3. Proses segumpal daging menjadi tubuh yang lengkap, 40 hari.

Pada hari yang ke-120 ruh ditiupkan dan Allah S.W.T. mengutus Malaikat untuk mencatatkan rejeki, waktu kematian, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. Catatan 4 perkara ini sengaja dirahasiakan agar manusia tetap berusaha menjadi yang terbaik. Manusia tahu akan takdirnya setelah suatu peristiwa telah terjadi. Ketetapan ini bukan berarti Allah SWT menzhalimi hamba-Nya jika ia celaka. Manusia tidak berhak menyalahkan Allah SWT atas ketetapan-Nya, karena Allah S.W.T sangat sayang terhadap hamba-Nya (QS. 6 : 12) dengan memberikan Al-Qur’an sebagai buku panduan, hidayah, akal, hati, panca indera, dan sarana lainnya yang terbaik yang dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul-Nya, mengabulkan setiap permohonan (QS. 14 : 34) dan diberi hak untuk memilih perubahan dirinya (QS. 13 : 11).
Dari Hudzaifah bin Usaid r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda, Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat bertanya, Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?` Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudian dia bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya?` Lalu Rabb-mu menetapkan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, `Ya Rabbi, bagaimana rezekinya?` Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang diperintahkan itu.
Hadits ini menjelaskan diutusnya malaikat dan dibuatnya bentuk bagi nutfah setelah berusia enam minggu, bukan setelah berusia 120 hari sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa peniupan ruh itu dilakukan pada usia janin 42 hari berdasarkan hadits ini.
Namun sebagian ulama lainnya mengkompromikan kedua hadits tersebut dengan mengatakan bahwa malaikat itu diutus beberapa kali, pertama pada waktu nutfah berusia empat puluh hari, dan kali lain pada waktu berusia empat puluh kedua (80 hari)  kali ke tiga 40 hari ketiga (120 hari)  untuk meniupkan ruh. Secara nalar bila disebutkan bahwa ruh ditiupkan, maka wajar bila janin itu kemudian bisa merespon suara. Akan tetapi apakah respon itu hanya akan terjadi manakala ruh sudah ditiupkan, tentu perlu diselidiki lebih lanjut. Sebab respon itu ada yang berasal dari makhluk bernyawa, tetapi ada juga dari makhluk yang belum bernyawa.
Kembali ke soal “ngidam”, apakah terkait dengan pembawaan calon bayi mulai 42 hari, yaitu setelah diciptakan bentuk si calon bayi. Bayi lelaki lain permintaannya dengan bayi perempuan, seperti terungkap “konon” di awal tulisan saya, bayi lelaki ibu yang mengandung berselera makanan yang asin bayi perempuan ibunya berselera makan manis-manis.  Ataukah perasaan ibu ngidam terpengaruh oleh perubahan bentuk dalam proses semenjak datangnya Malaikat yang pertama kali, datang yang kedua dan datang yang ketiga. Wallahu a’lam bishshawab.
Kata ngidam ini, sering juga dipergunakan dalam pengertian keinginan kuat atau yang digandrungi. Misalnya pria idaman artinya pria yang sangat digandrungi oleh wanita, begitu juga wanita idaman artinya hampir semua pria suka terhadap wanita dengan kriteria tersebut. Lain lagi bila masuk dalam  arti cita-cita, sering disebutkan dalam kalimat yang “diidam-idamkan”. Bangsa ini sebelum kemerdekaan mengidam-idamkan masyarakat yang adil makmur aman sejahtera, sampai sekarang idaman tersebut belumlah tercapai seluruhnya.
Begitu juga mungkin lahirnya seorang pemimpin, apakah pemimpin partai atau bangsa, pembawaan si pemimpin mungkin banyak ditentukan ketika peroses ngidamnya, yaitu proses sebelum dianya terlahir jadi pemimpin, proses kampanye proses pemilu. Kalau ia  dalam proses sebelum lahir jadi pemimpin dia suka ngidam bermewah-mewah, suka bagi-bagi duit, alamat si pemimpin nanti kalau jadi, akan korupsi, sekurangnya untuk nutup ongkos.
wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh




No comments:

Post a Comment