Friday 18 January 2013

BANJIR JAKARTA DAN DJOKO DIMILIKI NUSANTARA

Kamis 17 Januari 2013, Jakarta kebanjiran lagi. Kabarnya 65% wilayah Jakarta digenangi air bervariasi mulai sebetis sampai sedada orang dewasa, bahkan di daerah tertentu seatap rumah. DKI  Jakarta semester III tahun  2012 tampuk kepemimpinan dipegang seorang “JOKO” yang konon sukses membenahi kota Solo Jawa tengah. Harapan warga Jakarta tertumpah kepada “Joko Wi”, untuk membenahi Jakarta, mungkin warga terinspirasi dengan beberapa “Djoko” yang pernah dimiliki Nusantara di masa lampau.
Djoko Tingkir
Negeri ini pernah punya “DJOKO TINGKIR”, nama aslinya “Mas Karebet” putra “Ki Ageng Pengging” atau “Ki Kebo Kenanga”. Konon menurut sahibul hikayat “DJOKO TINGKIR”, murid utama Sunan Kalijaga itu  punya kesaktian luar biasa. Djoko yang satu ini familier sekali dengan sungai, dengan air, karena dia pernah naik rakit melalui sungai “Dengkeng”, pernah menaklukkan Kerbau liar yang mencemaskan masyakat di kota Demak.
Djoko Tarub
Djoko Tarub adalah sosok  “DJOKO”  sakti milik Nusantara ini penduduk  Magelang Jawa Tengah. “DJOKO TARUB” mempunyai kesaktian disebabkan berhasil mempersunting bidadari bernama “Nawang Wulan”.  Pengalamannya tentang air tak perlu diragukan, justru pertemuannya dengan  isterinya di air terjun “Sekar Langit”  bersumber dari Gunung Telomoyo,  wilayah Tegalrejo, Magelang Jawa Tengah.
Djoko Dolog
Djoko yang satu itu, adalah profil  Djoko yang tidak usah ditiru, karena lantaran setiap hari tidak beraktifitas hanya melamun saja. Sehingga suatu hari ibunya menegur perilaku anaknya satu-satunya itu: "Koen kaet maeng isuk sampek awan kok mek lungguh gak gelem ngrewangi wong Tuwo kerjo, lungguh deleg-deleg gak obah blas koyok Patung" .  disebabkan sabda ibunya itu ia menjadi patung. Patung ini berada di Kota Surabaya di jalan Taman Apsari. Karena setiap hari hanya “deleg-deleg” (duduk-duduk) maka patung disebut “Djoko Dolog”. Ini yang sakti bukan Djoko Dolog tapi ibundanya.
Djokotole
Menyeberang dari Surabaya, kini sudah dapat pakai jembatan, kita temukan orang sakti yang pernah hidup di  Sumenep Madura yaitu “DJOKOTOLE”, mendiang adalah  raja  Sumenep ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Kesaktian Djokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan dari alat apapun hanya dari badannya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya sendiri.
Dengan kesaktiannya itulah maka ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas kehendak Brawijaya VII.
Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih. Cairan putih tersebut untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Dan, akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.
Banyak kesuksesan yang ia raih selama mengabdi di kerajaan Majapahit tersebut yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Djokotole pulang ke  Sumenep bersama isterinya bernama Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya RA. Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III.
Ketika menjadi raja  ia terlibat pertempuran besar melawan panglima perang dari negeri  China, Laksamana Zheng He, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Djokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktian Zheng He.
Tiga orang DJOKO di atas punya kesaktian masing-masing, kecuali si Djoko Dolog yang sakti ibunya. Untuk mengatasi banjir Jakarta jika orang sakti  milik Nusantara itu masih hidup  sepertinya perlu mengundang mereka: “Djoko Tingkir”, “Djoko Tarub” dan “Djokotole” biar bersinergi dengan “Joko Wi”.
Sanggupkah Joko Wi mengatasi banjir, merupakan ujian kesaktian zaman kini. Ada yang bilang, siapapun gubernurnya tidak akan dapat mengatasi banjir dan macet di Jakarta. Selamat bekerja pak Joko Wi semoga tantangan ini memicu anda lebih berprestasi.

No comments:

Post a Comment