Thursday 21 March 2013

Renungan Jum’at: TIMBANGAN AKHIRAT


Kitab Suci, kadang sulit diterjemahkan pada zamannya, dia adalah informasi dari Allah pencipta jagad raya ini yang maha mengetahui sebelum sekarang dan nanti. Di zaman diturunkan Al-Qur’an mungkin banyak orang yang tidak percaya terutama orang yang lemah imannya bahwa ada sebuah catatan yang dapat ngomong, ada catatan yang bukan hanya dapat ngomong tapi dapat pula menghadirkan kembali suatu peristiwa yang lalu, seperti yang  Allah informasikan kepada kita di dalam surat Al-Jatsiah ayat 29 (45:29)



(Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." 
Bahwa jika ayat ini dibahas sekitar se abad yang lalu, belumlah tercapai akal manusia pada saat itu, karena di masa se abad silam, belum ditemukan perangkat arsip seperti sekarang ini, yang kini dikenal dengan flashdisk. Dengan benda lebih kecil dari ukuran dua jari itu dapat disimpan data demikian banyak. Dapat di rekam peristiwa pernikahan misalnya; yang berdurasi empat lima jam. Apalagi flashdisk milik Allah (kitab catatan Allah) tentu dapat merekam kejadian kita sejak dalam kandungan ibu, keluar  dari perut ibu, menjadi anak-anak, dewasa, berumah tangga, menjadi rakyat biasa, menjadi pejabat negara, pensiun, sampai diantar keliang kubur.
Itulah salah satu kebenaran al-Quran yang turun 14 abad lalu sudah mengisahkan bahwa:
Ada suatu kitab yang mencatat semua apa yang kita amalkan secara lengkap, bukan saja secara naratif (tulisan) tetapi juga secara visual, vidio dan bertutur.
Kitab itu bukan saja hanya mencatat, tetapi dapat bertutur tentang apa yang kita lakukan termasuk apa yang kita buat di Jum’at ini , baik selaku khatib sedang berkhutbah dan saudara sebagai jamaah yang secara tekun menyimak uraian khutbah atau ada  mendengarkan dengan terangguk-angguk lantaran ngantuk.
Selanjutnya di dalam renungan singkat ini saya ajak Bapak dan Saudara menghubungkan ayat 29 surat al Jatsiah itu dengan surat al-Qariah (surat berkisah tentang kiamat)  ayat 6 sampai dengan 9, untuk menyimak berita dari Allah tentang masa yang akan datang.

6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,

7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.

8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,

9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah

Di ayat di atas Allah memberikan informasi bahwa di pengadilan akhirat nanti,  catatan amal kita dibuka dan catatan itu dapat menceritakan; bertutur akan semua amal kita, amal baik dan amal buruk tidak satupun terlewatkan dan lengkap dapat divisualisasikan, sehingga tak mungkin untuk membantah dan tak mungkin untuk meminta bantuan pembela para pengacara, yang di Indonesia kini lagi banyak job lantaran banyak para koruptor memerlukan jasa mereka. Sebab sebagai saksi adalah seluruh anggota tubuh kita yang selama di dunia tidak diberi Allah kemampuan bicara di akhirat jadi dapat berkata-kata.
Di dalam surat “kiamat” ayat 6 sampai dengan 9 yang baru kita simak, Allah memberitahukan bahwa akan diadakan timbangan tentang kebaikan kita. Disini dititik beratkan hanya kebaikan dari amal kita. Ganjarannyapun dijelaskan bahwa siapa orangnya yang banyak amal kebaikannya maka dapat kehidupan yang memuaskan, menyenangkan atau surga. Sementara itu bagi yang kurang amal kebaikannya maka orang itu akan masuk kedalam neraka “Hawiyah”
Amal kebaikan ditimbang baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
Boleh jadi amal kita banyak, tetapi tidak berkualitas sehingga timbangannya tetap saja ringan. Banyak penyebab menjadi amalan banyak itu setelah ditimbang ringan misalnya:  Terdapat kurang ikhlas,  tersisip riya, ingan mendapatan balasan sesama. Contoh kalau kita bayangkan menimbang hasil panen. Setelah dilakukan sortir ada yang kualitas A, kualitas B dan kualitas C dstnya. Kualitas A nilainya lebih tinggi dari kualitas B dan C. Bahkan mungkin ada kebaikan yang sama sekali tidak dimasukkan dalam timbangan, karena tidak termasuk dalam kriteria yang diterima Allah. Contoh hasil panen yang busuk.
Sebaliknya dapat juga terjadi kuantitas amalannya sedikit tetapi berkualitas tinggi, karena dilaksanakan dengan niat yang tulus, dengan sungguh-sungguh dan ikhlas serta dengan pengorbanan yang luar biasa.
Percayalah bahwa tidak seorangpun yang dianiaya ketika dilakukan penimbangan amal tersebut. Allah berulang tegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa tidak seorangpun diantara kita dianiaya antara lain  dalam surat Yasin ayat 54:

54. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. 

Kebaikan yang akan ditimbang menurut Al-Qur’an sebagai referensi kita di renungan Jum’at ini mari kita lihat surat al-Baqarah ayat 177:
 
siapa yang beriman kepada Allah

  beriman pada hari kemudian, 
 
  beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah.

 beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah

 beriman kepada Nabi-nabi Allah

 memberikan harta yang dicintainya:

 Kepada karib kerabat

  anak yatim

 orang-orang miskin

 orang musafir yang memerlukan pertolongan

  orang yang meminta-minta

 membebaskan hamba sahaya

 mendirikan shalat

 menunaikan zakat

 menepati janji, bilamana ia bejanji
 

  orang-orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan
dan perperangan
 
 
  Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa
Semogalah kita semua mempunyai kuantitas dan kualitas amal baik yang optimal ketika ditimbang dihadapan pengadilan Allah kelak.
Barakallahu liwalakum filqur’aniladzim wanafaanni waiyakum bima fihi minal ayati wadzikril hakim wataqaballahu minna waminkum tilawatahu innahu huwassamiul alim aquulu qaulihadza wa astaghfirullahaladzim lii walakum fastaghfiruhu innahu huwalghafururrahim.


No comments:

Post a Comment