Jangan dikira bahwa kitab suci (Al-Qur’an) hanya
berisikan ramalan kehidupan akhirat yang oleh kelompok faham “Atheis” adalah
tak dapat dibenarkan, tidak dapat dibuktikan, karena belum pernah ada yang
pengalaman ke sana.
Faham
atheis ini dibantah oleh Al-Qur’an, seperti yang dapat kita simak di ayat 4
surat Ar-Rum:
Fi bidh’i
siniina lillahil amru min qablu wamin ba’du wayaumaidzin yafrakhul mu’minuuna.
(Dalam beberapa
tahun lagi[*]. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah
(mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah
orang-orang yang beriman),
|
[*]. Ialah antara tiga sampai
sembilan tahun. Waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun 614-615) dengan
kemenangannya (tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.
|
Bahwa
bangsa Rum, ketika Nabi Muhammad s.a.w. masih berda’wah di Makkah, dikalahkan
oleh bangsa Persia. Kekalahan telak itu sampai- sampai pasukan Persia masuk ke
jantung kota bangsa Rumawi. Boleh dikata luluh lantak. Logika mangatakan tak
mungkin berkutik lagi.
Kalau
diumpamakan negara kita barang kali, ketika kita dijajah 350 tahun sudah tak
mungkin untuk merdeka. Sebab semua sektor kekuatan ekonomi sudah dipegang oleh
penjajah, setidaknya bangsa asing selain pribumi yang dekat dengan penjajah
yang menjadi pemegang peran di perekonomian. Pribumi yang perekonomian baik, kalaupun
ada sekelompok elit pribumi yang dipelihara oleh penjajah untuk menindas
rakyat. Kekuatan senjata mutlak dimiliki oleh penjajah, kalaupun ada orang
pribumi yang pegang bedil, mereka adalah orang pribumi yang direkrut penjajah
untuk memusuhi rakyat, meskipun itu bedil ditangan mereka dibeli dari blasting
(pajak) yang dipungut dari rakyat. Kekuatan ilmu pengetahuan, demikian
dilumpuhkan, hanya kelompok elit saja boleh masuk sekolah yang lebih tinggi.
Orang pribumi biasa hanya boleh masuk sekolah sekadar dapat membaca menulis
saja.
Kekalahan
bangsa Rum dari bangsa Persia, diikuti prediksi Al-Qur’an di ayat 4 surat Ar-Rum ikutip di
atas, di ejek oleh kaum kafir Makkah waktu itu. Tersebutlah dua bersaudara
bernama Ubay bin Khalaf dan Umaiyah bin Khalaf, mereka mengajak bertaruh 100
ekor unta kepada Abubakar Siddiq yang selalu konsisten membenarkan apa yang
termuat dalam Al-Qur’an. Waktu itu belum turun ayat Al-Qur’an melarang untuk
bertaruh.
Karena
pengertian “Fi bidh’i
siniina” diartikan dalam kaidah bahasa Arab adalah antara 3 sampai 9 tahun.
Maka pertaruhan ditetapkan bila bangsa Rum tidak juga dapat mengalahkan bangsa
Persia dalam 10 tahun, unta muda yang sudah ditandai saat itu yang 10 tahun
nanti menjadi unta dewasa, akan diserahkan kepada Ubay bin Khalaf dan Umaiyah
bin Khalaf, oleh Abubakar.
Yang terjadi adalah 7 tahun
berikutnya, maha benar Allah dengan segala firman-Nya, bangsa RUM dibawah pimpinan
HERCLUS kaisar mereka, menyerang Persia dan menundukkan negara penyembah Api
ketika itu. Al hasil Abubakar menjadi pemenang. Unta 100 ekor itu diterima
Abubakar menang tarohan dan dibagikan kepada sabahat sesama muslim.
Yang penting disini adalah bahwa
ramalan Al-Qur’an itu bukan hanya untuk masa depan akhirat, tetapi juga masa
depan di dunia ini. Banyak informasi Al-Qur’an yang berabad silam belum
dimengerti atau belum terbukti, sekarang sedikit demi sedikit mulai menjadi
kenyataan atau dapat dibuktikan.
Bagi yang tidak percaya kehidupan
akhirat, mari kita saksikan sama-sama nanti disana. Wallahu a’lam bishawab.
Bararakallu fikum.
No comments:
Post a Comment